BAB LII: Substitute

3.1K 371 59
                                    


Substitute


Daniel beberapa kali menelan ludahnya sendiri, entah kenapa dia merasa tertekan saat terus ditatap oleh Alex yang sedang duduk diseberang sana. Sambil terus mencari jawaban atas pertanyaan Alex pada sebuah buku, tangannya sampai hampir mati rasa membalik halaman buku tebal yang tiada habisnya itu.

"Dari apa yang kutemukan, itu adalah hal yang wajar saat pengikat kontrak jauh dengan demon guardnya" jelas Daniel membaca tulisan rumit itu dengan susah payah. Bahkan dia tidak yakin dengan ucapannya sendiri, tentu karena tulisan dibuku itu begitu rumit untuk dibaca.

Daniel menatap Alex lalu kembali menatap buku tersebut, menunggu tanggapan Alex. Tidak mungkin Alex masih belum puas dengan jawabannya, dia bahkan mencari buku tebal ini sampai 2 minggu. Walaupun tebal dan besar, entah kenapa buku itu sangat sulit dicari.

Terdiam beberapa saat, Alex mengatupkan giginya kesal dengan jawaban yang diberikan Daniel. "Bagaimana cara memutus kontrak itu?"

Daniel kembali membalik balik setiap halaman dibuku tua itu lalu membacanya. "Kontrak tidak dapat diputus oleh orang yang tidak bersangkutan, hanya Luna yang dapat melakukannya"

Lagi lagi jawaban yang didapatkannya tidak sesuai dengan apa yang dirinya inginkan. "Lalu bagaimana dengan, cara membunuh demon guard?" tanya Alex sambil menahan rasa kesalnya.

Kembali membalik halaman buku tersebut Daniel tiba tiba berhenti, dengan ragu dia mendongak. "Dengan membunuh sang pengikat kontrak, membunuh Luna" ucap Daniel pelan, karena pria itu yakin Alex akan semakin marah setelah mendengar jawabannya ini.

Brak!

Menutup matanya, Daniel diam sambil menoleh kearah lain. Ruangan ini akan kembali hancur dalam hitungan menit, dan apa yang harus dilakukannya hanya pamit pergi dari sana sambil memindlink seseorang untuk memperbaiki ruangan itu lagi.

Setelah melempar meja kerjanya hingga hancur, Alex mengatur nafas juga emosinya sendiri dengan wajah kesal. Satu hal yang membuatnya kesal adalah, bagaimana bisa gadis itu mengikat kontrak dengan demon guard.

Dan lagi untuk apa? Dia bisa memberikan apapun kepada gadis itu tanpa harus mengikat kontrak dengan demon guard manapun. Yang harus gadis itu lakukan hanyalah menurut kepadanya.

.

.

.

Didalam ruangannya, gadis itu masih terbaring belum membuka mata sampai 1 bulan telah berlalu. Tidak ada perkembangan apapun yang mereka dapatkan tentang kondisinya, walau gadis itu sudah menghabiskan mungkin setidaknya ratusan kantong darah.

Celin dan Celina menatap sedih kearah Erza sambil berdiri disamping ranjang, mereka selalu disana untuk memastikan 4 kantong darah yang tersalur kelengan kanan dan kiri Erza tetap penuh.

Kedua anak itu menoleh saat mendengar suara pintu depan terbuka, dan mereka menunduk saat tau Alex yang datang.

"Bagaimana keadaannya, apa sudah sadar?" tanya Alex.

Kedua anak itu serentak menggeleng, mereka sebenarnya takut dengan Alex. Pria itu tidak baik seperti nona mereka, mereka terlalu berharap akan hal itu.

Mencoba tidak marah, Alex menghela nafas panjang. "Ambilkan aku minuman"

Dan dengan segera Celin juga Celina pergi mengambilkan apa yang Alex minta. Setelah menatap kepergian kedua anak itu, Alex mendudukkan dirinya pada sebuah kursi sambil menatap Erza yang masih menutup matanya.

"Apa yang kau inginkan Erza?"

.

.

.

Ditengah perjalan kembali ke ruangan Erza, Celina telihat melirik lirik kakaknya sambil membuka mulutnya. Seperti ingin mengatakan sesuatu, namun takut menyuarakannya.

Celin tiba tiba menoleh. "Apa yang ingin kau katakan Celina?" tanya Celin kebingungan dengan sikap adiknya yang sedikit aneh belakangan ini.

Namun Celina malah mengalihkan pandangannya lalu menggeleng, Celin yang sudah sangat penasaran pun memindlink adiknya itu.

'Kau bisa mengatakannya Celina' dan hal itu membuat Celina terkejut menatapnya.

'Sungguh?'

'Tentu, kau bisa katakan apapun. Tidak ada yang dapat mendengar percakapan kita' yakin Celin sambil tersenyum.

'Um'

'Katakan saja Celina'

'Aku sempat berpikir kalau nona adalah vampire'

'Apa maksudmu? Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?' tanya Celin malah kebingungan dengan pernyataan yang adiknya itu ungkapkan.

'Saat Celin pergi meminta bantuan waktu itu, aku sempat melihat mata nona menjadi merah' jawab Celina menjelaskan.

'Apa kau tidak salah lihat?'

'Tidak! Aku menopang kepalanya saat itu, dan matanya tiba tiba berubah warna' ucap Celina menyakinkan kakaknya bahwa apa yang dilihatnya itu memang benar adanya.

Celin terdiam sejenak. 'Tapi aku tidak mencium aroma kaum vampire pada nona, aromanya manis seperti manusia'

'Aku juga tidak tau, tapi apa yang kulihat itu benar. Aku tidak mengarangnya'

'Baiklah, kita ke perpustakaan besok. Mungkin kita akan mendapatkan jawabannya' dan Celina mengangguk angguk.

Dug

"Ops, hampir saja" ucap seseorang itu setelah menangkap teko yang dibawa Celin sebelum menyentuh lantai.

"Maafkan saya tuan" ucap Celin buru buru sambil berulang kali membungkuk meminta maaf, diikuti oleh Celina.

Pria itu tertawa kecil. "Kalian tidak melakukan apapun jadi jangan meminta maaf, aku yang menabrak kalian" ucapnya sambil mengembalikan teko itu kepada Celin.

Dan si kembar hanya terdiam menatap wajah asing pria tersebut, mereka tidak pernah melihat pria itu sebelumnya di dalam pack.

"Maaf tuan, tapi anda siapa?" tanya Celin hati hati, takutnya jika pria tersebut adalah musuh atau penyusup didalam pack.

Sambil tetap menyungging sebuah senyum, pria itu menekuk lututnya dihadapan Celin juga Celina lalu menjawab pertanyaan kedua anak tersebut. "Aku Luis, aku hanya mampir sebentar untuk melihat keadaan Erza dan memberikan sesuatu kepada kalian" ucap pria tersebut yang ternyata adalah Luis.

Tanpa menunggu jawaban Celin dan Celina, Luis mencium pucuk kepala kedua anak itu sambil berbisik. "Tolong gantikan Amon untuk sementara" setelah itu pergi begitu saja.

Meninggalkan Celin dan Celina yang digeletakkannya ditengah jalan dalam keadaan tidak sadar. Luis tersenyum miris diperjalanan, melihat kedua anak itu mengingatkannya akan sesuatu yang begitu menyakitkan. Mungkin pulang ke England untuk melihat keadaan mereka bisa menghilangkan rasa sakit itu.

.

.

.

Tbc 

Aku lagi pengin konsisten, semoga moodku mendukung😂

Btw, aku senang kalau kalian bisa paham. Selain alurnya berubah, seharusnya kalian udah tau seluk beluknya (cerita awalnya). Tapi apalah aku, Luis yang salah bab aja belum kubenerin. Belum lagi The Legend of Rose dan The Red Girl bikin otakku kerja 2 kali buat revisinya. Demon Guard yang udah lupa. 

Semoga aku tidak tergoda dengan bantal, guling, selimut😭

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now