Chapter 73 : Can you teach me?

85 18 22
                                    

Red duduk terdiam di dapurnya, sosok dirinya telah menghilang meninggalkan dirinya sendirian. Dia hanya bisa memikirkan tindakan akhir yang dilakukan oleh dirinya yang lain itu, dimana dia menyebabkan kekacauan di dunia para dewa.

Setelah melakukan itu dia kabur dan menjadi pelarian yang melintasi berbagai dunia berusaha mencegah kehancuran dunia itu.

Beberapa berhasil dia selamatkan, tapi beberapa tidak berhasil dia selamatkan.

Di perjalanannya dia mengumpulkan teman baru, disaat yang bersamaan dia juga menciptakan musuh.

Mereka yang dipengaruhi janji berupa kekuatan oleh para 'dewa'. Memang tidak salah, mereka mendapatkan kekuatan, tetapi harga yang harus dibayarkan sangatlah mahal.

Kehancuran dunia mereka sendiri, itulah bayarannya.

Petualangan dirinya yang lain itu pada akhirnya berakhir karena dia merasa sudah lelah terus - menerus menjadi 'karakter' di sebuah 'cerita' yang diciptakan oleh para 'dewa'.

Dia juga menjadi lelah karena tiap kali berpindah dunia, dia harus meninggalkan teman - teman yang dia ciptakan di dunia itu, sementara musuhnya akan terus ada di dunia selanjutnya. Kecuali dia berhasil menghabisi orang itu.

Tapi tetap saja, dia tidak tahan lagi dan ingin ini semua berakhir.

Oleh karena itu di dunia ke 419, dia dengan sengaja membiarkan dirinya terbunuh oleh 'teman lama'.

Dengan senyuman puas diwajahnya, ia menatap langit yang mendung. Setelah menutup matanya dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakan sebuah permintaan maaf.

Permintaan maaf yang ia tujukan pada orang - orang yang pernah dia bunuh, pada dunia yang tidak bisa dia selamatkan, dan permintaan maaf pada teman yang kini adalah musuhnya.

Tapi penderitaannya tidak berakhir semudah itu, sang pembuat cerita memutuskan untuk membangkitkan dirinya, diri lamanya, diri kejamnya. Dia menjadi roh didunia ke 420 yang kemudian dimasukkan kedalam diri lainnya yang sangat mirip dengan dirinya sebelum menjadi budak 'dewa', sebuah wadah yg sempurna secara perlahan-lahan.

Red yang mendengar akhir dari ceritanya itu hanya bisa menghela nafas panjang.

Dia tahu dari nada suara dirinya yang lain itu, dia merasa kecewa bahwa dia tetap saja tidak mati.

Bahkan kini dia merasa bahwa situasinya saat ini lebih buruk daripada kematian.

Menjadi bagian lain dari 'plot' cerita sang dewa, bahkan dia merasa kematian pun sudah menjadi bagian dari salah satu alur cerita yang diciptakan sangat dewa.

Red menggaruk kepalanya, dia mendengarkan pintu depan terbuka, suara langkah kaki yang familiar terdengar di telinganya.

Tidak lama kemudian adiknya sudah berada di di dapur, dengan wajah yang ceria disertai senyuman yang menghiasi wajahnya yang imut dan cantik itu.

"Kak, aku lapar!." Serunya dengan penuh semangat.

Red tersenyum kecil, dia sudah menyiapkan makanan yang dia masak di atas meja.

Adiknya langsung duduk dan mulai menyantap makanan yang dimasak oleh Red.

Sementara Red hanya menatapnya dengan tatapan kosong, pikirannya tidak berada di ruangan itu.

"Kak? Kau tidak makan?." Tanya adiknya itu heran.

Red sedikit tersentak, tapi dia dengan cepat mengendalikan dirinya dan tersenyum.

"Kakak sudah makan tadi." Jawabnya.

Adiknya itu menatapnya bingung sesaat, sebelum akhirnya dia melanjutkan melahap makanannya.

The Continents WorldsWhere stories live. Discover now