BAB XXXI: Reon 2

7K 578 25
                                    


Reon 


Dengan wajah pucatnya, ia sesekali melirik kearah jam. Menelan ludahnya kesulitan sambil memegang lehernya sedikit ketakutan. Menerka nerka kapan Amon akan kembali pulang, dan apa yang akan terjadi padanya setelah itu.

"Reon!" panggil Erza dengan nada terkejut.

Reon menoleh kearah gadis itu lalu tersenyum kikuk menanggapi raut terkejut yang Erza berikan, mungkin karena melihat dirinya yang duduk disofa dengan baju tak utuh seperti ini. Seharusnya ia pulang lebih dulu sebelum datang kerumah gadis ini.

"Kau tidak apa apa? Kemana saja kau pergi" tanya gadis itu sambil menautkan alisnya, namun tatapannya tampak menelisik tubuhnya.

Dia tidak tau bagaimana cara menjelaskan semua itu kepada Erza, kerena pada dasarnya ia tidak pergi kemanapun. Mungkin ia menghilang sejenak untuk merubah wujudnya menjadi serigala, tidak mungkin ia berubah didepan banyak orang. Keadaan akan semakin kacau jika itu terjadi.

Mulutnya terbuka namun tak ada satu kata yang keluar dari sana, membuat seorang gadis yang berdiri disampingnya itu semakin dibuat penasaran.

"Kau terluka!, aku akan mengambil obat untukmu" ucap Erza menarik tangan kanan Reon saat ia tau ada beberapa luka sayatan yang tertutup baju tidak berbentuk itu.

"Tidak, tidak perlu" tolak Reon mencekal Erza yang akan mengambil obat. Terlihat gadis itu kembali menautkan alis tidak senang.

"A-"

"Itu benar nona, anda tidak perlu mengobatinya" ucap Amon yang baru saja datang sambil menutup pintu. Berjalan mendekati nonanya juga Reon yang hanya bisa diam memandangnya dengan wajah pucat, Amon meliriknya lalu menyeringai kecil sebelum berdiri dihadapan Erza sambil membungkukkan badan.

"Nona, saya bawakan obat untuk anda" ucap Amon sambil memberikan bungkusan daun berisi daging yang yang sempat dibakarnya.

Reon sudah menduganya, ia sudah mencium bau anyir menjijikkan dari dalam bungkusan daun itu. Meskipun tidak berbau busuk seperti yang pernah diciumnya di cafetaria sekolah, tapi bau bau itu sungguh menjijikkan. Ia yang seorang roggue bahkan tidak pernah benar benar memakan daging manusia seperti Erza, dia mungkin hanya akan mencabik cabiknya hingga tak terbentuk lalu meninggalkannya.

Ia menoleh kearah lain, menutup hidungnya dari bau itu bermaksud meredam rasa mualnya yang tiba tiba saja datang. Hingga tanpa sadar saat ia kembali menoleh Erza tampak menatapnya kebingungan dan Amon hanya meliriknya dari sudut mata.

"Kau kenapa? Apa ada luka lain yang lebih parah?" Erza mendekatinya mencoba untuk membuka baju yang dirinya pakai. Hingga Amon tiba tiba saja berdiri dibelakang gadis itu lalu menutup matanya hingga jatuh tak sadarkan diri.

Amon mengangkat gadis itu lalu berjalan masuk kedalam rumah, mungkin iblis itu membawa Erza untuk ditidurkan di kamarnya, tau mungkin saja diobati juga.

"Bisa kau jelaskan bagaimana Erza bisa sampai seperti itu?" tanya Albert yang tidak tau jelasnya kapan sudah duduk disofa seberang, menatapnya dengan wajah butuh penjelasan sambil bertopang dagu.

Dan tentu saja hal itu mengejutkan Reon yang terlalu fokus mengikuti kemana Erza akan dibawa iblis itu pergi. Namun lagi lagi dirinya hanya bungkam meski mulutnya tampak sekali ingin mengatakan semuanya.

Albert tersenyum lalu menegakkan tubuhnya yang condong karena bertumpu dagu. "Jangan kaku seperti itu. Tenang saja, aku tidak seperti Amon. Kau bisa cerita tanpa harus takut" ucapnya sambil tertawa.

Tidak, bahkan sebelum cerita keringat dinginnya sudah menetes seperti ini. Apa ia bisa mempercayai apa yang dikatakan iblis itu padanya, bagaimana kalau saat ada satu atau dua kata yang salah ia ucapkan. Ia tidak siap kehilangan kepalanya detik itu juga.

"Hey, aku bisa membaca isi pikiranmu itu. Jangan memikirkan hal yang tidak tidak, sudah kubilang aku tidak seperti Amon" lanjut Albert sedikit tersinggung saat dirinya disamakan dengan Amon.

Pada akhirnya Reon benar benar menceritakannya, mungkin secara singkat agar tidak membuang buang waktu tentu saja. Lagi pula ia tidak mengetahui bagaimana detailnya, karena dirinya juga sempat terpisah dengan Erza.

"Siapa pria itu, sepertinya dia punya masalah dengan Erza" tanya Albert menoleh kearah lain sambil menggaruk garuk pelan dagunya, ia sedang berpikir sampai sendok sayur itu melayang kearahnya lalu menghantam kepalanya.

Seorang wanita keluar dari dalam rumah dengan raut marah, dan Reon bisa mencium bau menjijikkan itu lagi seiring wanita itu berjalan mulai mendekat.

"Kau terlalu banyak mengoceh! Bukankah aku tadi menyuruhmu untuk berburu!" marah Lina sambil menyahut sendok sayur yang diulurkan oleh Albert sambil mengusap kepala.

"Aku tau itu nenek sihir, memangnya salah mengajak tamu bicara" sahut Albert merengut, ia bangkit lalu berjalan keluar dari rumah.

Terdiam, Reon sungguh tidak tau jika Erza memiliki 2 demon guard juga 1 enchanter wanita. Ia benar benar tidak tau sekarang, sekeras kepala apa Erza hingga dijaga 3 orang sekaligus.

Lina menoleh kearah Reon setelah memastikan Albert benar benar menjalankan perintahnya, menatap luka luka yang ada ditubuh Reon lalu menghela nafas. "Kau, ikuti aku. Pakai ini jika kau tidak tahan dengan baunya" ucap wanita itu sambil memberikan sapu tangan bersih dari saku dressnya.

Reon menerimanya dan segera bangkit mengikuti seorang wanita yang tidak ia ketahui siapa namanya itu, ia hanya mengetahui Amon karena pria itu sering menemani Erza kemana mana.

.

.

.

Ia benar benar merasa kalau perutnya sangat sakit dan mual, bagaimana tidak. Wanita yang baru ia ketahui namanya Lina itu mengajaknya kedapur, dan disana ada seorang manusia tampaknya sedang dicincang halus oleh Lina.

Tak ada satu darah yang menetes kelantai, semua darah itu menetes kedalam baskom. Tapi Reon benar benar tidak bisa berpikir sekarang. Bagaimana bisa dirinya diobati sambil terus menatap tubuh manusia tak berbentu dihadapannya.

"Lemah, bukankah kau seorang roggue. Bagaimana kau bisa jijik melihat ini saat kau sendiri sudah terbiasa mencabik orang yang masuk kedalam hutan terlarang" ucap Lina tetap fokus menyembuhkan Reon.

Itu memang benar, tapi cara mereka membunuh sangatlah berbeda. Reon pikir Lina, Amon, dan Albert terlalu kejam.

"Sudah"

Ia menatap sekujur tubuhnya, dan lukanya benar benar menghilang dengan sempurna. "Kenapa kau tidak mengobati Erza dengan cara seperti ini" tanya Reon reflek.

Lina mendongak sambil membersihkan tangannya. "Kalian berbeda, aku bisa menyembuhkanmu. Tapi aku tidak bisa menyembuhkan Erza. Satu satunya obat dan cara agar gadis itu bertahan hidup adalah menyantap mereka" jawabnya sambil menunjuk dimana bangkai manusia itu berada, dengan cepat Reon mengangguk dan tidak ingin bertanya lagi.

"Temui Amon, pinjamlah salah satu kemejanya. Kupikir ukuran baju kalian sama"

Wajahnya kembali memucat, haruskah dirinya bertemu Amon. "Tidak perlu, aku akan pulang saja"

Lina mencekalnya. "Ada yang ingin kami tunjukkan kepadamu, sebagai balasan karena berhasil menjaga Erza walau tak sempurna"

.

.

.

Tbc 

Kepotong😂

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now