BAB ?: D-Day

1.9K 222 40
                                    


D-Day

Pria itu memijat pangkal hidungnya pelan sambil memejamkan mata, kepalanya terasa pening beberapa minggu ini. Apalagi ditambah dengan keadaan Reon yang terluka saat keluar dari tempat itu kemarin, menjelaskan betapa susahnya Erza untuk keluar dari sana.

Sudah hampir 6 bulan anak gadisnya itu terkurung didalam sana dan dia teramat sangat khawatir. Setiap hari dia selalu bertanya tanya, apa yang Erza makan disana, Erza baik baik saja atau terluka, dia ingin melihat keadaan Erza secara langsung.

Amon, pria itu juga menghilang entah kemana beberapa minggu setelahnya. Lina maupun Albert bahkan sampai tidak tau dimana pria itu berada sekarang.

Sebagai ayah, Barms merasa dirinya tidak berguna. Dia hanya bisa diam menunggu kabar putrinya tanpa melakukan apapun yang berguna, dia hanya duduk disini seharian menunggu kabar yang akan Reon bawa untuknya.

Bangkit dari duduknya Barms berjalan kearah dapur, lebih tepatnya kearah Lina yang terduduk diam didepan meja makan. Wanita itu hanya melamun, tidak melakukan apapun lalu menoleh kearahnya.

"Anda ingin sesuatu untuk dimakan tuan?" tanya wanita itu tersenyum lembut kepadanya, senyum yang sangat terlihat jelas jika dipaksakan itu membuat Barms menautkan alisnya.

Ia tau wanita itu pasti merasa tidak berguna, sama seperti dirinya. Sejak kedatangannya kerumah ini Barms selalu memperhatikan Lina, Albert, dan Amon yang mengurus Erza selayaknya anak anak.

Barms tidak akan pernah melupakan bagaimana mereka terlihat salalu bersemangat menjadwal semua kegiatan putrinya, dan selalu bisa mengatasi Erza dalam masa tidak bisa diatur.

Setelah dipikir lagi peran orang tua miliknya sudah digantikan secara penuh oleh mereka, satu satunya peran yang dimilikinya hanyalah sebagai penutup perjanjian.

"Bisakah kau mengirimku masuk kedalam sana besok" pinta Barms kepada Lina yang menatapnya dengan wajah terkejut.

"Anda ingin masuk melewati barrier itu, tuan" ucap Lina memastikan jika apa yang didengarnya memang tidak salah.

Terdiam Lina melirik kearah lain, bagaimana cara dia menjelaskan jika masuk kedalam barrier itu tidak sesederhana yang terlihat. Hari pertama saat dirinya mengantarkan Reon masuk kedalam sana, dia baru menyadari bahwa akan ada sedikit efek samping.

Memang tidak akan terluka, akan tetapi kulit akan terasa panas seperti terbakar saat masuk ataupun keluar. Reon sering mengeluhkan hal itu kepadanya dan Lina harus selalu menyembuhkannya.

Lina tidak yakin efek sampingnya akan sama terhadap manusia, terlebih lagi terlalu beresiko jika Barms masuk kedalam sana.

"Apa bisa?" tanya Barms lagi dengan wajah penuh harapan.

"Maaf tuan, anda tidak bisa masuk kedalam sana. Selain efek samping, ini terlalu beresiko untuk anda" jawab Lina menolak permintaan Barms yang ingin masuk kedalam kawasan red moon pack.

"Saya akan mengirim Albert besok, jadi anda tenang saja disini" imbuh Lina secara tidak langsung meminta Barms untuk tidak kemanapun.

Mengingat Erza masih bisa hidup dengan tubuh manusianya hingga saat ini, gadis itu pasti sudah belajar banyak tentang iblis yang berada didalam dirinya. Lina memang tidak bisa melihat keadaannya secara langsung selain cerita dari Reon, akan tetapi dia mengakui gadis itu sudah siap menyambut golden moon sendirian.

Setidaknya jika Erza masih belum bisa keluar darisana, dan lagi Lina berharap gadis itu tidak menjadi 'Rakus' karena sudah bisa mencari makanannya sendiri.

Sniper Mate: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang