E i g h t

32K 2K 219
                                    

Dalam dua jam, aku menderita mendengarkan suara Jane yang menangis

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Dalam dua jam, aku menderita mendengarkan suara Jane yang menangis. Meski tak ada teriak lagi, tetap saja membuat pikiranku lebih kacau.

Rasanya aku sudah tidak memiliki waktu untuk mempertimbangkan apakah harus menerima tawaran dr. Robinson atau tawaran Madame Trease.

Lalu—aku pun terpaksa memilihnya dengan berbagai pemikiran

Tuhan sudah mendengarnya. Alam Semesta sudah mengabulkannya. Aku mendapatkan pilihan yang kuinginkan.

Maka, jika nyawaku bisa kukorbankan lalu kenapa aku begitu egois dan tolol untuk tidak mengorbankan hal lain.

Yeah. Beraksilah, Morgan!

Aku tidak membutuhkan Robin Hood dan tidak juga membutuhkan pangeran klasik yang membosankan dalam kehidupanku.

Aku bisa memperjuangkannya sendiri, dan—bukankah itu yang selama ini kulakukan?

Begitu menelepon Madam Trease, aku menemui seseorang di Màvro Coffee Shop. Sebuah kedai kopi di tengah kota Las Vegas.

Thomas Jones. Pria berambut tembaga dengan mata hitam yang cukup besar sudah menungguku. Dia memberiku secangkir kopi sebelum menyuruhku duduk di salah satu kursinya.

Sembari memerhatikanku, dia menikmati cangkir kopi lain. "Minumlah, Ms. Morgan."

"Terima kasih. Tentang pelelangan—"

Dia menyela perkataanku dengan berdeham, tersenyum penuh arti. "Begitu kau menghabiskan kopinya, baru kita akan membahasnya."

Agak mengejutkan selagi aku bisa menghabiskan kopi yang sebenarnya tidak kusukai dalam beberapa teguk. Entah karena terlalu penasaran atau sedang merasa frustasi.

"Kau harus tahu. Ketika kau masuk maka kau tidak bisa mundur lagi selangkah pun." Suaranya tegas tapi tidak mengintimidasi.

Aku mengangguk penuh tekad. Kemudian, dia beranjak berdiri dan mengajakku. "Ikuti aku."

Aku mengikutinya masuk lebih dalam ke kedai kopi. Dia membawaku ke sebuah ruang kantor. Kupikir, dia akan mempersilahkanku duduk tapi dia malah mendekati lukisan besar di dinding, menekan sesuatu di dalam lukisan tersebut.

Wow! Hai, Agen 007!

Aku tercengang ketika lukisan itu mengeluarkan barisan cahaya biru yang menyoroti wajahnya. Cahaya itu mendeteksi Mr. Jones lalu tiba-tiba lukisannya bergeser, membentuk sebuah pintu masuk.

Jones Bond? Cocok juga!

Tidak pernah kusangka bisa melihat ruang rahasia yang biasanya kusaksikan di televisi saja. Ruangan itu tidak terlalu besar dengan pencahayaan redup. Hanya ada satu set meja kantor dan satu perangkat komputer beserta brangkas besar di sampingnya.

Perhatianku teralihkan pada sebuah lukisan raksasa yang memenuhi satu sisi dinding. Lukisan sang dewi kecantikan dan kenikmatan, yaitu Dewi Aphrodite.

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin