BAB LXXII: I'm Demon

2.1K 232 16
                                    


I'm Demon

Namun, sesaat sebelum pria itu mengutarakan penolakannya, Amon langsung berubah pikiran dan segera menyahut bubur itu untuk dimakannya. Satu hal yang memaksanya adalah, Amon tidak bisa jika hanya memakan buah berry disekitar hutan saja untuk makanannya sehari hari.

.

Hari kembali berlalu, dan gadis yang dia tau bernama Luna itu selalu datang menghampirinya sambil membawa apapun untuk dimakannya. Sebenarnya dia sedikit keberatan dengan semua yang gadis itu berikan kepadanya, dia tau maksudnya baik. Tapi Amon menerima semua makanan itu tanpa tau harus membalasnya dengan apa.

Dilain sisi Amon juga mulai terbiasa dengan kehadiran gadis itu yang beberapa hari sebelumnya terasa amat menyebalkan, tapi sekarang entah kenapa dia merasa tenang saat gadis itu mulai bicara menceritakan apapun itu yang menarik perhatiannya. Saat itu terjadi Amon hanya akan diam dan sesekali mengatakan iya, setelahnya Amon akan fokus dengan wajah manis Luna yang terlihat sangat antusias.

Entah bagaimana cara gadis itu membuatnya tertarik hanya dalam beberapa hari saja. 'Umur berapa gadis ini sebenarnya?' tanyanya dalam hati penasaran.

"Kau tidak memakan roti yang sudah kubawakan, tuan?" tanya Luna saat sadar pria itu hanya menatapnya, mendiamkan roti yang ada ditangannya tanpa melakukan apapun.

"Bagaimana aku bisa memakannya saat aku sudah kenyang mendengarkan ceritamu" ucap Amon bergurau, walau wajahnya terlihat datar. Namun walaupun begitu Luna masih memberikan tawa kecil untuk mereaksi gurauannya.

"Kalau begitu makanlah dulu, aku akan bercerita lagi setelah anda selesai makan" ucap gadis itu sambil tersenyum senyum.

Amon memakan roti itu sambil mengalihkan pemandangan, sebenarnya dia penasaran akan sesuatu. Bagaimana bisa gadis itu selalu menemukannya didalam hutan terlarang ini, Amon yakin jika dirinya selalu berpindah tempat saat beristirahat.

"Sebenarnya, bagaimana bisa kau selalu tau keberadaanku didalam hutan?" tanyanya langsung tanpa basa basi, Amon sudah cukup penasaran beberapa hari ini.

"Rumahku berada disekitar sini, tuan" jawab gadis itu tanpa menatapnya.

'Itu bukanlah jawaban' pikir pria itu.

Terdiam, Amon menatap gadis itu meminta penjelasan lebih. Tentu dia tidak akan bisa percaya begitu saja, ini adalah hutan terlarang. Dimana banyak sekali hewan buas yang siap menerkammu saat sendirian, dan lagi selama Amon menyusuri hutan ini. Dia tidak menemukan satupun rumah didalam hutan ridang ini.

"Selain itu aku juga mendengar langkah kaki anda memasuki hutan saat aku berjalan jalan, jadi aku mengikutinya" lanjut gadis itu melirik pria disampingnya sekilas.

Amon masih diam, dia merasa tidak puas dengan jawaban yang Luna berikan untuknya. Tapi Amon tidak mau mengambil pusing hal itu, mungkin saja gadis itu mengikutinya saat barusaja masuk kedalam hutan, maka dari itu Luna mendengarkan suara langkah kakinya.

"Lalu apa yang kau lakukan dimalam kau menolongku, jalan jalan ditengah malam?" tanya Amon tersirat sedikit amarah dikalimatnya, jujur Amon tidak percaya gadis sebaik ini berjalan jalan bebas ditengah malam sendirian.

Mencebikkan bibir, Luna menjawab. "Aku bosan dirumah, Farks selalu melarangku melakukan apapun. Jadi aku pergi dari rumah"

Setelah mengangguk angguk paham dia kembali bertanya. "Siapa itu Farks?" tanya Amon pensaran, karena setaunya gadis itu selalu terlihat malu saat menyebutkan nama itu.

Pipinya memerah seketika dan sudah Amon duga itu akan terjadi. "Dia calon suamiku" jawab gadis itu lirih dan hampir tidak terdengar.

Tersenyum tipis, Amon awalnya berpikir jika itu adalah nama salah satu keluarga atau mungkin temannya. Dia lupa jika gadis itu tidak memiliki teman seperti yang pernah Luna katakan, dengan alasan menganggap gadis manis ini aneh.

Mengarahkan poni panjang gadis itu kebelakang perlahan, Amon tidak pernah menyangka jika gadis kecil ini sudah akan menikah dengan seseorang bernama Farks. Amon senang, dia hanya berharap jika pria itu nantinya akan memperlakukan Luna dengan sangat baik.

Akan sangat disayangkan jika gadis seperti Luna jatuh kepada orang yang salah.

"Anda sendiri tuan, apakah sudah memiliki istri?" tanya gadis itu antusias dan Amon menjawabnya dengan gelengan kecil.

'Istri? Itu sangatlah lucu, setiap wanita yang melihatku selalu berlari ketakutan' melirik Luna yang kecewa dengan jawabannya membuat Amon kembali tersenyum dalam hati. 'Setidaknya gadis ini tidak'

"Kenapa? Berapa umur anda tuan?" tanya Luna sambil menautkan alisnya.

"35, dan kenapa? Karena hanya kau yang tidak takut denganku" jawab Amon mengatakan sebenar benarnya sambil membenarkan alis Luna agar tidak menaut lagi dihadapannya.

Mencebikkan bibir lagi, Luna mengatakan komentarnya. "Bagaimana bisa mereka takut melihat anda tuan, anda sangat tampan, dan tidak terlihat tua sedikitpun. Bahkan anda juga bukanlah orang yang kasar"

Mendengar hal itu dari mulut Luna, Amon ingin tertawa keras sekarang juga. 'Mereka takut dengan pekerjaanku, dan mereka takut jika aku akan membunuh mereka suatu hari nanti'

Menghela nafas kecil, jika dirinya bisa menikahi seseorang nantinya, Amon berharap memiliki anak seperti Luna. Akan cukup menyenangkan jika rumah besarnya itu dipenuhi oleh celoteh yang mengganggunya mulai pagi hingga malam, rumahnya yang sepi itu terlihat membosankan hingga membuat dirinya enggan pulang kerumah.

"Mau main kerumahku besok?" tanya Amon tanpa sadar.

Tiba tiba suasana menjadi sangat sunyi dan disanalah Amon sadar apa yang barusaja dirinya tawarkan kepada gadis itu.

"Lup-"

"Aku mau" jawab Luna tiba tiba dengan wajah senang.

"Sungguh?" tanya Amon hati hati, dia takut salah mendengar jika Luna memang setuju untuk datang kerumahnya.

Mengangguk semangat, gadis itu mengatakan iya sambil tersenyum lebar. Dan untuk pertama kalinya Amon tersenyum sangat lebar, raut senang benar benar terpancar diwajahnya.

.

"Kau baik baik saja Amon?" tanya seorang pria yang berjalan disamping Amon.

Amon menoleh dengan wajah datar lalu mengatakan. "Apa yang kau lihat?"

Dan pria itu mengerutkan dahinya semakin kebingungan. "Kau sedikit aneh belakangan ini, dan lagi untuk apa kau membeli makanan dan coklat sebanyak itu"

Melirik pria disampingnya tajam. "Bukan urusanmu" jawab Amon ketus. Dia berjalan lebih cepat agar sampai dirumahnya, lalu merapikan rumahnya yang mungkin saja sudah penuh dengan debu sekarang.

Ia benar benar ingin membuat gadis itu menyukai rumahnya yang sepi dan menyeramkan.

.

.

.

Tbc

Santai aja ya bacanya🤣 ngak ada scene menguras emosi. Aku lupa kemarin mau update, terlalu excited sama puasa kali ini. 

Draftnya juga udah aku publish ya Inside of Demon Blood Series. Dan kalau kalian lihat beberpa kalimat agak aneh dibaca, entah kenapa aku gk bisa fokus waktu revisi. Jadi revisinya gk total:)

Sniper Mate: Demon BloodWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu