BAB XLII: Just, say good bye

5.3K 442 57
                                    


Just, say good bye


Erza menoleh kearah Vano yang bangkit dari duduknya setelah Flufy pergi beberapa menit lalu, menghampirinya yang duduk disebelah papanya sambil tersenyum. "Erza, aku juga mau pulang" pamit Vano.

Namun gadis itu sedikit menautkan alis mendengarnya. "Tidak ingin menginap? Kau kan masih sakit" tanya Erza, entah kenapa dia sedikit kurang suka mendengar apa yang dikatakan Vano.

"Tidak, aku ingin pulang saja" tolak Vano tetap mengembangkan senyumnya.

Barms yang melihat putrinya begitu berat melepas Vano untuk pulang pun ikut menawari untuk menginap, tapi Vano tetap menolaknya sambil tersenyum.

Sebelum pergi, Vano sempatkan untuk memeluk Erza sebentar. "Besok, salju pertama akan turun. Aku harap, aku bisa memberi hadiah cantik untukmu" ucap Vano tersenyum cerah.

"Tentu saja bisa, kau bisa berikan apapun. Aku tidak akan menolaknya" sahut Erza tersenyum mendengar gurauan Vano. Meski ada sesuatu yang mengganjal saat ingin membiarkan sahabatnya itu pulang kerumahnya.

"Aku harap begitu" guman Vano yang entah kenapa bisa berbicara seperti itu.

Berjalan keluar rumah, Vano lekas masuk kedalam mobilnya. Musim gugur akan berakhir dan malam semakin dingin, dia tidak tau apa yang akan terjadi.

"Sampai jumpa Erza, paman" pamit Vano lagi setelah itu mobilnya lepas landas dari halaman rumah Erza.

Melihat mobil Vano menghilang dibalik rimbunnya hutam, Erza menunduk. Tidak tau mengapa gadis itu seperti ingin menangis, dirinya merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Dear, ada apa?" tanya Barms setelah melihat raut murung putrinya.

"Papa, aku tidak tau. Tapi apa Vano baik baik saja?" tanya Erza cemas.

"Tentu saja. Sekarang, ayo kita masuk" ajak Barms merangkul pundak putrinya itu.

"Besok, aku ingin datang kerumah Vano pagi pagi sekali" ucap Erza dan diangguki oleh Barms.

.

.

.

Didalam perjalanan, Vano menatap jalanan hutan yang gelap dan terlihat tidak berujung. Entah bagaimana bisa dirinya mengucapkan kalimat kalimat itu, seolah mulutnya bergerak dengan sendirinya.

Brak!

Asik dengan pemikirannya sendiri membuat Vano tidak fokus kejalanan hingga menabrak sesuatu yang baru saja ada dijalanan. Membuatnya tersentak hingga menginjak rem mobilnya secara mendadak.

Vano menghentikan mobilnya, keluar dari sana untuk memeriksa sekiranya apa yang tadi ditabraknya. Dia mencari di sekitar mobil, dan tidak ada apapun yang ditemukannya. Namun bagian depan mobilnya yang tiba tiba penyok, membuatnya bertanya tanya.

Akhirnya Vano merunduk, berpikir jika apa yang baru saja ditabraknya masih terjebak dibawah mobilnya. Namun yang ditemukannya hanya seutas kertas bertuliskan.

"Jangan lihat kebelakang"

Vano bangkit dan dengan reflek dia menolehkan kepalanya kebelakang hingga semua kejadian itu tak dapat tertangkap jelas oleh pengelihatannya.

Crass

Dug!

Dan sedetik setelahnya, sungai darah membasahi tanah hutan terlarang itu. Pohon rimbun juga malam menjadi saksi bisu akan semua kejadian itu. Tak ada yang dapat mereka lakukan sampai seseorang mengetahunya sendiri.

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now