BAB 7: Black Wolf

23.7K 1.6K 206
                                    


BLACK WOLF

Deru mesin mobil itu berhenti tepat setelah sampai dipertengahan hutan, Erza menoleh kesekitar melihat dimana dia bisa memarkirkan mobilnya agar tidak menghalangi jalanan hutan.

Memasukkan mobilnya kedalam hutan, Erza menutupi mobilnya dengan semak belukar sebelum keluar dari dalam dengan keadaan sudah berganti baju. Gadis itu sudah tidak memakai kemeja putih dengan rok span yang sangat tidak disukainya.

Menggunakan kaos crop top hitam dengan celana jogger juga jaket militernya, Erza terlihat santai merakit senapan yang dibawanya. Itu adalah SS-2, tentunya tidak ketinggalan 2 buah MAGNUM 30 yang sudah duduk manis dibackpack yang terpasang rapi dikanan kiri pinggangnya.

Tidak ada satupun alasan yang dapat membuatnya lupa untuk tidak membawa MAGNUM 30 khusus miliknya. Banyaknya keunggulan yang pistol itu tawarkan membuat Erza menjadikan pistol itu benda kesayangannya. Dengan ukuran yang lumayan kecil, mudah dibawa, MAGNUM 30 juga memiliki 10 tempat peluru.

Memasukkan koper hitam itu kedalam bagasi, Erza menoleh menatap mobilnya. "Bye bye honey, jangan kemana mana saat kutinggal berburu sebentar oke" ucapnya sambil melempar cium jauh.

Dan untuk kesekian kalinya dia tersenyum hanya untuk berpamitan dengan mobil kesayangannya itu. Berjalan memasuki hutan dengan wajah cerah dan semangat yang membara, Erza terlihat sangat percaya diri akan menangkap sesuatu yang besar. "Hunter is coming" ucapnya senang.

Sudah 2 jam berlalu dan semangatnya untuk berburu mulai menyurut. Bagaimana tidak, tidak ada satu hewanpun yang terlihat diujung matanya. Rasa percaya dirinya seketika roboh, dengan wajahnya yang kusut gadis itu masih meneruskan perjalanannya.

"Tidak mungkin mereka mendengar apa yang aku katakan" gumannya konyol ketika beranggapan hewan hewan dihutan bersembunyi setelah mendengarnya datang memburu mereka.

Erza mulai menguap bosan sambil terus menyusuri lebatnya hutan terlarang ini, berharap menemukan sesuatu yang dapat dia jadikan sebagai bahan perburuan.

"Akh, menyebalkan!" geramnya menembak asal sebuah pohon secara beruntun hingga tumbang.

Kembali menguap lebar, gadis itu menoleh saat mendengar suara krasak krusuk semak disekitarnya. Mengarahkan senapannya ke arah datangnya suara, Erza diam menunggu apa yang akan keluar dari dalam semak itu nantinya.

Beberapa detik kemudian seekor rusa tiba tiba saja melompat keluar dari dalam semak dengan keadaan panik, dengan cekatan Erza langsung menarik pelatuknya dan menembak rusa itu hingga terkapar dalam satu tarikan jarinya.

Gadis itu menarik sedikit nafasnya lega setelah mengira jika hutan ini sudah tidak memiliki hewan untuk diburu, nyatanya masih ada rusa yang hidup disini. Lagi pula tidak mungkin ada pemburu yang berani datang bahkan lewat dihutan terlarang ini dengan semua rumor menakutkannya, selain dirinya tentu saja.

Apa yang harus ditakutkan saat dia bahkan memiliki rumah ditengah tengah hutan terlarang dan tumbuh disana dengan pengawasan Amon seorang.

Berjalan mendekati rusa itu sambil tersenyum senang mendapatkan buruan pertamanya, Erza berpikir apa yang harus dia lakukan dengan rusa itu. 'Dibakar, kelihatannya enak' batinnya, mengingat dia juga belum sempat memakan sarapan yang sudah Amon siapkan untuknya dirumah.

Seekor serigala besar tiba tiba melompat dihadapannya ketika Erza baru saja ingin mengambil rusa buruannya itu untuk dibawa pulang. Menggeram keras dan menatapnya sengit seolah rusa itu adalah miliknya bukan milik Erza.

Namun apa yang gadis itu lakukan hanya tersenyum senang. 'Bukankah itu serigala jinak tadi malam' batinnya senang bisa kembali bertemu dengan serigala raksasa itu.

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now