BAB LXXI: I'm Demon 3

2K 246 10
                                    


I'm Demon

Dan saat dia menautkan alis saat mencium aroma sesuatu seperti obat, Amon kehilangan kesadarannya secara total disana. Membuat gadis itu kebingungan dan panik saat pria yang dibantunya berjalan tiba tiba merosot, tergeletak tidak sadar dihadapannya.

.

Beberapa hari sudah berlalu, luka tusukan yang didapatkannya tempo hari sudah sembuh dengan sangat cepat. Walau masih akan terasa sakit dibeberapa waktu, itu kerena Luna dengan cepat membawanya untuk segera diobati.

Padahal saat dirinya tidak sadarkan diri, Amon sudah pasrah jika terbangun didalam sebuah sel penjara. Tapi nyatanya tidak, gadis itu sungguh tidak tau jika dirinya adalah seorang buronan. Bahkan seorang pria yang dilihatnya saat terbangun hanya mengatakan. "Bangun dan cepatlah pergi dari tempat ini, kau beruntung Luna menyelamatkanmu tadi malam" ucapnya dengan sinis.

Mengernyit, dia mendengus kesal. "Aku bahkan tidak meminta tolong kepada gadis itu, dia sendiri yang memaksa" gumannya.

Memetik beberapa buah berry disampingnya, Amon benar benar kelaparan sekarang. Luka tusukan itu lebih dalam dari yang dirinya duga, benda tajam itu merobek sedikit lambungnya. Dan sesuai dengan apa yang pria itu katakan, Amon tidak diperbolehkan memakan sesuatu yang berat hingga jahitannya mengering.

Lalu bagaimana dirinya tau jahitannya sudah mengering atau tidak, pria itu tidak menyebutkan batas waktunya dan menyuruhnya pergi begitu saja. Amon pikir pria itu memang sengaja membuatnya tidak memakan apapun, hingga mati kelaparan.

Memainkan belatinya dengan sebelah tangan, Amon memakan buah berry itu dengan wajah kesal. Menghela nafas, sekarang dia harus kembali menjalankan misinya untuk mengawasi hutan terlarang ini.

Ia bangkit dari duduknya lalu membereskan peralatan juga membongkar ulang senapannya. Setelahnya Amon pergi membawa semua barangnya dan berjalan mengikuti jalan setapak sambil menautkan alisnya beberapa kali.

Berhenti tanpa membalik badan, Amon membuka suaranya pada seseorang yang sebenarnya sudah mengikuti dirinya sejak masuk kedalam hutan selayaknya parasit.

"Apa kau tidak mengerti apa yang aku katakan? Aku sudah memperingatkanmu untuk jangan mendekati orang yang tidak kau kenal" celetuk Amon terdengar marah, membuat seorang gadis yang berjalan mengendap endap dibelakangnya itu menghentikan kegiatannya sambil tersenyum senyum kearah Amon yang tentu tidak melihatnya.

"Aku ingin tau keadaanmu tuan, apa jahitannya sudah kering?" tanya gadis itu mendekati Amon tanpa sedikitpun merasa takut dengan lirikan tajam yang dirinya berikan.

"Aku tidak tau, pergilah" jawab Amon sinis dan menyuruh gadis itu agar segera pergi. Amon memperlakukan gadis itu seperti parasit didekatnya, pria itu tidak suka dengan niat baik yang gadis itu tawarkan kepadanya.

Namun saat melihat gadis itu masih berdiri disampingnya, Amon pikir gadis itu memang benar benar tidak tau apa yang sedang dikatakannya seperti orang tuli. Menoleh dengan wajah penuh amarah, Amon mengucapkan. "Kau tidak mendengarku, atau memang tuli?" tanyanya dengan nada sarkastik.

Mengangguk, gadis itu menjawab pertanyaan sarkastik yang pria itu berikan. "Aku dengar apa yang anda ucapkan tuan, tetapi aku juga memiliki hak untuk tidak menurutinya bukan? Anda tidak bisa memaksa seseorang untuk menuruti apa yang anda katakan" jawab gadis itu santai membuat Amon terdiam, tampaknya Amon semakin kesal dengan gadis ini.

Srat!

"Apa kau tidak tau, aku bukanlah orang baik seperti yang kau lihat" ucap Amon penuh penekanan sambil mengarahkan belatinya tepat dileher gadis itu, namun gadis itu masih tidak bergeming sedikitpun dari tempatnya dan hanya membalasnya dengan sebuah senyuman.

Menggeleng kecil, gadis itu mengatakan. "Tidak"

"Tapi tuan, jika kejahatan diukur melalui dosa. Bukankah semua orang memiliki dosa walaupun itu sangatlah kecil? Tidak ada orang yang benar benar baik didunia ini, mereka bisa menjadi jahat pada waktunya" lanjut gadis itu.

Membuat Amon yang sudah berniat menyerang, kini menurunkan belati tersebut dan memasukkannya lagi kedalam sarungnya. Satu kata yang terlintas setelah mendengar apa yang gadis itu katakan adalah benar, jika jahat adalah sebuah dosa maka tidak ada 1 pun orang baik didunia ini.

"Lalu bagaimana jika aku membunuhmu?" tanya Amon lagi, masih menatap gadis itu dengan tatapan tajamnya. Menantikan jawaban apalagi yang akan gadis itu katakan kepadanya, Amon tiba tiba tertarik dengan gaya menjawab yang Luna berikan.

Gadis itu kembali mengatakan. "Itu bukanlah masalah, tuan. Memang tidak akan ada yang tau kapan hari itu akan tiba, namun jika itu adalah hari ini. Aku akan menerimanya, lagipula tidak akan ada yang bisa lari dari maut saat datang menjemput" jawab gadis itu yang seketika meredakan perasaan kesal Amon, pria itu sekarang malah ingin menanyakan banyak hal untuk dijawab.

Mengalihkan pandangannya dengan diam, perkataan gadis itu membuatnya semakin penasaran akan siapa dirinya. Melirik kearah tangannya sejenak, Amon bahkan tidak tau siapa saja yang pernah dirinya bunuh menggunakan tangan itu.

Betapa kotor dan hitam tangannya saat ini, Amon baru menyadari hal itu. Kembali mengarahkan pandangannya pada Luna, gadis itu menampilkan ekspresi kebingungan melihatnya diam. Lalu tersenyum lembut kepadanya saat kembali ditatap, senyum yang terlihat begitu ringan seperti tidak terbebani oleh masalah apapun.

Tersenyum sinis, tidak ada seorangpun yang bisa hidup tanpa sebuah masalah. Amon pikir senyum gadis itu lucu, dan ingin membuatnya tertawa sekarang. Senyum penuh dusta seperti itu, bagaimana bisa terlihat sangat manis diwajahnya.

"Apa yang kau bawa?" tanya Amon mengalihkan topik, menanyakan bingkisan yang Luna tenteng sedari tadi.

"Ah, benar juga. Aku membelikan anda bubur" ucap gadis itu terlihat sangat antusias, dia membuka bingkisan yang dibawanya lalu menyodorkan semangkuk bubur oat dengan irisan buah strawberry diatasnya.

Menatap makanan dan gadis itu secara bergantian, Amon reflek menepuk jidat sediri karena tidak tau harus mengatakan apa. Dia tidak ingin menolak perberian gadis itu, tapi bubur dengan banyak buah didalamnya. Apakah dirinya terlihat menggemaskan hingga harus memakan bubur bayi itu.

Namun, sesaat sebelum pria itu mengutarakan penolakannya, Amon langsung berubah pikiran dan segera menyahut bubur itu untuk dimakannya. Satu hal yang memaksanya adalah, Amon tidak bisa jika hanya memakan buah berry disekitar hutan saja untuk makanannya sehari hari. 

.

.

.

Tbc

Untuk yang draft kemarin, tunggu beberapa menit lagi:) 

Dan untuk menjawab pertanyaan 'Apa ini kejadian sebelum Amon menjadi iblis?' 'Apa Erza sudah menjadi iblis juga di flasback ini?

Jawabannya belum:) mereka masih human. 

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now