F i f t y S i x

4.9K 576 468
                                    

"Bisakah kau kembali ke Las Vegas secepatnya?" tanya Barney tanpa basa-basi setelah aku mengangkat teleponnya di dering kedua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bisakah kau kembali ke Las Vegas secepatnya?" tanya Barney tanpa basa-basi setelah aku mengangkat teleponnya di dering kedua.

Mataku terpejam sementara tubuhku mendadak lemas. "Beritahu aku." Karena Barney tak kunjung menjawab, aku menahan geraman. "Beritahu aku seburuk apa kondisi yang mesti kuhadapi."

Kali pertama, suara lembut Barney terdengar aneh. Sepertinya, dia sedang meneteskan air mata selagi berkata, "Maafkan aku, Gwen. Aku tidak berhasil. Bibi Steffani—"

Suaranya lenyap, dan aku tahu kenapa.

Dunia di depanku runtuh begitu saja. Aku bersandar ke pilar raksasa sebuah hotel di Los Angeles. Sebelah tanganku mencengkram pegangan besi teramat erat seolah hanya dengan itu aku bisa berdiri.

Brand mendekat di detik itu juga. Dengan sigap menawariku kekuatannya. Aku belum ingin memedulikannya. Ketika tatapan kami bertemu, aku berbisik tak berdaya kepada Barney. "Dimana Braden sekarang?"

"Dia—" Barney berdeham sebelum menjawab putus asa. "Dia pergi begitu mendapatkan kabar. Bahkan dia pergi sebelum melihat bibi Steffani keluar dari ruang operasi."

"Kami akan hancur besok lusa."

Suara Barney tumpah tindih dengan suara Edmund dalam benakku. Setetes air mata jatuh di kala hatiku diperas kuat-kuat. "Aku mengerti."

Lalu tanpa ingin berkata lagi, aku mengakhiri telepon. Kupandangi Brand penuh arti. "Ayo, kita pulang."

Dia mengangguk sekali, tak bersuara. Seakan tahu apa yang terjadi.

Dalam perjalanan, aku memberanikan diri menelepon Kevin Blum karena tak berkesempatan berpamitan. Entah keberuntungan atau bukan, Barney memberi kabar tepat saat kelas sertifikasinya berakhir.

Cahaya senja matahari Los Angeles menerangi wajahku dari jendela mobil. Rasanya asing, tak terlalu terang dan tak menghangatkanku. Aku tak mesti repot memperingati Brand supaya membawaku ke Las Vegas secepat mungkin. Bahkan aku tidak bertanya-tanya kenapa dia membawaku ke gedung di tengah kota.

Aku pun tidak terkejut mendapati Chase menungguku dalam helikopter McKinley yang berada di atas gedung itu. Kami menyingkat perjalanan darat selama 4 jam menjadi perjalanan udara selama 2 jam. Tapi terasa sebaliknya.

Kemarin, Braden mengantarku dengan Brand menjadi sopir di limosin McKinley. Ditemani berbagai sentuhan yang terbungkus rasa damba dari Braden, membuat perjalanan darat itu terasa singkat sebelum akhirnya Braden kembali ke Las Vegas tanpa mengulur waktu. Memercayai Brand untuk menjagaku.

Sehari berlalu, kini aku pulang dalam keadaan darurat. Yang semestinya menjadi perjalanan lebih singkat, justru menjadi dua jam terlama dalam hidupku.

Aku duduk paling dekat kaca helikopter. Mengabaikan ketidaknyamanan karena memakai headphone. Mengabaikan gejolak adrenalin akan pengalaman pertama menaiki helikopter.

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Where stories live. Discover now