N i n e t e e n

45.1K 3.3K 528
                                    

William yang sudah bersetelan jas rapih berdiri di balik pintu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

William yang sudah bersetelan jas rapih berdiri di balik pintu. Aku baru saja akan pergi ke kamar Braden ketika dia mengetuk pintu kamarku.

"Wow!" Dia menatapku dengan menyelidik. Masih terbelalak, matanya menelusuri tubuhku dalam balutan gaun pesta dari bahan sifon berwarna hitam. "Jadi, kau benar-benar akan ikut bersama kami ke pestanya, kan, Gwen?"

Aku mengernyit, agak aneh mendengar suara William yang dipenuhi ketidakpercayaan namun dia terlihat berseri-seri. Tanda bahwa dia tidak sedang merendahkan atau pun mencemoohku.

"Kau buta? Itulah kenapa aku berpenampilan seperti ini," jawabku sarkasme.

Dia tak memedulikan sarkas itu, justru senyumannya semakin lebar. Seolah ingin memastikannya, dia kembali bertanya, "Menjadi pendamping Braden?"

"Mungkin." Aku mengedikkan bahu. "Jika aku tidak salah mengartikannya, maka jawabannya ya."

Tiba-tiba saja William berseru kegirangan. "Bagus!"

Kedua tangannya terulur menyentuh bahuku. Tubuhku agak terkesiap ketika wajahnya mendekat sementara tatapannya berkilat geli. "Dengar, kau tidak boleh pesimis. Jawabannya memang ya. Kau akan menjadi pendamping Braden malam ini, dan demi apa pun, aku akan menjadi orang pertama yang mengoloknya."

Dia terkekeh geli sembari mengalihkan pandangan ke sekitar, terus mengoceh tak keruan. "Brengsek! Akhirnya dia menunjukkan kejantanannya pada kami."

Kembali menatapku, dia masih saja mengocehkan hal-hal yang tak kumengerti. "Lupakan semua perkelahian kita selama ini, ok? Kelak. Kita akan menjadi satu tim selagi menjatuhkan bajingan itu."

"Astaga!" Entah apa yang terjadi, William tampak begitu ceria dan sinting. Terlebih saat dirinya mengecup pipiku dengan gerakan mengejutkan sebelum berseru, "Mulai detik ini, aku benar-benar mengagumimu, Gwen Morgan!"

Aku belum sempat mengucapkan sepatah kata pun ketika William berbalik pergi bahkan dia begitu aneh karena berlarian ke kamarnya sembari berteriak, "Mikey! John! Dugaan kita benar!"

Lihatlah, Ladies! Setelan jas mahal itu tak berpengaruh apa-apa. William Hilton tetap tolol.

Sembari melangkah ke kamar Braden, aku mencerna perkataan beserta tingkah lakunya tapi malah semakin kebingungan ketika bertemu Braden.

Ada beberapa hal yang membuatku seperti itu. Pertama, penampilannya. Kedua, perkataannya. Ketiga, keputusannya.

Jelas-jelas, Braden memakai pakaian mahal. Atau sebut saja, William dan Braden memakai setelan jas mahal yang lebih berkilau dari setelan jas sebelumnya. Tapi percayalah, setelan jas itu terkesan berbeda jika Braden yang memakainya.

Dengan jas yang melekat di sepanjang lengan, ke bahu beserta dadanya, Braden memancarkan sensualitas maskulin yang sangat kuat. Perpaduan tatapannya yang tajam, rahang tegasnya yang berjanggut, dan aura khas dirinya yang tak pernah sirna, membuat seorang Braden menggiurkan berkali-kali lipat.

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Where stories live. Discover now