S i x t e e n

39.6K 3.2K 248
                                    

Dengan mata terpejam, aku meraba-raba nakas sembari mengerang kesal dalam rasa kantuk untuk mengambil ponsel yang terus berdering

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dengan mata terpejam, aku meraba-raba nakas sembari mengerang kesal dalam rasa kantuk untuk mengambil ponsel yang terus berdering.

Aku mengintip layar dengan satu mata, mengutuknya karena terlalu menggangu. "Aku masih mengantuk, Braden."

"Masuklah ke kamarku."

Seketika perintah dalam suara tajam itu membuatku membuka mata, berhasil mengusir rasa kantuk karena jantungku langsung berdebaran.

Aku berdeham sekali. "Kau kesepian? Apa perlu aku merangkak di tempat tidurmu?"

Entah kenapa aku bisa membayangkan ekspresinya yang sedang menyeringai tipis. "Lakukan apa yang ingin kau lakukan karena aku sudah pergi."

Kekecewaan melanda diriku. Aku menatap layar sebentar, memeriksa jam yang menunjukkan jam 07 pagi.

Suara bising di seberang sana menyadarkanku bertepatan dengan Braden yang kembali berkata, "Jam 9. Bawakan beberapa dokumen di kamarku."

"Aku tidak tahu kau berada dimana."

"Mereka tahu."

Aku mengernyit. "Mereka?"

"Pergilah bersama mereka."

Sekali lagi. Aku begitu kesal saat mengingat kumpulan bajingan itu.

"Jangan menggoda siapa pun," desisnya lagi.

"Ya," jawabku malas.

"Mataku berada dimana-mana."

"Kau berisik sekali, Braden."

Dia tidak mengatakankan apa-apa lagi ketika menutup telepon. Sungguh aku tidak tahu apa yang membuatnya begitu posesif.

Jangan berlagak polos, Morgan! Tentu saja karena keperawananku. Mau bagaimana pun, dia masih bajingan keparat yang memburu lubang ketat.

Sembari meregangkan tubuh, aku menyimpan ponsel dan berniat kembali terlelap. Penerbangan 6 jam membuatku kelelahan.

Namun ketika akan memejamkan mata, suara-suara di luar sana begitu mengganggu. Aku menutup kepala dengan bantal untuk meredam suaranya.

Tidak berhasil, teriakkan dalam tawa itu lebih mengusik bahkan suara-suaranya membuat sinar matahari dari kaca terasa menyengat tubuhku.

Astaga! Dimana aku bisa menyewa pembunuh bayaran?

Dengan menggerutu, aku beranjak dari tempat tidur dan kembali tergiur pada pemandangan yang ditawarkan oleh kaca besar yang membingkai kamar ini.

Aku mendekatinya, memerhatikan kota New York di pagi hari. Rasa kagumku masih sama besar dengan tadi malam saat kami sampai.

Apa yang kulihat di televisi sekarang kusaksikan secara langsung. New York tetap tidak kehilangan kilau semangat di setiap detiknya.

Seperti kata Frank Sinatra dalam lagu legendarisnya, New York adalah kota yang tidak pernah tidur. Besar dan sibuk bahkan kota ini menjanjikan pengalaman yang luar biasa selama 24 jam untuk semua orang.

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Where stories live. Discover now