F o u r t y E i g h t

7.7K 656 422
                                    

Baiklah, Alam Semesta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Baiklah, Alam Semesta. Lupakan perkataanku sebelumnya.

Aku tidak sanggup menahan pergejolakan hormon kewanitaanku. Yang penggila seks itu ternyata bukan Braden melainkan diriku. Yang haus akan dipuaskan itu bukan Braden melainkan diriku.

Pikirkan saja. Mana bisa aku bertahan jika dipersembahkan pria segagah Braden. Baiknya, kali ini dia memakai kondom dan membiarkanku memegang kendali.

Begitu semuanya membaik, kami terbaring. Masih bertelanjang dada, Braden memelukku dari belakang menghadap ke sisi kiri agar tidak menekan bahunya yang terluka.

Satu tangannya melingkari bahuku. Tangan lain menangkup payudaraku yang hanya terbungkus kaos tipis miliknya. Jemarinya memainkan puncak payudaraku, mengirimkan sengatan listrik ke sekujur tubuh.

Meski begitu, aku begitu nyaman terbelit kehangatan tubuh Braden. Aku balik mendekap lengannya yang mendekapku. Jemariku sama-sama tidak mau diam, mengelus tonjolan urat nadi di lengannya.

Sudah setengah jam berlalu kami saling menyentuh tanpa bersuara. Aku tahu, dia belum tertidur. Begitu sulit bagi kami melepaskan malam dengan menutup mata setelah perpisahan mengerikan. Rasanya kebersamaan ini lebih berarti dari sebelumnya.

Sesekali Braden menempelkan bibirnya ke sisi wajahku, mengutarakan apa pun yang ingin diutarakan dalam sentuhan itu sementara aku hanya akan tersenyum tanpa bisa berkata-kata.

Karena makin lama merasakan keintimannya, aku berdeham sekali lalu memanggilnya. "Braden."

"Hhmmpp—"

"Setelah selamat dari kutukan ini." Aku berpikir sebentar sebelum bertanya, "Apalagi?"

"Pulang."

"Lalu?"

"Kita bersama." Braden mengecup rambutku. "Aku dan kau."

Jantungku seolah akan keluar dari tempatnya. Berkesempatan bertanya, aku tidak ingin melewatkannya. "Sebagai?"

"Seorang pria dan wanita McKinley."

Aku tersenyum geli. "Tidak lagi sebagai bajingan bertopeng pemburu lubang ketat dan wanita pelelangannya?"

"Tidak lagi."

Senyumanku merekah. "Tidak lagi sebagai bos kejam dan pesuruh tololnya?"

"Tidak lagi."

Aku tidak tahu seberapa konyol senyumanku. "Tidak lagi sebagai bajingan aneh dan monster betina?"

"Jika kau monster betina, maka aku pejantannya." Suara Braden terbalut lelucon, lalu berubah serius begitu cepat. "Dan aku tidak yakin bahwa kutukan ini telah selesai, Gwen."

Kubilang apa. Tanpa tombol di kancing manset, dia masih saja perpaduan antara dua hal yang berbeda. Teramat mudah berubah-ubah hanya dalam waktu beberapa detik.

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Where stories live. Discover now