BAB LXX: I'm Demon 2

2.1K 243 26
                                    


I'm Demon

Bahkan jika Erza sudah berada jauh diluar dan pria itu didalam rumah, aroma itu akan tetap tercium. Mengingat semua hal itu, Amon kembali teringat pertemuan pertamanya dengan Erza memang hanya sebuah kebetulan.

.

Pada suatu malan dengan salju yang turun sangat lebat, pria itu mendudukkan dirnya disebuah gang sempit sambil menatap sekitar beberapa kali dengan waspada.

Mengatur nafasnya yang sedikit berat setelah berlarian sambil tetap mengawasi sekitar, Amon merunduk mengangkat tangannya lalu membuka pakaiannya. Melihat seberapa dalam tusukan yang didapatkannya sebagai serangan balasan karena dia telah membunuh pemimpin mereka.

Mengintip dari balik tempat sampah besar yang ada disampingnya, dia berharap darahnya tidak menetes dan meninggalkan jejak dijalanan.

Amon menyandarkan dirinya kesebuah dinding sambil menutup pakaiannya dan menekan luka tusukan miliknya, berusaha menghambat darahnya yang terus saja keluar. Pria itu hanya mengatur nafasnya sambil menatap langit malam yang benar benar diatasnya, tidak tau lagi harus berbuat apa dengan keadaannya sekarang.

Tertawa kecil, pria itu segera menepis pemikirannya untuk meminta tolong kepada seseorang. Ditengah malam seperti ini, itu tidaklah mungkin. Itu sangat lucu karena orang bodoh macam apa yang mau menolong seseorang yang menukar nyawa dengan sejumlah uang.

Amon yakin saat ada seseorang yang mungkin saja melihatnya sekarang lalu menghampirinya, orang itu hanya akan menatapinya, mungkin juga tertawa, dan menunggunya mati ditempat.

Duk!

"Aduh" namun suara gaduh juga rintihan kecil yang terdengar dari balik tempat sampah itu menyita perhatiannya seketika, Amon sudah memastikannya sampai hampir memasukkan kepalanya dicelah tempat sampah itu untuk melihatnya lebih dekat sebelum kebingungan.

Dengan surai pirang yang panjang, sebuah mantel, dan syal merah tebal yang melilit leher juga wajahnya. Amon terkejut saat melihat seorang gadis manis berjalan jalan ditengah malam, mungkin. Seharusnya jalanan ini akan sepi saat tengah malam menjelang, lalu apa yang gadis itu lakukan diluar sana.

"Kau! Kau tau aku sudah kesal terpeleset olehmu sedari tadi!" marah gadis itu sambil menunjuk nunjuk jalanan yang membeku.

"Apa menurutmu jalanku masih kurang pelan!" lanjut gadis itu lalu terdiam saat melihat sesuatu dan tiba tiba menoleh kearahnya.

Seketika Amon memalingkan wajahnya, wajahnya terlihat semakin memucat dikala panik. Tentu saja karena gadis itu pasti melihat tetesan darahnya yang membeku dijalan. Menegup ludahnya Amon merunduk, mencoba terlihat seperti tidak sadarkan diri sampai suara itu membuatnya secara reflek mengangkat kepala.

"Tuan"

Dapat Amon lihat netra coklat gelap itu memandangnya dengan wajah takut, bingung, juga khawatir secara bersamaan. Sedangkan Amon hanya membuka mulut tidak tau harus mengatakan apa, dia merasa seperti tertangkap dengan beberapa orang yang mengejarnya dan mereka siap memberi hukuman untuknya.

Merendah, gadis itu menekuk lutut dihadapannya dan mencoba melepaskan tangan yang digunakannya untuk menekan luka. "Aku ingin melihatnya" ucap gadis itu menatap Amon dengan wajah yang sama.

Pada akhirnya Amon melepas tangannya dan membiarkan gadis itu melihat luka tusukannya sambil memasang wajah datar. Entah kenapa saat gadis itu memandangnya dengan raut khawatir, Amon tidak bisa menolak apa yang gadis itu minta.

Sniper Mate: Demon BloodМесто, где живут истории. Откройте их для себя