E l e v e n

64.3K 4.1K 388
                                    

"Atur ulang pertemuannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Atur ulang pertemuannya."

"Ok."

Sembari mematikan telepon Sarah, aku bergegas keluar mobil lalu berjalan memasuki pagar rendah menuju rumah sederhana bercat hijau yang berada di kawasan Orleans Square.

Aku berdiri di depan pintu, melirik ke sekeliling dengan perasaan tak keruan. Berbagai pertanyaan kembali berkelebat tapi hanya satu yang paling menghantuiku.

Apa yang sedang wanita sialan itu lakukan? Pertanyaan yang membuatku gila.

Sejak terbangun, suasana hatiku cukup baik. Mimpiku lebih menyenangkan karena sosoknya yang nyata. Bahkan aku bergegas pergi ke rumah sakit lebih dulu sebelum ke kantor untuk menyusun seluruh rencana dengan begitu antusias.

Tapi begitu mudah Gwen merusak hariku.

Dia tidak membalas pesan singkatku dan tidak menjawab teleponku yang entah berapa kali. Aku tipe pria yang selalu memegang perkataannya maka dia pun harus melakukan itu jika berurusan denganku.

Dua jam berlalu, dan aku sudah dibatas toleransi. Tepatnya jam 10 pagi, aku datang ke rumahnya meski dengan pertanyaan yang selalu mengusikku di dalam sana.

Apa yang sebenarnya kulakukan sekarang? Brengsek!

Dengan mengabaikan pertanyaan itu, aku menekan bel berulang kali sembari menahan geraman. Bahkan aku tidak peduli jika suaranya bisa saja mengganggu orang-orang.

"Sial!" Suara benda jatuh dan teriakkan menyeruak dari dalam. "Ya, tunggu sebentar!"

Aku terus menerus menekan bel, berniat membuatnya muak dengan suara itu. Dia harus membayar waktuku.

Pintu terbuka tepat ketika jemariku akan menekan bel lagi.

"Kau—" Matanya membulat, terkejut melihatku tapi aku lebih terkejut karena tidak mengenalinya.

Dia memegang sikat gigi di mulut yang berbusa. Rambutnya diikat, mencuat kemana-kemana. Wajahnya pucat tanpa riasan bahkah—astaga! Dia memakai piyama yang luar biasa menjijikkan.

Setelan piyama itu panjang dan longgar, berwarna hijau terang. Ada corak kartun yang tidak kuketahui di beberapa sisi.

Siapa wanita ini?

Sepersekian detik berlalu, kami terpaku sebelum aku mengenal dua titik yang muncul di pipinya ketika dia tersenyum. "Pagi, Braden."

Ternyata dia memang Gwen Morgan.

Dengan masih membisu, aku menerobos masuk hingga membuatnya menggeram kesal. "Oh Tuhan, kau begitu seenaknya."

Dia membuntutiku lalu menaiki tangga sembari mengoceh. "Duduklah dimana pun kau merasa nyaman. Aku harus ke kamar mandi sebelum menelan semua pasta gigi ini."

"Lima menit," jawabku sinis.

Dia sudah berada di atas saat berteriak, "Ok!"

Aku memerhatikan sekeliling. Rumahnya kecil tapi cukup nyaman. Dipenuhi perabotan yang sederhana. Ruang tengah menyatu dengan area dapur yang memiliki meja konter dan dua kursi bar. Tidak ada ruang tamu.

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Where stories live. Discover now