BAB XI: Reon

15.5K 1.2K 8
                                    


REON

Reon berlari menyusuri hutan, dengan wajah senang yang untuk pertama kalinya. Dan entah kenapa kata mengeluh jika pulang disebutkan itu tidak terdengar.

Dia melolong disepanjang jalan, membuat keramaian didalah hutan sepi ini. Burung tampak beterbangan terkejut mendengar suaranya yang keras.

Dalam benaknya hanya terpikirkan oleh satu hal yaitu Erza, gadis manis yang bari diketahui namanya tadi.

“Auuuuu.....” lolongnya keras hingga sampai dirumah.

Dan untuk pertama kalinya juga Reon tampak bersemangat, dan lebih berwarna dari yang biasanya. Membuat seisi desa juga rumahnya kebingungan dengan tingkahnya kecuali 1 orang.

Reon merubah wujudnya dan berlari kearah pintu, masuk begitu saja tanpa menghiraukan salam hormat yang diberikan prajuritnya.

Dia menghampiri seorang wanita paruh baya yang sedang berjalan sambil membawa nampan penuh karangan bunga, Reon memeluknya erat.

“Werry, aku tau namanya!!” ucapnya antusias dan heboh.

Wanita itu terkejut, nampannya sudah jatuh berguling kebawah bersama karangan bunganya. Namun tak ada raut marah sama sekali dalam wajah lembutnya, dia hanya tersenyum saat tau apa yang dimaksud oleh Reon.

“Tuan, selamat” ucap Werry ikut senang.

Lumayan lama Reon memeluk Werry, namun suara tak asing itu langsung membuat moodnya down.

“Jadi, kau sudah mendapatkan pasanganmu? Aku kira kau tidak memiliki pasangan” ucapan bernada sinis itu dilontarkan oleh Javier, kakak kandung Reon.

Perlahan pelukan itu merenggang, Werry bisa merasakan itu. Namun raut yang Reon tunjukkan adalah sebaliknya. Dia masih tersenyum, walau Werry tau kalau lengkungan indah itu hanya kepalsuan.

“Ah, Werry. Aku tidak sengaja membuat bunganya hancur. Akan kubantu kau membuatnya lagi” ucap Reon mengacuhkan perkataan Javier juga keberadaannya.

Werry hanya mengangguk, tidak sanggup berkata kata saat melihat sekilas wajah keras penuh amarah Javier.

“Hei! Kenapa kau mengacuhkanku?” marah Javier kepada Reon, dan Reon seakan tuli mendengar teriakan tadi.

“Werry, tidak perlu diambil lagi. Ayo kita ketaman mengambil yang baru, lagi pula disini terlalu berisik” ucap Reon kembali mengacuhkan Javier.

Reon menggandeng Werry, menuntunnya menuju taman meninggalkan Javier. Javier tau jika Reon sangat benci kepada dirinya untuk beberapa alasan, apalagi saat dirinya mengungkit soal pasangan.

Mungkin rasa benci, juga iri itu sudah mendarah daging sekarang. Tak akan dapat dihilangkan hanya dengan ungkapan maaf semata.

Javier menghela nafas panjang lalu berjalan menjauh sambil membawa sebilah pedang kesayangannya. Sebagai yang tertua seharusnya Javier lah yang harus mengurus semua hal dirumah juga rakyatnya, namun dia menolak dengan alasan ingin bebas dan membebankan tanggung jawab besar itu kepada adiknya yang masih kecil.

Dia memang mengaku jika semua ini salahnya, namun apa boleh buat. Dia memang tidak tertarik untuk menjadi seorang pemimpin, dia tidak suka terikat oleh peraturan.

.
.
.

Reon benar benar ketaman lalu membantu Werry memetik bunga untuk dikarang, lalu diletakkan didalam rumah. Reon tersenyum riang bahkan tertawa tanpa beban, sangat berbeda dengan apa yang dirasakannya saat senyum dan tawanya terasa hambar.

Namun bukan masalahnya yang terpikir oleh benaknya, melainkan Erza. Dia terus bertanya tanya bagaimana bisa diasuh oleh demon guard seperti Amon. Reon tau iblis seperti Amon ada dikalangan paling rendah dari iblis lain, tapi jika dibandingkan dengan dirinya atau Alex.

Mungkin Amon 2 kali lebih unggul, karena sudah terlihat jelas siapa yang menjadikannya iblis.

“Werry” panggil Reon hingga wanita itu menoleh sambil tersenyum lembut.

“Aku ingin menanyakan sesuatu, apa suatu hal yang biasa melihat manusia diasuh oleh seorang demon guard?” tanya Renon membuat wanita itu mengerutkan dahinya.

“Maksud tuan?”

“Aku hanya bertanya Werry, bagaimana pendapatmu jika melihat manusia diasuh oleh seorang demon guard?”

“Manusia? Tentu saja itu hal yang wajar jika manusia itu adalah seorang tumbal” jawab Werry santai.

Reon terkejut saat Werry mengakhiri kalimatnya dengan kata tumbal. Tidak mungkin Erza seoarang tumbal, siapa yang berani menumbalkan gadis itu.

Tanpa sadar wajahnya mengeras dan giginya ikut bergemeletuk, tidak menerima kenyataan yang dikatakan oleh Werry.

“Tapi tuan, jika demon guard itu malah mencari tumbal bukan memangsa nona atau tuannya. Berarti seseorang yang dijaga oleh demon guard itu bukanlah manusia” lanjut Werry, sekarang Reon kembali bertanya tanya.

Dia malah semakin kebingungan dengan keadaan Erza sekarang, apalagi Amon yang belum dia ketahui apa maksudnya.

.
.
.

Amon langsung saja memarkirkan mobil kesayangan Erza kedalam, menutup gerbang lalu menuntun nonanya masuk kedalam rumah.

Erza hanya linglung dan kebingungan dengan sikap Amon yang seperti ini.

“Amon, ada apa?”

“Nona, saya mohon tetaplah didalam rumah” pesan Amon lalu pergi begitu saja sambil menutup semua pintu juga jendela.

.
.
.

TBC

Hehehe, up lagi😂
Yang kangen Reon😂
Edisi full Reon

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now