F i f t y E i g h t

6.6K 541 510
                                    

Suaranya menyeruak melewati ponsel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suaranya menyeruak melewati ponsel. "Sungguh aku ikut berbahagia untukmu."

Memainkan bungkusan permen dengan jemari bercat kuku merah sementara lidahku menikmati lelehan cokelat dan karamel, aku tersenyum tipis. "Terima kasih, Jane."

Lebih dari lima belas menit aku menahan untuk tidak bersikap sentimental selama menelepon Jane, menceritakan rencana pernikahanku dan Braden. Namun, aku gagal.

Dadaku pengap, memicu rasa sakit hingga ke tenggorokan. "Aku masih berharap kau berada di sini saat kami menikah."

Dalam suara lemahnya, Jane begitu ceria. "Jangan mulai membahas hal-hal tidak berguna. Kau sudah berjanji tidak akan menyesali situasi kita." Penuh dukungan, dia berkata lagi. "Jadwal operasiku sudah ditetapkan. Kau dan Brody akan terbang kemari setelah pernikahannya. Jadi, kita bisa membuat pesta lain di Jerman."

"Ya." Aku menelan rasa ingin menangis susah payah. "Kau pun sudah berjanji padaku."

"Tentu saja. Aku janji akan cepat terbangun dari operasi. Aku janji akan cepat sembuh. Aku janji akan mengejar impianku. Dan aku pun janji akan kembali hidup untuk diriku sendiri." Jane mengambil jeda, bertanya geli. "Apalagi? Janji apalagi yang ingin kau dengar?"

Senyumanku melebar. "Itu cukup."

Malangnya, jejak kekosongan Steffani McKinley tetap membuatku mengkhawatirkan Jane. Mataku berkaca-kaca saat Jane semakin riang. "Aaahh ya! Aku sudah berjanji untuk tidak menangis juga." Kemudian suaranya melembut. "Maka, kau pun tidak boleh menangis lagi."

"Apa yang harus kulakukan?" Suaraku mulai goyah. Setetes air mata jatuh ke pipiku. "Kami kehilangan seseorang yang seharusnya menyaksikan pernikahan itu. Dan sekarang, kau—"

"Teruslah menjadi kakakku yang tangguh." Jane menyela cepat. "Hanya itu yang perlu kau lakukan."

Rasanya tetap sama. Jane selalu menjadi sumber kekuatan terbesarku. Keceriaannya menular. Baiklah, seperti biasanya, aku harus bertahan dalam segala situasi.

Kuseka air mata. "Bagaimana keadaanmu sekarang?"

"Baik. Akan jauh lebih baik lagi ketika kau mengirimkan fotomu yang memakai gaun pengantin." Jane terkekeh, berseru gembira. "Astaga! Aku sudah tidak sabar!"

Aku menahan tawa. "Aku akan mengirimnya nanti."

Lalu ketika Jane berkicau menjelaskan tentang gaun pengantin, aku merasakan sesuatu yang menusuk punggungku. Menoleh di balik bahu, aku menangkap sepasang mata hijau. Aku mengerling curiga, menyiratkan pertanyaan ada-apa-Brengsek?

Di tengah aktivitas tugasnya, Michael duduk bersila di lantai berkarpet sembari menikmati segelas kopi dingin. Giginya sibuk memainkan sedotan, matanya menatapku tanpa berkedip. Sangat jelas ketertarikannya bukan karena diriku melainkan karena siapa yang kutelepon. Yaitu Jane.

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Where stories live. Discover now