T h i r t e e n

49K 3.7K 244
                                    

Begitu masuk rumah sakit, kami bertemu bibi Clara tepat di dalam lift

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu masuk rumah sakit, kami bertemu bibi Clara tepat di dalam lift. Dia baru saja membeli makanan untuk dirinya dan Paman Tedd yang sedang menunggu di ruangan Jane yang sudah beralih ke ruangan VVIP megah.

Ruangan kelas atas yang sudah Braden persiapkan.

Itulah cara dunia bekerja, Ladies! Di saat keperawanku lebih mahal dari segalanya, aku bisa menggenggam penguasa rumah sakit ini.

Setelah pintu lift tertutup, aku memperkenalkan mereka dengan agak canggung. Baiknya, tidak ada siapa pun di dalam lift selain kami bertiga.

Mereka berjabat tangan. Senyuman bibi Clara terlalu lebar dan hangat sementara Braden hanya tersenyum tipis, tidak terlalu mendekatkan diri dengan ekspresi sedatar mungkin.

Yang benar saja!

"Dia sudah tahu, Gwen." Bibi Clara mengelus lenganku. "Maka jangan menghindar lagi."

Beban itu kembali menghimpit dadaku.

Aku hanya mengangguk, tersenyum lirih ketika bibi Clara berkata lagi. "Jane memaksa dr. Robinson memberi tahu hasilnya. Dia tidak terlalu terkejut, Sayang. Dia hanya ingin pulang dan kembali ke rumah bersamamu."

Sudah kuduga, dia pasti ingin mendengar hasilnya tak peduli dari siapa pun.

Tentu saja, Bodoh! Jane bukan anak kecil lagi bahkan dia pasti menyadari diriku yang menghindar dari kenyataannya.

Seluruh perhatianku tertuju pada Jane ketika kami sampai ke ruangan. Adikku terlihat begitu ceria dan baik-baik saja.

Dia duduk bersandar ke tempat tidur dengan nyaman, berbincang bersama Paman Tedd yang duduk di kursi, di samping ranjangnya.

Kami menyapa mereka, saling bertegur sapa.

Jane terlalu berbinar-binar ketika melihatku dan Braden. Mata biru yang lebih terang dariku sama mencolok dalam wajah Jane yang pucat. Sembari mengulurkan tangan padaku, dia melirik Braden sebentar lalu kembali melirikku geli. "Jadi dia adalah kekasihmu?"

Aaww! Andai saja itu benar.

Jangan berlagak menggelikan, Morgan:

Aku kebingungan mesti merasa senang atau sedih ketika menyabotase kesepakatan ini dengan mengakui Braden sebagai kekasihku. Yang kutahu pasti Braden selalu tidak menyukainya.

Tapi—mana bisa aku berkata jujur pada mereka, kan?

Dengan tak keruan, aku melirik Braden yang tidak berekspresi apa-apa, dan kuharap, dia tidak tersinggung dengan pertanyaan Jane.

Aku menghela napas sekali, menoleh pada Jane sembari meraih tangannya, lalu memilih jawaban netral. "Dia adalah pria yang kuceritakan sebelumnya."

"Kekasih?" Akhirnya aku bisa mendapatkan sinyalnya.

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang