BAB LVIII: Werewolf

3K 358 17
                                    


Werewolf 


Dan tepat waktu, Erza tanpa pikir panjang menangkap pisau yang pria itu layangkan. Dia tau tindakannya ini begitu bodoh, tapi dia harus tetap menyelamatkannya. Sesuatu didalam dirinya menginginkan agar anjing kecil itu selamat.

Tap!

Erza mendongak bersamaan dengan pria itu menatapnya dengan wajah terkejut. "Luna?" panggil pria itu dengan wajahnya yang berubah pucat.

Menarik pisau itu dari tangan Erza, darah keluar dari tangannya yang tergores. Pria itu seketika berdiri gemetar takut, menatapi luka tersebut adalah perbuatannya.

"Berapa harganya?" tanya Erza sambil melambaikan tangannya dihadapan pria tersebut.

Ia terlihat biasa saja dengan tangannya yang terluka, dia pikir ini adalah resiko dari ulah cerobohnya. Seharusnya Erza memanggil pria itu dan berbicara secara baik, bukan langsung menangkap pisau tersebut.

Menggeleng, pria itu tiba tiba bertekuk lutut dibawah kaki Erza. "Maafkan saya Luna" ucapnya gemetar.

"Apa?" Erza tidak mengerti kenapa pria itu malah berlutut dibawah kakinya.

"Saya sudah melukai anda, beri saya hukuman" ucap pria tersebut.

Sedangkan Erza hanya bisa tercenggang mendengarnya, dia pikir ini berlebihan. Tidak mungkin dia memberikan hukuman kepada pria itu dengan kecerobohannya sendiri. Lagipula luka yang didapatkannya cukup kecil dan tidak terasa sakit.

"Tidak apa apa, ini hanya luka kecil" ucap Erza menolak permintaan pria tersebut untuk memberinya hukuman dan membantunya untuk bangun.

Dan sebelum pria itu sempat mengatakan sesuatu, Erza memotongnya dengan kembali menanyakan harga daging yang anjing kecil dibelakangnya bawa.

"Tidak perlu membayarnya Luna, dan sebagai ganti saya akan memberikan lagi untuk anda" ucap pria itu dengan sedikit memaksa. Mau tidak mau Erza menyetujuinya karena tidak ingin memperpanjang masalah.

Pria itu pada akhirnya pergi setelah berpamitan kepadanya dengan sangat sopan. Setelah benar benar pergi, Erza menaikkan sebelah alisnya. Ia pikir hanya orang orang yang berada didalam rumah Alex saja yang memanggilnya Luna, tapi ternyata tidak.

'Luna itu siapa? Apakah wajahnya mirip denganku?' pikirnya kebingungan.

Ia menoleh kebelakang melihat keadaan anjing kecil itu, menepikan kebingungannya sejenak lalu berjongkok untuk menatap betapa manisnya dia. "Kau sangat lucu, lain kali jangan mencuri lagi okey" ucap Erza mengusap kepala anjing tersebut lembut, dia harap anjing itu akan mengerti bahasanya seperti ia berbicara dengan Flufy.

Serigala kecil itu menatap kebingungan saat mendengar gadis didepannya memanggilnya anjing. Apa mungkin karena wajahnya yang mirip husky kecil membuat gadis itu salah mengartikan. Setelah menatap wajah Erza cukup lama, serigala kecil itu menaruh daging yang digigitnya dihadapan Erza.

Terkejut, Erza tidak mengerti kenapa anjing kecil itu malah memberikan daging tersebut kepadanya. "Kenapa kau berikan kepadaku? Itu sudah menjadi milikmu" ucap Erza mengambilnya dan memberikannya lagi.

Namun serigala kecil itu mundur dan lari begitu saja tanpa membawa dagingnya, Erza terdiam tidak paham melihat anjing tadi berlari meninggalkannya begitu cepat.

Erza ingin sekali mengejarnya dan memberikan daging ini, karena dia yakin anjing itu sedang kelaparan. Tapi dia ingat dengan si kembar yang ditinggalnya sendirian dipinggiran jalan.

Bangkit, Erza membawa daging itu bersamanya. Sebenarnya ada satu hal yang baru dia sadari, anjing itu tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Bahkan saat posisinya terpojok seperti tadi, dia tidak mendengar sedikitpun geraman keluar dari mulutnya, dan itu cukup aneh menurutnya.

Sniper Mate: Demon BloodWo Geschichten leben. Entdecke jetzt