BAB LXVII: Something Happen 3

2.3K 298 84
                                    


Something Happen 


Merasakan perutnya semakin sakit, Erza mengatupkan giginya kesal sambil menahan ringisannya. Dia tidak bisa menahan lapar saat melewatkan jam makannya. "Laparku ini akan menghambat semuanya" gumannya.

Erza masih memikirkan cara untuk pergi dari tempat ini sambil mencari beberapa tempat yang menjadi titik buta penjagaan. Namun semakin jauh dirinya berpikir, Erza semakin merasa mustahil untuk pergi dari tempat ini. Masalah pertama semua orang disini bukanlah manusia, dimanapun dirinya bersembunyi mereka dapat mencium baunya, sejauh apapun dirinya lari mereka tentu dapat menyusulnya dengan cepat.

Kedua, belum lagi dengan anak anak yang harus dibawanya dan rasa lapar menjengkelkan miliknya ini. Menghela nafasnya lagi, Erza mengganti posisi duduknya lalu memikirkan keadaan Madhia istri Daniel. Erza harap tidak terjadi apa apa, dan semua akan baik baik saja.

Menoleh kearah pintu, Erza rasa Celin dan Celina sedikit lama mengambilkannya makanan. Sudah hampir setengah jam mereka belum juga kembali, namun tanpa memikirkan sedikitpun hal buruk Erza masih duduk disana menunggu mereka yang mungkin terhambat oleh omega lain.

Karena tidak tau harus melakukan apa dengan semua rasa sakitnya, pada akhirnya Erza memejamkan mata, berharap saat dirinya membuka mata sikembar sudah berada dihadapannya.

Beberapa jam telah berlalu dan tidak terasa langit sudah menghitam, dan gadis itu masih tertidur disofa menunggu Celin juga Celina yang belum juga kembali.

Crash!

Seketika gadis itu terbangun setelah mendengar suara benda yang terjatuh. Menatap sekitar dengan sedikit linglung, gadis itu sadar jika Celin maupun Celina belum juga kembali. "Kemana mereka?" bingung Erza setelah melihat kearah jam yang sudah menunjukkan pukul 07:00 malam.

Bangun dari sofa Erza keluar dari kamarnya sambil menoleh kekanan dan kiri, bermaksud mencari sumber suara dari benda jatuh yang didengarnya. Dan tidak ada benda yang tampak tergeletak jatuh dilantai, Erza tiba tiba melirik kebelakang setelah itu namun tidak melakukan apapun dan tetap pergi dari sana.

Ada seseorang didalam kamarnya sekarang walaupun dia tidak tau siapa itu, suara benda jatuh yang terdengar sangat keras itu hanya bisa didengarnya jika jatuh tepat diluar ruangannya atau didalam. Mengalihkan perhatiannya, gadis itu berjalan menuju kearah dapur untuk mencari Celin dan Celina terlebih dahulu.

Tidak ada yang tau dimana Celin juga Celina berada, itulah yang Erza dapatkan setelah bertanya tanya kepada semua orang didalam pack. Menautkan alisnya dengan wajah panik juga kebingungan, gadis itu kembali kedalam ruangannya sambil mencari hal yang terlihat berbeda didalam sana.

Mengambil setangkai bunga lily putih yang tiba tiba berada diatas salah satu bukunya, Erza kembali keluar dari sana. Pergi menuju taman pack yang seingatnya terdapat bunga lily disana dengan sebuah lentera.

Sesampainya disana, keadaan taman terlihat sedikit berbeda sekarang. Lampu taman yang biasanya menyala dengan terang kini tidak ada satu pun yang hidup. Rasa takut mulai merayapinya, seharusnya dia langsung menyusul mereka saat sudah tau mereka tidak lekas kembali.

Erza takut jika ada sesuatu yang menimpa sikembar sekarang, dia tau mereka sangat baik hingga tidak sanggup untuk memberikan perlawanan.

"Celin, Celina" teriaknya keras.

Degup jantungnya yang mengeras dapat Erza rasakan sekarang, satu hal baru disadarinya sedari mencari sikembar. Kenapa tidak ada satupun warrior terlihat berjaga atau berkeliling, kenapa tempat ini tiba tiba menjadi sangat sepi. Bahkan semua omega yang ada didalam tidak ada satu pun yang membantunya saat tau Celin dan Celina hilang.

"Ghk!" meringis kesakitan, Erza meremat dada menahan sakit. Kini bukan hanya perutnya yang terasa menyakitkan, seluruh tubuhnya mulai terasa sakit hingga membuatnya kesulitan untuk bernafas.

Gadis itu berjalan tertatih menuju kesebuah sumur dan duduk tepat dimulutnya. Meremat dadanya kesakitan, Erza memukul mukul mulut sumur itu untuk melampiaskan rasa sakitnya. Rasa sakit ini mengingatkannya pada saat dia memuntahkan banyak darah dihadapan Celin juga Celina tanpa tau apa penyebab sebenarnya.

Menitikkan air mata, Erza sungguh tidak tahan dengan rasa sakit yang sedang dirasakannya sekarang. "Hiks, Amon" ucapnya lirih sebelum merasakan seseorang menarik pakaiannya kebelakang secara tiba tiba.

Byur!

"Tenang saja Erza, kau akan menemuinya setelah kau memejamkan matamu" ucap seorang wanita yang terdengar menggema sebelum Erza pingsan dan tenggelam didalam sumur yang dalam itu.

"Kalau bisa selamanya" imbuh wanita itu tersenyum senyum melihat Erza benar benar tenggelam didalam sana. Tidak lupa sebelum meninggalkan tempat itu, dia menutup sumur itu dengan sebuah kayu yang diatasnya diberi sebuah batu.

Sambil bersenandung senang gadis itu pergi dari sana tanpa merasa bersalah sedikitpun kepada Erza.

.

.

.

Membuka mata, netra merah yang semula menatap langit langit putih sebuah ruangan kini melirik kesamping. Tepatnya kepada beberapa orang yang menangis senang kepadanya, dengan tubuhnya yang masih berwujud iblis Amon bangkit dari atas sebuah tempat tidur.

Memandang sekitar dengan wajah bingung juga tidak percaya, Amon tidak pernah berharap banyak jika dirinya bisa kembali menginjakkan kaki ditempat ini.

"Tuan, tolong bangunkan dia tuan" pinta mereka dengan penuh permohonan.

"Dimana?" tanya Amon menanggapi permohonan mereka. Semua orang itu menuntun Amon pergi menuju kesebuah ruangan yang begitu terang dan penuh oleh permata indah. Setelah itu membiarkannya berjalan sendirian menghampiri tempat tidur yang terdapat seseorang diatasnya.

Amon menatapi seorang pria yang memejamkan matanya dengan sangat tenang, melihatnya terbaring mengingatkannya pada kesalahan yang dulu pernah diperbuatnya. Menggigit jarinya, Amon meneteskan darahnya kedahi pria tersebut.

Ia memulai ritualnya untuk membangunkan pria tersebut dari tidur panjangnya, namun beberapa menit berselang tidak ada apapun yang terjadi. Seperti dirinya yang hanya bisa datang saat Erza memanggil namanya, pria itu hanya bisa bangun saat Erza memanggil namanya.

Terdiam disana, Amon tidak tau harus melakukan apa sekarang. Berteriak keras memaki dirinya sendiri, dia kembali membuat kesalahan dengan menghapus semua ingatan gadis itu lalu membohonginya. Mengatakan hal bohong hanya untuk menutupi kesalahannya dan membuat kesalahan lain yang teramat besar.

Gadis itu membutuhkannya sekarang, gadis itu memanggil namanya sambil menangis membutuhkan pertolongannya. Dan apa yang dirinya bisa hanya meruntuki kebodohannya.

.

.

.

Tbc

🤣Buat kalian yang masih tanya tanya. Amon kenapa, matenya Erza yang asli kemana/ siapa, Alex itu sebenernya siapa, ini ceritanya makin gini aja/ makin bikin sakit kepala nguras emosi pula... 

Dibab selanjutnya bakalan terjawab semua kok, beneran. Gk akan spoiler lagi aku😭 

Happy thingking~

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now