BAB LX

2.6K 332 14
                                    


T-T aku ngak tau mau kasih judul apa, maapkan. 

.

Dan Erza hanya berjalan lurus menuju tempat memesan tanpa memperhatikan sekitar. Dia melihat menu juga harga daging daging itu, tanpa berpikir dua kali juga Erza menyebutkan pesanannya yang begitu banyak lalu menurunkan si kembar disebuah kursi kosong.

"Ada lagi Luna?" tanya seorang pria memberikan pesanannya dengan begitu cepat, tertata rapi didalam dua buah tas besar.

Gadis itu tersenyum menanggapi pertanyaan pria itu. "Tidak terima kasih" jawab Erza memberikan nominal uang sesuai dengan harga makanan yang dipesannya kepada pria tersebut, lalu menoleh ketempat Celin juga Celina terduduk.

Erza mengajak dua anak itu untuk segera keluar dari tempat ini karena apa yang dipesannya sudah selesai.

"Ah Luna, ini hadiah kecil untuk omega anda" ucap tiba tiba dari seorang pria yang memberikan pesanannya tadi. Gadis itu menoleh kebingungan sambil menaikkan sebelah alisnya, berpikir kenapa pria itu mengejarnya hanya untuk memberikan roti berlapis daging dengan ice cream kepada si kembar.

Ia menatap sikembar menerima hadiah itu dengan wajah berbinar senang, menyurutkan niatnya untuk menolak pemberian pria itu dan ikut berterima kasih bersama sikembar.

"Terima kasih, tuan" ucap Erza tersenyum lebar, mencoba menghilangkan prasangka buruknya. Dia masih teringat tentang obat yang Celin juga Celina katakan tadi pagi, Erza hanya takut ada sesuatu didalam makanan itu.

Hening, tak ada lagi pembicaraan antara mereka membuat Erza merasa canggung. Tersenyum kecil kepada pria itu, Erza berencana kembali melanjutkan perjalanannya. Namun seseorang tiba tiba datang dan kembali menghentikan langkahnya.

"Luna, apa barang yang anda berat. Saya bisa membawakannya untuk anda" ucap orang itu membuat Erza sejenak terdiam kebingungan dengan sikap mereka yang sedikit aneh.

Erza menggeleng, gadis itu menolaknya dengan nada yang sangat ramah. "Tidak perlu, aku bisa membawanya sendiri. Ini juga tidak berat" ucap Erza mengangkat tinggi tas yang berisi daging itu, memperlihatkan kalau dirinya tidak mengalami kesulitan sama sekali dalam membawanya.

Untuk menghindari orang lain yang mungkin saja akan datang kembali, Erza segera pamit dan pergi dari sana secepat mungkin bersama sikembar.

Saat dirasanya sudah lumayan jauh dari tempat tadi, gadis itu menghela nafas sambil melirik kearah sikembar yang jubah besarnya terlihat sangat berantakan. Erza menaruh tas yang dibawanya disebuah bangku, lalu menunduk untuk merapikan penampilan Celin dan Celina yang berantakan.

Tudung jubah itu menutupi kepala mereka sepenuhnya, untung saja mereka mencengkram ujung bajunya saat pergi dari tempat tadi. Kalau tidak mereka akan benar benar hilang ditengah jalan.

"Aku tidak bisa menggandeng kalian, jadi kalian harus cengkram ujung bajuku erat erat. Jubah kalian besar, kalian bisa jatuh atau menghilang karena terpisah"

"Baik nona" jawab mereka serempak sambil tersenyum senang menatapi roti isi daging ditangannya.

Beberapa hari terasa aneh bagi Erza, orang orang memperlakukannya lebih dari yang biasanya. Seperti pria tadi yang mengejarnya, jika pria itu benar benar bertujuan memberi si kembar dan berniat membantunya. Lalu kenapa dia mengusir serigala kecil yang hanya duduk sisi tempat itu, menunggu seseorang berbaik hati memberikannya makanan.

Mereka hanya baik kepadanya hanya karena nama Luna yang Alex sematkan secara paksa. Erza tidak tau kenapa mereka berprilaku seperti itu, dia ingin kembali pulang tanpa merasakan semua kepalsuan ini. Ia menginginkan Amon, Lina juga Albert yang benar benar baik kepadanya tanpa mengincar apapun.

Sniper Mate: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang