BAB LXXVII: D-Day

2.1K 244 23
                                    


D-Day

Cklak

Pria itu terdiam diambang pintu setelah membukanya beberapa detik yang lalu, sebuah senyum tercetak dibibirnya dengan jelas tanpa sepatah kata untuk menjelaskan. Masuk kedalam menghampiri meja kerjanya, dia duduk memejamkan mata dengan santai, menikmati aroma manis yang memenuhi ruang kerjanya ini.

Hanya dalam sekejap setelah dia berhasil membawa pulang gadis itu, seleranya berubah. Entah apapun itu yang berbau manis, sekarang dia menyukainya. Mulai terbiasa dengan kedatangan gadis itu disini, walaupun dia yakin gadis itu tidak akan pernah terbiasa ditempatnya ini.

Waktu terasa melamban disaat dia mencium aroma manis ini cukup lama, melirik kesekitar ruangannya yang tidak memiliki satupun perubahan. Alex senang saat menyadari jika gadis itu tidak cukup bodoh untuk mengobrak abrik ruang kerjanya ini, untuk mencari jalan keluar misalnya.

"Mateku sangat hebat dan cerdas, dia bahkan mampu mengurus pack ini sendirian tanpa bantuanku juga Daniel" puji Alex menampilkan wajah bangganya, mengingat Daniel mengambil cuti untuk menemani istri juga bayi kecilnya.

"Tidak seperti Selina yang hanya tau bagaimana cara untuk menjadi cantik" imbuh Alex mulai membanding bandingkan Erza juga Selina. Dimana Selina tidak pernah mau bergelut dengan berkas berkas miliknya hanya untuk membantu. Sedangkan Erza, gadis itu walaupun tidak suka dia masih memiliki tanggung jawab mengingat gelarnya sebagai calon Luna.

"Perlukah kita memberinya sedikit hadiah atas kerja kerasnya?" tanya Alex kepada Cain yang hanya berpura pura tidur.

Namun tidak ada sahutan yang dapat didengarnya, mendengus kesal Alex bangkit dari duduknya. Bermaksud mencari udara segar sambil memikirkan hadiah yang akan dirinya berikan kepada gadis itu. namun saat Alex membuka pintu, alangkah terkejutnya dia melihat Erza berdiri dihadapannya hendak melakukan hal yang sama.

"Kau pulang?" ucap gadis itu menatapnya bertanya tanya.

Erza tidak tau kepulangannya tentu saja dirinya tau, tapi bagaimana dengan raut yang barusaja gadis itu tunjukkan kepadanya, tentu Alex tidak mengetahuinya. Dia sekalipun tidak pernah melihat raut santai diwajah gadis itu ketika bertemu.

"Tentu, kau merindukanku?" tanya Alex dengan wajah penuh percaya diri.

"Tidak" jawab Erza singkat sambil memalingkan wajah juga pandangannya.

Pria itu mengeringai dalam hati sambil berpikir jikalau Erza pasti sedang berbohong kepadanya sekarang, mengatakan tidak sambil memalingkan wajahnya, Alex tidak bisa mempercayainya. Apalagi saat gadis itu menanyakan kepulangannya, apa Erza menunggunya pulang beberapa hari ini.

"Masuklah" Alex mempersilahkan gadis itu masuk kedalam ruang kerjanya, lalu kembali menutup pintunya.

Menghampiri Erza yang duduk diam disofa sambil menatapi berkas yang barusaja diletakkannya, Alex duduk diseberang gadis itu dan mengambil berkas tersebut. Membaca laporan keuangan pack yang gadis itu kerjakan.

"Apa kau berencana membangun bar disini?" tanya gadis itu tiba tiba.

Mendongak sejenak, Alex mengatakan tidak dan kembali fokus dengan berkas yang ada ditangannya. Sambil sesekali melirik kearah Erza yang duduk dengan tidak nyaman, Alex meletakkan berkas itu dimeja.

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Alex menaikkan sebelah alisnya.

"Tidak" jawab Erza singkat, yang entah kenapa membuat Alex menautkan sebelah alisnya tidak suka.

'Aku mencium bau anyir' ucap Cain tiba tiba membuka matanya.

'Anyir? Tapi aku tidak terluka' jawab Alex yang seketika sadar darimana bau itu datang.

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now