BAB XL: Back

5.7K 479 48
                                    


Back

Mereka semua kebingungan dan khawatir dengan keadaan Erza. Amon, Albert, Lina, Vano, dan Rion sudah berpencar kesegala arah hutan untuk mencari gadis itu. Hari sudah malam dan Erza belum kembali bukanlah hal yang dapat mereka percaya begitu saja setelah semua insiden yang belakangan terus menimpa mereka.

Amon bahkan juga yakin jika nonanya tadi membawa pistol kembarnya, namun tak ada 1 pun suara tembakan yang dapat didengarnya. Seolah tidak ada apapun, Amon sudah hafal jika Erza sangat peka dengan suara dan tidak akan ragu menembak jika ada yang berani mendekatinya.

Drap drap drap drap

Huf huft...

Reon menghentikan larinya, membiarkan Vano turun dari atas punggungnya dan mengikutinya menyisiri danau itu. Vano dengan kepalanya yang masih diperban itu membawa senapan yang diberikan oleh Amon, menoleh kekanan dan kiri menatap dalam kegelapan.

Dia sangat yakin aroma manis itu milik Erza, dan aroma itu menuntunnya sampai kesini. Namun yang ditemukannya hanya danau kosong penuh bunga aster tak terbentuk.

Vano berdiri di pinggiran sambil menatap danau itu, mengira ngira apa Erza tenggelam. Karena serigala itu menuju kemari. Vano mendongak, mengikuti Reon yang berjalan mengelilingi danau sambil mengendus endusnya.

Tak lama Reon benar benar menceburkan dirinya kedalam danau, mencari Erza yang mungkin saja tenggelam. Tapi setelah dipikir lagi, tentu itu tidak masuk akal.

Bagaimana serigala itu mengendus aromanya jika Erza masuk kedalam air, namun jika melihat gelagat serigala itu yang mengendus disekitar danau. Ada sesuatu aneh yang terjadi disini, dan bagaimana itu bisa terjadi.

Reon keluar dari dalam danau dan tak menemukan apapun juga, mengibas kibaskan tubuhnya agar tidak terlalu basah, dia mendatangi Vano yang tampaknya terdiam dan sedang memikirkan sesuatu.

"Ada yang aneh disini" bisik Vano dan Reon menyetujuinya. Perasaannya mulai tidak enak sekarang, tidak tau apa yang akan menimpanya setelah ini.

"Bisa kau mencium aroma lain selain Erza?" tanya Vano sedikit tidak yakin jika serigala itu bisa mengerti apa yang diucapkannya. Amon mengatakannya, namun dirinya tetap tidak yakin jika serigala ini benar benar bisa diajak bicara.

Reon mencoba mengendus aroma lain yang menghampiri penciumannya. Ada, namun tidak hanya 1 yang menghampiri penciumannya. Dia menoleh kebingungan, aroma itu sangat kuat dan seolah menyebar disekeliling mereka. Reon menggeram, menunjukkan taring dengan wajahnya yang ganas.

Membuka pengamannya, Vano sudah siap untuk menembak. Bahkan dia tidak tau siapa lawannya sekarang. Tak ada siapapun disini.

.

.

.

Erza meronta sekuat tenaganya, wajahnya pucat dan keringat dingin itu mengucur bersamaan dengan air yang menetes dari rambut basahnya.

Tadi, setelah menenggelamkannya didanau, Alex mengikatnya dan ujung tali itu masing masing digigit oleh serigala yang pria itu bawa. Dan disana Alex berdiri, sedang mengarahkan kedua pedangnya dimasing masing leher belakang Vano juga Flufy yang tiba tiba datang.

Gadis itu berteriak keras, namun tak ada satupun suara yang dapat dikuarkannya seolah dirinya sudah bisu sekarang.

'Jangan, kumohon' batin Erza sambil terus meronta.

Dilihatnya Alex menoleh tersenyum kearahnya, bukan senyum lembut tapi senyum mengejek yang menghiasi wajahnya. Menurunkan pedangnya, Alex mengeluarkan 1 botol kecil berisi cairan. Membuka tutupnya lalu menyiramkannya pada moncong Reon.

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now