BAB XII: Coming

15.3K 1.1K 38
                                    


COMING

Erza menumpukan dagunya pada dua lututnya yang tertekuk, sungguh kebosanan dirinya didalam rumah besar dan sepi ini. Dia menoleh kekanan dan kiri bermaksud mencari keberadaan Amon yang baru saja menghilang dari pandangannya.

Dia membuang nafas panjang, tidak tau harus berbuat apa dalam rumah besar ini sendirian. Bukan karena apa Erza benar benar kebosanan, sudah hampir 4 hari dirinya dikurung dalam rumah ini oleh Amon.

Erza tidak tau apa maksud Amon sebenarnya yang melarang dirinya untuk keluar barang sejengkal pun. Bahkan semua pintu dan jendela rumah ini tertutup rapat hingga tak ada secuil angin pun yang dapat masuk.

Dia tak habis pikir kalau Amon akan membuatnya mati kebosanan tanpa melakukan apapun didalam rumah, dia lebih suka beraktivitas diluar ruangan. Tidak dalam ruang lingkup ruangan apapun yang membuatnya bosan.

“Amon?” panggil Erza lagi.

Tak lama terdengar sebuah langkah kaki dari balik dinding, Erza menolehnya dan melihat Amon keluar dari baliknya.

Gadis itu menatap memelas kepada Amon. “Aku ingin keluar Amon, buka pintunya!” ucap Erza memohon juga sedikit kesal.

Amon sedikit membungkuk sebelum mengatakan semua alasannya. “Maaf nona, saya tidak bisa membiarkan anda keluar rumah. Setidaknya sampai seminggu”

Gadis itu terkejut, sungguh tidak percaya dengan apa yang dikatakan Amon kepadanya.

“Apa? Amon, ayolah. Biarkan aku keluar, aku kebosanan disini. Apa kau ingin membuatku gila dengan cara mengurungku seperti ini!” teriak Erza frustasi.

Dengan wajah dinginnya Amon hanya menggeleng, menolak permintaan Erza.

Erza sungguh kesal, dia bangkit dari duduknya di sofa. Disahutnya sebuah patung lumayan kecil yang terbuat dari kayu, karena baginya Amon tidak akan menurutinya maka dia akan melakukannya sendiri.

Disibaknya tirai panjang itu hingga jendela kaca besar terlihat jelas dibaliknya. Saat hampir saja benda itu menghantam jendela kaca rumahnya, Amon segera saja menyela.

“Anda tidak bisa melakukan itu nona” sela Amon tanpa bergerak dari tempatnya berdiri.

Erza hanya menolehnya, terlihat tidak peduli dengan ucapan Amon. Selanjutnya dia benar benar menghantamkan patung itu ke kaca. Bermaksud membuatnya pecah agar dirinya bisa keluar.

Dak!

Dak!

Dak!

Amon tetap diam dalam tempatnya sambil menyaksikan usaha nonanya yang mencoba kabur dari rumah. Samar samar dia tampak tersenyum, bahkan ingin menertawakan nonanya. Semua usaha nonanya itu akan sia sia belaka.

Sudah hampir satu jam Amon masih berdiri ditempat yang sama sambil tersenyum, masih menantikan usaha erza yang tentu saja tidak membuahkan hasil.

“Usaha anda akan sia sia belaka nona” sela Amon sambil berjalan mendekati Erza.

Erza menoleh, wajahnya tampak menahan kesal saat tau usahanya benar sia sia seperti yang dikatakan Amon.

Amon mengambil alih patung yang sudah hampir tidak terbentuk lagi itu, dia menaruhnya pada nakas terdekat lalu beralih meraih kedua tangan Erza yang memerah.

Dia mengusap usap telapak tangan itu pelan, Amon tidak suka melihat nonanya ini terluka.

“Nona, apa anda lupa jika semua kaca dirumah ini memiliki ketebalan 5 cm? Anda tidak akan bisa memecahkannya hanya dengan bekal patung tadi. Kaca itu tidak akan pecah bahkan jika anda tembak sekalipun” ucap Amon sambil tersenyum kecil.

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now