F o u r t y T h r e e

27.6K 2.2K 429
                                    

Keringat membasahi dahi Harry Murphy padahal ruang rapatnya ber-AC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keringat membasahi dahi Harry Murphy padahal ruang rapatnya ber-AC. Sudah satu jam berlalu sejak dia duduk di depanku tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dia begitu berkonsentrasi meneliti beberapa dokumen yang kuberikan.

Saat di lembaran terakhir, dia kembali membacanya dari awal. Berulang kali. Entah mencari celah kelebihan atau kekurangan dari solusi yang kutawarkan di tiap lembarnya. Bahkan dia begitu sering menelan ludah susah payah.

Aku tidak pernah melihatnya seperti itu, dan seluruh reaksinya menjadi bukti kegundahan beserta keresahannya.

Lalu akhirnya, Harry Murphy menghela napas panjang sebelum menutup semua dokumen. "Aku akan membawanya ke dewan komisaris independen."

"Tidak ada komentar?" tanyaku setenang mungkin.

Dia menggeleng perlahan, beranjak berdiri. "Kau tahu apa yang sedang dihadapi."

"Kita tahu apa yang sedang dihadapi," koreksiku.

"Kau pikir, aku takut?" Dengan tersenyum tipis, Harry Murphy menggeleng lagi dan memutari meja rapat untuk menghampiriku. "Mungkin khawatir adalah penggambaran yang lebih tepat, Brady."

Sebelah tangannya menyentuh bahuku. "Tapi aku memercayaimu."

Aku memainkan kancing manset, memejamkan mata sebentar saat mengendalikan diri agar tidak bereaksi berlebihan. Rasa lelah membuatku bersikap skeptis. Menatapnya tajam, aku bertanya dingin. "Karena aku adalah anak dari sahabatmu?"

"Ada atau tidak adanya nama McKinley." Dia tertawa pelan. "Kau akan tetap berada disini karena keberanianmu. Menjadi mitra bisnisku yang termuda. Menjadi segelintiran orang yang memerangi Anonymous."

"Aku berbohong jika mengaku tidak merasa gelisah karena melawan penguasa yang lebih memegang kendali dari kuasa keluargaku. Tapi itu tidak akan berarti apa-apa untukmu, bukan? Kau sudah bertekad, akan terus melanjutkannya. Ada atau tidak adanya McCharty."

Dia memeras bahuku. "Jadi, pilihannya adalah aku memalingkan wajah dan mengabaikanmu. Atau tetap berada disini dan menikmatinya." Sembari menyeringai, dia menegaskannya. "Dan kau tahu apa pilihanku."

"Aku sudah melakukan tugasku sebagai mitra bisnismu dengan begitu baik, Brady." Sorot matanya menajam. "Kali ini, aku ingin melakukan tugas sebagai sahabat Charles dengan memperingatimu."

Tangannya menepuk bahuku beberapa kali. "Terkadang hanya bermodal keberanian tidak cukup, Nak. Percayalah, adakalanya orang-orang terbunuh karena keberaniannya."

Aku tersenyum miring, terlalu angkuh selagi menjawab, "Aku pernah merasakan hal mengerikan dari kematian."

"Bagus." Seketika dia tertawa pelan, menantangku dengan berkata, "Sedikit saja kau meragukan keputusanmu maka semuanya akan sia-sia."

Begitu menarik tangannya, dia mengancingi jas. "Jangan melakukan hal sama seperti ayahmu yang meninggalkan tugas yang belum terselesaikan." Kini suaranya menegas. "Berjanjilah kau akan melampauinya."

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Where stories live. Discover now