BAB: New Thing

690 39 5
                                    

NEW THING

Menutup mulutnya ketika hendak menelan apa yang dikunyahnya, Erza menatap Luis yang melihat kearahnya dengan wajah mengejek. Gadis itu sontak menendang kaki pria itu keras hingga terjungkal dari kursinya, menautkan alis dan memberikan rengutan kecil ketika Luis memegang kakinya yang patah.

"Kenapa kau jahat sekali padaku" ucap Luis dengan nada sedih sambil menyembuhkan kakinya yang patah.

"Berhentilah mengejekku, ini pertama kali aku makan manusia" sahut Erza terlihat jijik dengan sepiring daging mentah manusia yang tersaji dihadapannya.

Dua minggu sudah berlalu ketika dirinya terbangun, dan Erza merasa hidupnya sudah tidak senormal biasanya. Gadis itu merasa baru dengan semua hal pada tubuh dan lingkungannya, terutama dengan status barunya sebagai iblis.

Baik Amon, Carl, Luis, maid Lina, dan Albert memberinya daging dan darah manusia untuk makanan. Irisan tipis daging yang terasa begitu lembut dengan balutan darah segar dan bau anyirnya, terasa begitu lezat dan cocok dilidahnya.

Namun ketika hendak menelannya, Erza selalu terbayang akan manusia yang mereka bunuh untuknya. Membuat daging lezat itu terasa menjijikkan dalam waktu yang bersamaan. Erza bahkan harus selalu menahan muntahnya ketika hendak menelan daging itu dengan pikiran penuh rasa jijik.

Kembali menelan makanannya dengan penuh keterpaksaan, gadis itu dengan segera menyahut segelas darah yang ada disampingnya untuk diminum sebelum dia benar benar memuntahkannya.

Carl menggeleng kecil melihatnya, mengambil piring kosong yang ada dihadapan Erza untuk dicuci. Namun setidaknya gadis itu memiliki sedikit kemajuan dengan menghabiskan satu piring makanannya.

Dia ingat terakhir kali dirinya berkunjung, nafsu makan Erza sangatlah besar. Bukan hanya dari laporan Amon ataupun Glenn yang kewalahan memberi makan gadis itu ketika masuk sekolah, tapi juga dari apa yang dilihatnya sendiri.

Erza memakan puluhan orang perharinya, gadis itu hanya tidak memakan organ dalam juga tengkorak. Namun ada kalanya Amon mengatakan Erza hilang kendali dan memakan seorang manusia dalam keadaan utuh. Tentu itu adalah laporan yang cukup mengesankan untuknya, jika memang benar seperti itu berarti Erza memiliki wujud yang cukup besar dan sepadan.

Selesai mencuci piringnya, Carl tidak sengaja menoleh kearah Amon yang memperhatikan Erza juga Luis dari kejauhan. Wajahnya terlihat datar seperti biasanya, namun dia tau pria itu juga ingin mendekat bahkan meminta maaf kepada Erza yang sudah dia bohongi.

"Bisa kira bicara sebentar, Amon?" tanya Carl setelah berpindah tempat dibelakang pria itu, lalu memberi isyarat agar Amon mengikutinya.

Setelah berjalan sampai kehalaman belakang rumah, Carl mendudukkan dirinya dikursi putih halaman disusul oleh Amon yang duduk dihadapannya. "Sepertinya ada sesuatu yang ingin kau katakan kepada Erza" ucap Carl tanpa basa basi, membuat Amon yang terus menunduk kini menatap kearahnya.

"Tidak ada" jawabnya singkat sebelum kembali merunduk.

Menghela nafas mendengar jawaban yang Amon berikan, dia tau jika pria itu berbohong. "Aku tau kau berbohong, Amon. Kau tau, hanya kau satu satunya demon guard yang memiliki kesadaran, ingatan, bahkan perasaan"

"Kau berbeda, demon guard lain hanyalah patung dengan kepala manusia"

Menautkan sedikit alisnya mendengar apa yang Carl ucapkan, Amon menatap tangannya sejenak sebelum mulai berbicara. "Apakah penyelesaian kontrak dapat dipercepat?" tanya Amon, nada bicaranya terdengar sedikit ragu.

"Kenapa kau terdengar seperti ingin meninggalkan nonamu sendiri Amon?" tanya Carl kebingungan dengan pertanyaan yang Amon lontarkan kepadanya.

"Bukan seperti itu, tapi sepertinya nona lebih baik berada dibawah pengawasan anda. Saya tidak bisa menjaga Erza dengan benar hingga saat ini" jawab Amon, merasa dirinya tidak pantas setelah melihatnya gagal dalam banyak hal saat menjaga Erza seorang.

"Kegagalan adalah hal yang wajar Amon, bagaimana pun kau harus tetap menyelesaikan pilihan yang kau ambil sendiri"

"Jangan terus menghindar, ingat apa yang kau katakan kepada Luis saat kau mengorbankan diri. Kau ingin melihat Erza bahagia dan menemukan keluarga"

Menepuk pelan pundak Amon, Carl tersenyum kecil menyemangatinya. "Aku percaya kau bisa melakukannya, Erza pasti memaafkanmu" lalu bangkit dari duduknya dan menghilang dari hadapan Amon.

Terdiam mencerna apa yang Carl katakan kepadanya, Amon mendongak menatap langit cerah tanpa segumpal awan diatas sana. Melihat beberapa burung terbang berkelompok lalu melihat kesekitar, bisakah dia membuat Erza kembali percaya kepadanya.

Bangkit dari duduknya setelah merasa cukup percaya diri, Amon kembali masuk kedalam rumah. Berjalan menghampiri Erza yang sepertinya sedang berlatih dengan Luis.

"Bagaimana kau bisa melakukan itu, aku juga mau" seru Erza ketika Luis menunjukkan sebuah mulut yang berada ditangannya.

"Kau harus memusatkan kekuatanmu ditempat yang kau inginkan, seperti mengeluarkan mata mata itu" ucap Luis menunjuk lengan Erza yang penuh dengan mata.

Menutup semua mata dikedua tangan dan pipinya, Erza berkonsentrasi untuk menciptakan sebuah mulut. Beberapa menit berlalu ketika Erza bekerja sangat keras untuk berkonsentrasi, namun apa yang didapatkannya ketika membuka mata adalah mendapati dirinya berubah menjadi hitam dengan tubuh penuh dengan mata.

Gadis itu menoleh kearah Luis yang menatapnya terkejut dibawah sana, bagaimana bisa dia menjadi sebesar ini dalam wujud yang aneh.

"Tenang Erza, sepertinya kau terlalu berkonsentrasi" ucap Luis gelagapan melihat perubahan gadis itu dalam sekejap matanya.

"Bagaimana caraku kembali, kenapa aku seperti ini?" tanya Erza kebingungan melihat seluruh tubuhnya hitam dan penuh mata.

Berjalan lebih dekat, Amon pun membuka suara. "Anda akan lebih mudah makan dengan cara seperti itu"

"Sungguh, apa kau yakin Amon?" tanya Erza mengalihkan pandangannya pada Amon.

Pria itu mengangguk, membenarkan apa yang baru saja dirinya ucapkan. Mengambil potongan lengan yang tergeletak dimeja dapur, Amon melemparkan ketubuh hitam Erza. Terlihat tubuh hitam penuh mata gadis itu perlahan melahap potongan lengan yang dilemparnya.

"Luar biasa" kagum gadis itu pada tubuhnya sendiri, hal baiknya dia sama sekali tidak merasakan mual.

"Jadi ini bisa memakan sesuatu" ucap Luis menatap beberapa mata ditubuh Erza.

"Anda bisa berada dalam fase ini secara tidak sadar ketika lapar dan marah berlebihan"

"Apa aku bisa memakan orang secara utuh juga Amon?" tanya gadis itu penasaran, karena melihat dia lebih tinggi dan besar dari Luis.

"Tentu saja"

Baru saja Erza ingin mencoba memakan sesuatu yang lain, gadis itu mendengar suara Criss yang berjalan memasuki rumah. Sontak dengan segera Erza berusaha merubah kembali wujudnya, sedangkan Luis dan Amon dengan segera membersihkan area dapur yang penuh dengan darah.

Mereka bahkan menyemprotkan wangi wangian agar bau anyir itu tidak membekas dan tercium oleh Criss.

"Waa ah" teriak Criss berlari memeluk Erza yang masih terduduk dikursi meja makan.

"Siapa ya" ucap Erza pura pura tidak tau jika anak itu memeluknya.

Criss menyahut dan menulis namanya pelan diatas telapak tangan Erza sambil tersenyum senyum senang.

Membalas pelukan anak kecil itu, Erza terlihat gemas. "Kenapa Criss lama sekali, mama jadi kangen" ucap Erza membuat anak itu terlihat sangat senang.

Maid Lina dan Albert hanya bisa tersenyum kecil melihatnya. Beberapa hari yang lalu Erza memutuskan untuk menjadikan Criss sebagai anak angkatnya, tentu Criss setuju dan senang melihat Erza mau menerimanya. Meskipun ingatan kelam anak itu harus dihapus secara paksa oleh Luis agar tidak mempengaruhi apapun. 

.

.

.

Tbc

Sniper Mate: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang