T h i r t y T w o

34.1K 2.7K 361
                                    

Seorang pria yang menjuluki dirinya ksatria sejati pernah berkata padaku bahwa satu inci saja kakinya bergeser masuk ke medan pertempuran maka mundur bukan lagi pilihan

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Seorang pria yang menjuluki dirinya ksatria sejati pernah berkata padaku bahwa satu inci saja kakinya bergeser masuk ke medan pertempuran maka mundur bukan lagi pilihan. Bahwa dia lebih memilih mati dalam ketakutan daripada mati dalam kepengecutan.

Mungkin itu bisa menjelaskan situasiku ketika duduk berhadapan dengan seorang pria yang terlihat ingin membinasakanku. Sorot mata gelapnya penuh sumpah serapah. Kepalan tangannya di atas meja, bergemetar menunggu alasan untuk melayang ke wajahku.

Apakah aku takut? Ya. Tapi bukan padanya. Lebih merasa takut akan perasaanku sendiri begitu perbincangan ini berakhir.

Tepat jam 11 siang, aku terbangun di sisi Gwen dalam keadaan jauh lebih baik meski jam tidurku belum tercukupi. Kepalaku berdenyut nyeri saat beranjak dari ranjang dan menemukan banyak sekali email beserta pesan singkat. Salah satunya adalah—

Hari ini. Temui aku dimana pun kau inginkan. - Ronald C. Hathaway.

Awalnya, aku berencana menemui Ronald di pesta nanti malam karena tidak ingin meninggalkan Gwen. Namun karena harus menemui Chase dan Thomas, aku memutuskan menemuinya sebentar di salah satu cafe Hotel Bellagio selagi menunggu mereka.

Ronald mengambil bir, menenggaknya lalu menunjuk bir di hadapanku. "Minumlah dan jangan terlalu serius." Ekspresinya berubah rileks ketika dia merentangkan tangan sembari menghela napas panjang penuh suka cita. "Kapan lagi kita bersantai berdua dengan matahari Vegas dan sebotol bir."

Aku tidak memesan bir, tak menginginkannya juga. Ronald datang lebih dulu, dan dua botol bir dingin sudah tersaji saat aku datang. Sungguh aku tidak ingin bersantai meski situasinya mendukung melakukan itu. Kami duduk di meja outdoor dekat air mancur Bellagio. Angin berhembus membawa suara gemericik air dan sinar matahari yang begitu menyengat.

Sembari bersandar ke kursi, aku mengabaikan birnya. "Pesanmu bukan ajakan untuk bersantai."

"Memang." Dia mengedikkan bahu, terkekeh geli. Matanya menelusuri kemeja pendek hitamku. "Tapi melihatmu tanpa setelan jas, membuatku ingin sedikit bersantai. Kapan terakhir kali kau memakai kaos dan celana pendek?"

"Lupa," jawabku asal. Agak tidak nyaman dengan basa-basinya.

Ronald mengangkat satu alis. "Lupa?" Lalu dia menggeleng-geleng sembari tertawa, sangat jelas menertawakanku. "Kau bukan tipe pria yang mudah lupa, McKinley." Menyangga tubuh dengan siku terlipat, dia berkata lagi. "Kau ingin tahu apa pendapatku tentang dirimu?"

Sebelum aku bisa menjawab atau sekadar menggeleng, dia lebih dulu mengatakannya. Terdengar memuakkan karena mendikteku. "Apa yang keluar dari mulutmu selalu singkat. Singkat bisa berarti cerdas, dan itu bagus."

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon