BAB LIII: Demon Blood

3.4K 365 14
                                    


Demon Blood


Di musim semi yang penuh bunga bermekaran, pohon mulai tumbuh hijau, dengan langit yang cerah. Semua terlihat kembali ke kegiatan masing masing setelah hibernasi selama musim dingin, berbahagia menyambut musim dingin yang telah lewat.

Dan hari ini sudah terhitung hampir 2 bulan Erza tidak kembali kerumahnya, membuat suasana rumah yang awalnya ramai akan kehadiran gadis itu sekarang menjadi sepi seperti tak berpenghuni. Itulah yang Barms rasakan setalah mendengar putrinya itu pergi entah kemana dari Amon.

Menyesap tehnya sambil menghela nafas, Barms miliriknya Albert yang terduduk bosan disana sambil sesekali menghela nafas seperti yang dilakukannya, atau Lina yang sekarang berdiri disampingnya sambil terdiam membisu tidak tau ingin melakukan apa.

Apalagi Amon yang sangat jarang terlihat dirumah, dan yang dirinya dengar dari Lina. Amon mengunjungi batas barrier setiap pulang dari perusahaan. Lebih tepatnya barrier yang terpasang tidak jauh dari perbatasan pack milik Alex, barrier yang tiba tiba terpasang berlapis itu pasti ada maksudnya dan mereka yakin Alex yang membawa Erza sekarang.

"Bisakah aku menembusnya?" tanya Barms menaruh cangkir teh yang dibawanya.

Lina tiba tiba menoleh dengan wajah terkejut kearahnya, terdiam sejenak wanita itu terlihat ragu mengatakannya.

"Aku bisa menembusnya?" tanya Barms lagi, ia pun tidak ingin hanya duduk diam dirumah seperti yang biasanya. Erza adalah putrinya, tentu dia ingin gadis itu kembali juga.

"Maaf tuan, barrier yang mereka buat berbeda dengan yang saya juga Amon buat. Jika anda melewatinya, anda akan menjadi abu saat itu juga. Dan ada setidaknya 10 barrier disana" jelas Lina menghela nafasnya.

Hening sejenak sebelum Barms menyahuti perkataan Lina. "Kau juga penyihir bukan? Apa kau tidak bisa membuka barrier itu?"

"Maaf tuan, tidak bisa. Itu akan melanggar peraturan yang sudah ditetapkan" jawab Albert yang tiba tiba berada di samping kiri Barms.

"Lalu bagaimana caranya agar putriku bisa kembali?"

"Tentu dengan usahanya sendiri"

Albert, Lina, dan Barms menoleh bersamaan, menatap Luis yang tiba tiba menjawab pertanyaan Barms. Albert dan Lina membungkuk atas kehadiran Luis.

Sambil tersenyum masam dia menatap Barms yang berdiri dari duduknya. "Tempat ini terlihat menyedihkan tanpa putrimu tuan" komentar Luis.

Namun sepertinya Barms tidak tertarik mendengar basa basi yang Luis lakukan sekarang. "Apa maksudmu dengan usaha putriku sendiri?" tanya Barms menautkan alisnya.

Luis tertawa. "Kau tidak bisa diajak basa basi tuan"

"Katakan" potong Barms tidak sabar.

"Aku menggantikan sementara posisi Amon dengan dua omega kecil disana, dan merekalah yang nantinya akan membantu Erza tau siapa dirinya" jelas Luis lalu menoleh kebelakang.

"Benar bukan, Amon?" dan pria tersebut hanya mengangguk lemah tanpa menoleh kearahnya.

"Lagi pula Amon terlalu memaksa. Obati dia Lina, tulang lengan hingga bahunya remuk setelah mencoba melewati barrier itu" jelas Luis sambil memainkan mimik wajahnya, karena dia tau Amon sedang marah kepadanya.

"Baik tuan" jawab Lina segera membawa Amon kedalam untuk diobati.

"Jadi, aku hanya harus menunggu disini?" tanya Barms dengan wajah lesu.

"Tentu saja tidak, aku datang kemari untuk memberikan waktu kepada kalian. 10 menit dan hanya bisa dilakukan dua hari sekali"

"Kalian bisa berikan apapun kepada Erza" tau apa yang dimaksud oleh Luis, Albert memberikan sebelah tangannya yang terbuka. Luis meraih tangan itu lalu menggoreskan kukunya di lengan Albert hingga darah mengucur dilantai teras rumah tersebut.

Sniper Mate: Demon BloodOù les histoires vivent. Découvrez maintenant