Chapter 75 : The Aftermath

70 16 17
                                    

Setelah beberapa belas menit berlalu, akhirnya kekacauan dihotel itu berhasil diatasi, tidak ada korban jiwa sama sekali di insiden tembak-tembakan itu, para tamu juga hanya mengalami luka ringan saja.

Kecuali dari pihak penyandera yang mengalami korban paling banyak.

Yang sedikit mengalami luka parah hanyalah si Goro/Alex yang sebelumnya dihajar oleh para penyandera.

Dia sebetulnya sudah khawatir setengah mati dan sudah hampir kehilangan harapan ketika adiknya dibawa masuk kedalam toilet itu. Tapi begitu melihat Red yang keluar dari toilet itu secara tiba-tiba dan menembaki ketiga penyandera yang menyanderanya dia menjadi ada harapan lagi.

Polisi datang ketempat kejadian perkara, tapi dengan cepat dibungkam oleh Goro, dan mereka pergi meninggalkan tempat itu seolah tidak terjadi apa-apa.

Hanya ambulan saja yang masih datang dan pergi dari tempat itu.

Red sendiri juga memastikan Question5 tidak melihat apa yang terjadi di ruangan itu, karena saat ini ruangan itu ada beberapa mayat penyandera dan juga darah berceceran di mana-mana, jika anak sekolahan melihat itu pastinya bisa membuat mental mereka terganggu.

Jadi dia menutup mata Question5 dan membawanya kembali ke dimana Red memarkirkan motornya.

Sebelum Red pergi dia mengucapkan Terima kasih pada wanita Jepang yang dengan sigap menutup mata Question5 terlebih dahulu, wanita itu tersenyum dan membalas ucapan Terima kasih Red dengan menggunakan bahasa Jepang yang tentunya dapat dimengerti dengan mudah oleh Red.

Red dapat sedikit melihat ada tatto di lengan wanita itu, bahkan beberapa terlihat di lehernya, Red yakin dibalik kimononya itu ada lebih banyak tatto.

"Wanita tadi itu, sepertinya dia seorang yakuza." Gumam Red.

"Di usia yang muda seperti itu... Tunggu dulu, dia kan dari Jepang, berarti usianya bisa lebih tua dari pada apa yang kukira!." Pikir Red, dia sudah mengantar Question5 ke parkiran, saat ini Question5 masih terlihat kebingungan karena belum diperbolehkan untuk membuka penutup matanya.

Saat Red hendak pergi dari sana dengan Question5, Goro dan beberapa orang berjas hitam berlari menghampirinya dengan terburu-buru, Red juga menyadari bahwa Alexandra juga ikut dengan Goro.

Goro melambaikan tangannya, wajahnya yang masih babak belur berusaha tersenyum padanya.

"Sudah akan pergi saja?." Tanya Goro, dia sedikit meringis kesakitan.

Adiknya langsung membantunya sedikit.

Red mengangguk.

"Jika lebih lama, aku khawatir dia jadi harus melihat yang tidak-tidak." Ucap Red menunjuk ke Question5 yang duduk di kursi belakang motornya.

Question5 tidak mengatakan apa-apa, dia  hanya bisa membayangkan apa yang dimaksud oleh Red dan menelan ludah, jika dia melihat semua itu dia tidak yakin mentalnya dapat bertahan.

"Begitu, itu memang pilihan yang baik."

"Maaf tentang kejadian hari ini!." Ucap Goro membungkuk, kedua pria kekar berjas hitam disampingnya juga membungkuk.

Red sedikit terkejut dengan hal itu, dia dibuat tidak bisa berkata apa-apa karenanya.

"Dan juga Terima kasih karena sudah menyelamatkan adikku!." Ucapnya lagi, adiknya ikut membungkuk.

"Ah, itu, eh..."

"Aku akan pastikan untuk membayar ini dengan semua yang aku punya!." Ucap Goro dengan nada serius.

"Katakan apa yang kau mau, uang, pangkat, wanita, katakan saja!." Lanjutnya lagi.

"Uh... Apa yang terjadi?." Tanya Question5 yang kebingungan.

Red menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menghidupkan motornya.

"Angkat kepalamu, kau tidak perlu melakukan itu." Ucap Red.

Goro mengangkat kepalanya, dia menatap Red dengan bingung, adiknya juga melakukan hal yang sama.

"Bukankah sudah sewajarnya sebagai seorang teman untuk saling membantu?." Ucap Red dengan senyuman diwajahnya dan mengegas motornya.

"Sampai ketemu lagi, Alex, Alexandra." Red kemudian pergi dari sana meninggalkan Goro yang kebingungan dan kagum disaat yang bersamaan.

"Boss..." Salah satu pria berjas yang bersamanya memanggil Goro.

Gor dengan santai berbalik.

"Tidak perlu, biarkan saja mereka pergi, dan pastikan bahwa mereka aman setidaknya sampai mereka sampai di tujuan mereka, jangan lupa juga untuk melihat kemungkinan bahaya yang ada di sekitar rumah mereka."

"Lakukan dengan mulus tanpa menarik perhatian." Perintah Goro dengan sigap.

"Baik!." Ucap pria itu sambil membungkuk dan beranjak pergi dari sana.

"Baiklah, Alexandra kau ingi-." Ucapan Goro terhenti saat melihat adiknya yang menatap kepergian Red dengan tatapan penuh arti.

Goro langsung tahu bahwa adiknya itu jatuh hati pada Red. Dia menghela nafas panjang dan menggaruk kepalanya sendiri.

"Red, kau sebenarnya siapa?."

"Tidak mengalami gangguan mental setelah melihat kekacauan itu seolah sudah pernah berada di situasi seperti itu."

"Dan juga..."

"Mempunyai pengaruh yang mengerikan terhadap perempuan." Pikir Goro, dia berjalan menuju ke sebuah ambulan diikuti dengan Alexandra yang pikirannya tenggelam pada Red.

"Bahkan wanita sekelas Lady Yae saja tertarik padanya, benar-benar deh." Gumam Goro.













*********













Red sudah sampai di rumah Question5, dia kini memperbolehkan Question5 melepas penutup matanya.

Sebelum masuk kedalam rumahnya, Question5 menatap kearah Red.

"Senpai."

"?."

"Terimakasih karena sudah melindungiku." Ucapnya.

"Aku tidak benar-benar melindungimu, yang melindungimu itu si wanita Jepang itu."

"Aku hanya melakukan apa yang aku bisa saja." Jelas Red.

Question5 tersenyum kecil mendengar itu.

"Aku sebetulnya cukup ketakutan tadi." Ucap Question5.

"Itu normal, akan aneh jika kau tidak takut." Potong Red.

"Bagaimana denganmu senpai? Apa kau juga takut?." Tanya Question5 pula.

Red terdiam sebentar, dia sebetulnya tidak begitu takut karena sudah beberapa kali melihat masa lalu dari Alter, diri lainnya yang membantai banyak orang-orang tidak bersalah. Hal ini membuatnya sedikit kebal akan hal-hal seperti itu.

"Yah, sepertinya." Jawab Red.

"Sepertinya ya..." Question5 menghembuskan nafas.

"Yah sudahlah, sampai ketemu lagi senpai." Ucap Question5 dan masuk kedalam rumahnya, Red hanya bisa melambaikan tangan sampai Question5 menutup pintu rumahnya dengan rapat.

Kemudian dia sendiri kembali ke rumahnya sendiri.

Saat dia masuk kerumahnya dan mengunci pintu masuk, dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, melihat itu diapun masuk kedalam kamarnya, setelah berganti baju dia langsung merebahkan diri di kasur.

Red mengangkat tangan kanannya dan sebuah buku tebal muncul di tangannya itu.

"Jika para pesulap melihat ini, kuyakin mereka akan terheran-heran." Gumam Red sembari membalik halaman pertama dari buku itu.

"Nah."












"Mari kita mulai belajarnya!."


















                         To be Continued


















Ehe :v

The Continents WorldsWhere stories live. Discover now