BAB XX: Who Are You

10.8K 813 21
                                    


WHO ARE YOU

Langit pagi dihutan, tampak masih berkabut. Masih malu menampakkan sinar eloknya yang menerangi bumi. Dan tidak seperti biasanya gadis itu sudah bangun, memakan seluruh makanan dimeja makan sendirian dengan wajah gembira.

"Maid Lina, masakanmu sangat enak hari ini" puji Erza, jarang jarang gadis itu tampak memuji orang lain.

Lina yang mencuci piring menoleh lalu tersenyum lembut. "Terima kasih nona" ucapnya tulus.

Erza membalas senyuman itu. "Saya dengar anda akan berangkat sendiri hari ini?" tanya Lina sambil menaruh piring itu lalu mengeringkan tangannya.

"Amon dan Albert, mereka sibuk menata perusahaan yang sedang berantakan. Jadi aku berangkat sendiri" jelas Erza sambil tersenyum senyum.

"Begitu" sahut Lina senang. Wanita itu tiba tiba mengeluarkan sebuah tempat makan besar lalu menaruhnya dimeja makan. Membuat gadis itu bingung dan bertanya tanya.

"Apa itu maid Lina?" tanya Erza hampir membuka penutup tempat makan itu.

"Jangan dibuka nona, ini bekal. Saya membuatnya untuk anda" sentak Lina menahan penutup tempat makan itu.

Mengerti maksud wanita itu yang melarangnya membuka, Erza hanya tersenyum sambil mengaruk tenguknya yang tak gatal. "Aku kenyang maid Lina, aku tidak akan memakannya" ucap gadis itu penuh dusta.

Karena sebenarnya Erza tidak pernah merasa kenyang. "Tidak nona, saya harap anda membukanya saat sampai disekolah" tungkas Lina lalu mengambil kembali tempat makan itu dan membawanya keluar.

Erza mengikutinya, menatap wanita itu meletakkan tempat makan itu di kursi belakang. Membuatnya cemberut seketika.

"Saya tau, anda pasti ingin memakannya sambil mengemudi. Tapi terlalu beresiko membawa kendaraan di jalan sambil makan nona" nasehat Lina, Erza mangut mangut tak berani membantah.

Wanita itu menghawatirkannya, setidaknya dia harus pengertian akan hal itu. "Iya maid Lina, aku berangkat sekolah ya" pamit Erza sebelum memasuki mobilnya.

"Hati hati nona" dan mobil itu mulai melaju meninggalkan halaman rumah.

Lina tersenyum melihat kepergian Erza, berjalan masuk kedalam sambil menutup pintu itu. Mencoba mencari kesibukan didalam rumah.

.

.

.

Erza memarkirkan mobilnya didalam parkiran sekolah lalu mengeluarkan bekal itu dan dibawanya sambil tersenyum senyum. Kedatangannya mengundang banyak perhatian dan banyak tanda tanya.

Sejenak gadis itu melirik sekitar kebingungan, tatapan tatapan itu mengusiknya. Dia risih, namun mencoba untuk menghiraukannya. Berjalan cepat menuju ruangan Glenn yang sebentar lagi akan sampai.

Dia membuka pintu itu lalu masuk begitu saja dan menutupnya rapat, Gleen bahkan terkejut melihat keberadaan gadis itu didalam ruangannya. "Erza, kau kenapa?" tanya Glenn bingung.

"Mereka menatapku seperti menatap emas berjalan" jawan Erza bergidik sendiri.

Glenn tertawa mendengarnya, pernyataan lucu Erza itu membuat perutnya sakit. Padahal sudah jelas penyebabnya namun gadis itu tidak tau.

Pria itu menarik lacinya lalu mengeluarkan cermin, diulurkannya cermin itu kepada Erza. "Coba lihat sendiri" menahan tawanya, terlihat jelas gadis itu semakin kebingungan karena tawanya.

Meraih cermin itu, Erza melihat cerminan wajahnya disana. Tidak ada yang janggal, hanya dirinya. "Kau masih tidak sadar?" tanya Glenn tersenyum, dan Erza menggeleng geleng.

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now