T h i r t y E i g h t

23.3K 2.1K 398
                                    

Sial! Butuh lebih dari lima belas menit mataku terbuka setelah kesadaran mengalahkan rasa kantuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sial! Butuh lebih dari lima belas menit mataku terbuka setelah kesadaran mengalahkan rasa kantuk. Aku terbangun dengan denyutan hebat di kepala. Dengan telapak tangan, aku menekan kuat pelipis hingga rasa sakitnya menyadarkanku akan malam yang baru saja kulewati.

Ingatannya dalam bayang-bayang kecil dan samar.

Pesta amal berubah jadi pesta bar. Champagne berubah jadi whisky. Orang-orang elite berubah jadi mahasiswa mahasiswi tanpa sopan santun. Dansa waltz berubah jadi tarian erotis—siapa saja yang melakukannya? Oh sial! Aku terlalu mabuk untuk mengingatnya.

Kepalaku menoleh, menemukan Braden yang masih terlelap dengan telungkup ke arahku. Begitu tampan dan tenang. Sangat persis tadi malam. Dia berpakaian lengkap tanpa jas sementara aroma Braden yang menyerang syarafku, menyadarkanku bahwa jasnya kupakai.

Sebentar. Ini terasa aneh.

Aku memerhatikan sekitar. Kamar Braden terlalu gelap tapi di balik tirainya, aku tahu, matahari New York sudah bersinar terik. Ruangannya terlalu rapih. Maksudku, kami terlalu rapih dan tertutup.

Tidak ada seks tadi malam? Sembari menunduk, aku mengamati pakaian yang tak berkurang sehelai pun. Mendesah pelan, aku membuka jas Braden lalu beranjak dari ranjang. Aku terhuyung saat membasuh muka, berganti pakaian dengan kaos dan celana pendek. Karena teramat pengar, aku belum melakukan hal lain selain pergi ke dapur dan mencari obat penahan rasa sakit.

Aku sedang menelannya bersama air ketika Jane muncul. "Kau baik-baik saja, Gwen?"

Sembari mengangguk, aku balik bertanya, "Kau?"

Jane berdiri di seberang konter, tersenyum begitu ceria. "Aku seperti baru saja bangkit dari surga."

Tentu saja karena kami berpesta seolah matahari tidak akan terbit di bar yang lebih cocok untuknya. Bahkan dr. Robinson dan Chyntia ikut bergabung, membuat Jane semakin senang.

Mendengus sinis dan geli, aku mengamati sweater kebesaran yang dipadukan jeans di tubuh Jane sementara rambutnya tergerai lembut ke dada. Dia begitu menawan, membuatku tersenyum lebar saat bertanya, "Jam berapa sekarang?"

"11 siang."

"Kau akan pergi?"

Jane mengangguk. "Ya. Aku akan ke rumah sakit bersama ibu sebelum makan siang bersama."

Menoleh ke sekitar, aku bertanya lagi. "Pengawal dan perawatmu sudah datang?"

"Tadi pagi." Jane memutari konter, mendekatiku sembari merogoh saku. Suaranya memelan penuh arti. "Aku ingin membicarakan hal penting, Gwen."

Aku mengernyit, memerhatikan yang mengulurkan sesuatu. Diserahkannya sebotol obat. "Terjatuh dari jas yang kau pakai. Aku menemukannya saat kita pulang, dan sepertinya ini milik Brody."

Kerutan dahiku semakin dalam. Entah karena obat itu atau karena Jane menetapkan panggilan yang baru kudengar untuk Braden. Itu memang kebiasannya. Selalu memanggil orang yang dianggapnya penting dengan panggilan unik.

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Where stories live. Discover now