F i f t y T h r e e

7.8K 636 770
                                    

Bunga-bunga yang menempel di dinding menusuk penglihatanku

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Bunga-bunga yang menempel di dinding menusuk penglihatanku. Dekorasi berwarna pink terasa menghimpit tubuhku. Tapi aku mencoba mengabaikannya. Duduk di tengah kafe yang begitu feminim tak membuatku ingin pergi.

Bahkan ketika pemandangan wanitaku menjadi siksaan yang paling nyata selama sepuluh menit berada disini, aku tetap bertahan.

Gwen sedang memesan makanan, berlalu lalang di depan lemari kue dan membelakangiku yang menunggunya. Aku tidak bisa mengalihkan pandangan dari kaki jenjang yang terbungkus stocking transparan, hitam, dan ketat. Dipasangkan bersama high heels yang mematikan.

Menoleh di balik bahu, Gwen menangkap tatapanku dengan sinis. Juga dipenuhi kemurkaan. Sangat wajar karena aku membuatnya kebingungan.

Pagi ini. Kami berpisah di lobi Bellagio. Berniat membuatnya senang, aku tak memaksa Gwen pergi bersama David saat mengemudi ke Arizona untuk menemui seorang klien.

Aku cukup terkejut mendapati Gwen berada di gedung Shympony, lebih terkejut lagi menemukan semua orang di sana.

Begitu pertemuan canggung itu terjadi, Gwen menyeret semua orang menuju Herdenson. William, Michael, dan John melakukan pengepasan di butik jas ternama yang bersebelahan dengan kafe. Gwen mengecek sebentar lalu menyeretku kemari. Membiarkan Betty dan Karen yang bekerja.

Anehnya, Laura pun ikut membantu.

Tentu saja Gwen bukan tipe orang yang akan melepaskan tanggung jawab pekerjaannya. Hanya saja, sekarang, dia memiliki pekerjaan lebih penting. Yaitu mengintrogasiku.

Sembari membawa nampan, Gwen duduk di sebelahku. "Kafe Lily ini baru dibuka bulan lalu. Pernah datang kemari?"

Pertanyaan pendahuluan menandakan bahwa dirinya tahu aku tidak begitu nyaman berada disini. Bagaimana tidak, sepanjang mata memandang dekorasinya dipenuhi bunga dan hormon kewanitaan. Aku menjadi satu-satunya pria yang duduk di antara kursi unik berbentuk feminim.

Aku menggeleng perlahan.

"Mereka menyajikan makanan dan minumannya dengan kreatif." Gwen menyimpan secangkir kopi di depanku. "Egomu pasti terkalahkan aroma kopinya, kan?"

Pertanyaan selanjutnya menandakan Gwen mengerti bahwa aku tidak begitu peduli sekitar jika dirinya tepat di depan mataku. Hanya dia yang kuperhatikan. Hanya keseksiannya yang sanggup mengalihkan duniaku.

Aku menahan senyuman ketika melihat latte art di lapisan atas busa kopiku yang bertulisan, 'Mati saja kau, Bajingan.'

Itu pun petanda. Gwen menyadari diriku nyaris mati dikarenakan perpaduan dari rok ketat yang membungkus bokongnya, stocking yang menyempurnakan tungkainya, dan high heel yang membuat orang ingin berlama-lama menatapnya.

Aku masih bergeming, mengamatinya yang sedang mencicipi cake slice berwarna ungu. Matanya berbinar seketika, menunjukkan kelezatan bahkan Gwen nyaris mengerang nikmat.

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Onde histórias criam vida. Descubra agora