BAB 5: Again

27.7K 1.9K 145
                                    


AGAIN

Erza sampai dirumah dengan sangat cepat setelah berlari tanpa henti, senyum itu bahkan tidak luntur oleh nafasnya yang terengah engah. Senang jika perjalanannya hanya memakan waktu 15 menit saat dia berlari. Menetralkan nafasnya sebelum membuka pintu itu, Erza terdiam mematung dengan wajah bodoh ketika melihat Amon menyambutnya dibalik pintu itu.

"Anda pulang terlambat hari ini, nona" ucap pria itu sebelum melihatnya dari atas kebawah, memperhatikan penampilan lusuh Erza yang sibuk menyembunyikan tangannya.

Gadis itu hanya bisa tersenyum kikuk sambil mengangguk kecil menjawabnya, Erza segera berjalan masuk hendak kedalam kamarnya sebelum Amon menyadari apa yang terjadi pada tangannya.

"Apakah tuan Vano tidak mengantar anda pulang?" tanya Amon mengikuti gadis itu berjalan.

"Ya, dia mengantarku pulang" jawab Erza cepat, berharap Amon tidak menanyakan banyak hal.

"Lalu bagaimana anda bisa pulang dengan pakaian lusuh ini, anda terlihat seperti baru saja terjatuh" ucap Amon mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu, dia bisa melihat dengan jelas bercak darah yang tersamarkan oleh noda tanah.

Namun Erza sama sekali tidak memberinya jawaban dan terus menghindarinya, membuatnya semakin curiga terlebih dia tidak mendengar gadis itu memannggilnya sama sekali hari ini.

Amon mencekal lengan kanan gadis itu sebelum sempat memijakkan kakinya pada anak tangga pertama, tanpa melepaskan cekalannya dia mengadahkan sebelah tangannya pada Erza.

"Ada apa Amon?" tanya Erza menyembunyikan tangannya kebelakang lagi secara perlahan. Namun ketika melihat Amon dengan wajah datar menautkan alis kepadanya, pada akhirnya dia memberikan tangan kirinya pada pria itu.

'Bagaimana bisa dia selalu tau jika aku terluka' gerutu Erza memejamkan matanya, gadis itu sudah siap menerima omelan yang akan Amon berikan kepadanya.

Amon mengangkat lengan kemeja putih Erza yang benuh dengan bercak darah keatas, hingga luka bekas cakaran itu terpampang jelas dihadapan Amon. Pria itu bahkan semakin menautkan alisnya ketika mencium aroma beberapa werewolf pada tubuh gadis itu, karena aroma itu baru tercium oleh Amon ketika jarak mereka cukup dekat.

"Amon, aku bisa menjelaskannya" ucap Erza mencoba menjelaskan ketika melihat Amon sedang menahan emosinya, terlihat begitu marah dengan apa yang terjadi kepadanya.

"Anda bisa mengatakannya" jawab pria itu menatapnya begitu tajam.

"Begini Amon, pertama jangan salahkan Vano karena dia bahkan tidak tau apapun tentang ini"

Menghela nafasnya, Amon mengangguk menyetujui persyaratan yang gadis itu berikan kepadanya.

"Segerombolan serigala datang menyerangku didalam hutan saat aku mengumpulkan kunang kunang untuk tugas sekolah" jelas gadis itu membuka tas selempangnya, memperlihatkan beberapa kunang kunang yang ditangkapnya. Walaupun Erza harus sedikit menyayangkan jika serangga itu sudah mati, mungkin karena terombang ambing olehnya.

"Lalu apa yang terjadi, mereka tidak menggigit leher anda bukan?" tanya Amon memastikan.

"Tidak, salah satu dari mereka mencakarku dan menyerangku. Jadi aku membunuhnya" jawab Erza sedikit kebingungan ketika melihat pria itu menampakkan gurat khawatir yang terlihat begitu jelas dibalik amarahnya.

"Maaf, seharusnya aku mendengarkanmu untuk tidak berjalan didalam hutan sendirian" ucap gadis itu menyesali perbuatannya.

Kembali menghela nafasnya, Amon melepaskan cekalannya dan membiarkan gadis itu untuk pergi kedalam kamarnya. "Saya akan mengambilkan obat, tolong bersihkan diri anda terlebih dahulu" ucap Amon berjalan menuju dapur, mengambil obat yang dirinya maksud.

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now