BAB XXXII: Reon 3

6.6K 645 36
                                    


Reon


Lina mencekalnya. "Ada yang ingin kami tunjukkan kepadamu, sebagai balasan karena berhasil menjaga Erza walau tak sempurna"

Mau tidak mau Reon menyetujuinya, lagi pula ia juga penasaran dengan apa yang akan mereka tunjukkan kepadanya. Pada akhirnya ia berjalan menuju kesalah satu ruangan yang letaknya sudah diberitahukan oleh Lina, mengetuk pintunya lalu masuk kedalam.

Ia hanya bisa terpaku terkejut, bukan karena Amon yang tiba tiba berdiri dihadapannya sambil menyodorkan sebuah kemeja putih. Tapi terkejut karena ditempat tidur itu Erza tampak dirantai, dan rantai itu tersambung dengan sebuah pentagram hitam yang besar.

"Cepat ambil ini, aku harus membantu Albert" ucap Amon tampak jengah saat merasa apa yang diulurkannya tidak segera diterima, membuat tangannya harus tetap tergantung diudara hingga membuang waktunya.

Dengan segera Reon menerimanya lalu membiarkan Amon berjalan melewatinya yang masih terpaku menatap Erza. "Jaga dia, jangan sampai terbangun" pesan Amon sebelum menutup pintu.

Mengangguk, Reon memakai kemeja putih itu yang ternyata memangpas dibadannya. Dia mendekati tempat tidur itu perlahan, tertegun menatap betapa besar rantai yang mengikat gadis yang sedang tertidur ini. Lalu mendongak menatap pentagram itu sambil mengerutkan alis, ingin tau darimana rantai rantai itu terhubung.

Lagipula untuk apa Erza sampai dirantai seperti ini, apa akan ada sesuatu yang akan terjadi. Bahkan Reon sampai mengatur nafasnya agar tidak menganggu gadis itu tidur, karena yang ia tau iblis memiliki pendengaran yang cukup tajam dan tentu saja pengelihatannya.

Sedikit lama ia hanya terdiam memandangi Erza yang entah kenapa terlihat sangat menyedihkan baginya sambil sesekali menatap sekitar. Menatap foto foto seorang gadis kecil yang sangat lucu sedang bermain dihutan, setiap potret foto itu milik Erza sewaktu kecil. Dia sangat ingin menyalahkan keadaan, tapi berkat karena mereka juga gadis itu bisa merasakan hidup normal layaknya manusia lainnya.

Clang

Clang

Clang

Rantai rantai itu mulai tertarik masuk kedalam pentagram, ikut mangangkat Erza yang telilit rantai hingga menelannya kedalam lingkaran sihir itu. Sebelum sempat ia menariknya turun pentagram hitam itu menghilang, membuatnya panik seketika.

'Dia ditelan lingkaran itu! Bagaimana aku menjelankannya pada mereka' paniknya, ia sadar posisinya sedari tadi memang tidak menguntungkan sama sekali.

Kepalanya yang akan menjadi bayaran dari semua kesalahannya, dan ia juga tidak ingin bernasip sama dengan seorang wanita yang berada didapur dicincang oleh Lina. Ia bahkan tidak bisa membayangkan saat dirinya akan disuguhkan sebagai makanan penuh rempah yang akan dimakan Erza dengan lahap.

Reon tidak bisa membayangkan semua itu akan terjadi kepadanya, entah itu sekarang ataupun nanti. Bagaimana bisa ia mati dengan keadaan sekonyol itu. Dia bahkan lebih baik memilih mati dengan dada berlubang setelah dibidik oleh Erza dari pada menjadi hidangan.

"Apa yang kau pikirkan, roggue kecil. Kau tidak mendengar aku memanggilmu sedari tadi?" intrupsi Lina sambil menepuk pundak reon.

Suara suara dibenak Reon sungguh menganggunya, saat pertama kali mendengar cerita Amon mengenai seorang roggue yang dekat dengan nonanya. Dirinya pikir pasti Amon dan Reon memiliki sifat yang sama, ternyata tidak. Reon terlihat sama menyebalkannya dengan Albert, hanya saja Reon tampaknya sedikit lebih penakut dari Albert.

"Ikuti aku" ucapnya saat Reon menoleh kearahnya dengan wajah pias.

"Erza, tapi dia ditelan lingkaran hitam itu" jelas Reon sedikit terbelit belit. Wanita itu menoleh kearahnya, menatapnya datar hingga membuatnya terdiam.

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now