BAB LXIII

2.4K 305 19
                                    


Drap drap drap

Matahari belum tampak dan langit masih terlihat gelap gulita. Seharusnya suasana masih tenang, dan mereka bisa melakukan kegiatan dengan santai. Namun beberapa warrior yang berjaga disepanjang lorong itu malah dibuat kesal dengan Selina yang sangat berteriak teriak sambil mengejar ngejar alpha mereka.

Sudah beberapa kali wanita itu ditegur oleh omega yang merasa terganggu, apalagi mengingat jika masih banyak orang yang sedang tertidur. Tapi wanita itu mengacuhkannya, dan tetap berusaha mengejar Alex yang berjalan sangat cepat.

"Alex! Dengarkan aku, gadis itu berencana untuk kabur!" teriak Selina lagi, dan kali ini dia berhasil membuat pria itu menghentikan langkahnya. Selina dengan segera menghampirinya dan berdiri dihadapan pria itu.

Terlihat raut wajah yang begitu dingin memandangnya, menaikkan sebelah alisnya pria itu mengucapkan seutas kata. "Lalu?" reaksi Alex sungguh diluar dugaannya, membuatnya tiba tiba terdiam tidak bisa mengatakan apapun.

"Tapi, bukankah kau sangat menginginkan gadis itu disini? Kenapa kau hanya bereaksi seperti itu saat aku mengatakan jika dia berencana kabur?" ucap Selina penuh tanya didalam benaknya, wanita itu kebingungan sekarang.

Alex tiba tiba tersenyul simpul lalu kembali menatap wajah bingung Selina yang menunggu penjelasan. "Lalu kenapa kau sangat peduli? Bukankah kau sangat ingin gadis itu pergi, bukankah kau iri dan marah dengannya. Erza sudah merebut semua yang sebelumnya kau miliki?"

Ucapan penuh penekanan juga tatapan mengintimidasi yang Alex berikan kepada Selina membuat nyali wanita itu menciut, tidak bisa membalas perkataan Alex.

"Dan sekarang kau panik mendengar jikalau gadis itu ingin pergi" lanjut Alex lalu mencongdongkan tubuhnya dihadapan Selina, pria itu menatap mata Selina yang sejajar dengan matanya. "Apa yang akan kau lakukan?" bukan hanya tatapan, cara bicara Alex yang tiba tiba berubah ikut mengintimidasinya.

Tangan wanita itu mulai gemetar, dia segera mengalihkan pandangannya dan tetap diam. Alex kembali menegakkan tubuhnya lalu menepuk pipi Selina pelan dan kembali melanjutkan jalannya. "Tidurlah, kau masih mengantuk" ucap Alex sebelum berjalan semakin jauh.

Disaat wanita itu masih terdiam disana sambil memikirkan apa yang barusaja dikatakanya, Alex mulai memindlink Daniel. 'Daniel?' panggilnya, ingin memastikan jika orang tersebut masih tertidur atau sudah bangun.

'Ada apa, Alex?' sahut Daniel bertanya.

'Aku mau kau mengikuti Erza saat kehutan sore nanti, dan katakan kepada semua warrior untuk mengawasi gadis itu' perintah Alex sambil membuka pintu ruang kerjanya.

'Memangnya ada apa? Luna ingin kabur?' tanya Daniel sambil tersenyum tanpa Alex ketahui.

'Iya, Selina mengatakan Erza berencana untuk kabur. Dan aku harus keluar kota, selama 3 hari' jawab Alex membereskan kertas kertas yang ada dimejanya, memasukkannya didalam sebuah tas hitam kain miliknya.

'Baiklah, aku akan mengawasinya' ucap Daniel mengiyakan permintaan Alex. Dan setelah itu mindlink mereka terputus begitu saja.

Selesai berbenah, Alex berjalan menuju halaman depan packnya, menghampiri mobil sport hitam dengan corak abu abu dibeberapa bagian. Setelah masuk kedalam kendaraannya, mobil itu mulai melaju meninggalkan packnya.

.

.

.

Ditempat penuh asap yang menyesakan, Erza berdiri diantara omega omega itu. Tengah menampilkan ekspresi lucu yang membuat beberapa omega disana menahan tawanya, dia sebenarnya sedang bertahan dari bawang bawang dihadapannya.

"Luna, biarkan kami membantu" ucap mereka terlihat gemas melihat Erza tidak lekas selesai memotong 1 bawang bombay. Namun gadis itu menggeleng, menolak bantuan mereka karena dia ingin masakan ini dia sendiri yang membuatnya.

"Kalian cukup memberitahu, apalagi yang harus kulakukan" sahut Erza sambil mengedipkan matanya beberapa kali untuk menahan tangisnya. Dan semua omega disana mau tidak mau menuruti permintaan Luna mereka yang sedang belajar memasak.

Cukup lama gadis itu berkutat didapur, dan dengan bantuan omega omega disana dia berhasil membuat dua macam masakan yang tidak berani Erza cicipi rasanya. Erza sebenarnya sudah menyuruh 2 omega untuk mencicipinya dan mereka mengatakan makanan itu sudah enak, tidak perlu ditambahkan apapun lagi.

Walaupun belum begitu yakin, tetapi Erza mempercayai mereka dan segera pergi dari dapur membawa makanan yang dibuatnya. Dia sebenarnya hanya membuat chicken teriyaki dan creamy garlic chicken, masakannya mungkin hanya akan menjadi cemilan bagi mereka nanti.

Ia tidak pernah merasa sesemangat ini dalam mengolah sesuatu, dia hanya bisa berharap warrior digedung barat akan menyukainya. Erza cukup kasihan dengan mereka yang diperlakukan berbeda dengan warrior lainnya. Erza baru sadar akan hal itu saat beberapa kali menemui warrior lain sedang makan dibelakang dapur, dan dia tidak melihat 1 warriorpun dari gedung barat disana.

Dan saat Erza bertanya, mereka menjawab jikalau gamma mereka tidak memperbolehkan para warrior itu untuk memakan makanan dapur. Mereka harus berburu jika ingin makan, dan lagi mereka diberi batasan makan, hanya boleh makan 1x sehari.

Setelah mendengarnya, gadis itu sempat tersulut oleh rasa kesal. Apakah orang itu tidak berpikir dalam membuat aturan, bagaimana seseorang bisa melakukan kegiatan tanpa adanya energi. Mereka tidak diperlakukan selayaknya, dan mereka diperintah untuk berkerja seperti yang lain.

Ia bahkan tidak bisa menahan laparnya setelah bangun dari tidur, lalu bagaimana mereka bisa menahan lapar saat menjalankan pekerjaan mereka. Lalu bagaimana jika mereka tidak menemukan seekor hewan pun untuk diburu, apalagi saat musim dingin.

Menghela nafas panjang, Erza meredam amarah dan rasa kesalnya sendiri kepada seseorang yang tidak dikenalnya itu. Dia mulai memperbaiki wajahnya saat melihat tempat itu semakin dekat, gadis itu mulai menampilkan senyumnya lalu menatapi makanan yang dibawanya. Erza sangat berharap jika makanan yang pertama kali dibuatnya ini akan diterima oleh mereka.

'Aku tidak sabar melihat reaksi mereka' pikir Erza tersenyum senang.

Menaruh 2 mangkuk besar yang dibawanya di tanah sebentar, Erza mendekati 2 pintu kayu besar gedung itu. dapat didengarnya dari luar suara pukulan dan suara hantaman, dia semakin tersenyum. 'Mereka sedang berlatih?' pikirnya lalu mendorong pintu itu agar terbuka.

Dengan suara riang dan penuh semangat, Erza berkata. "Aku bawa cemilan untuk kalian"

Namun setelah kalimatnya selesai, pemandangan yang dia dapatkan setelah membuka pintu membuatnya terdiam membeku. Senyum manis yang tadi terlukis seketika luntur, dan pandangannya tertuju kepada seorang pria yang meliriknya tajam. 

.

.

.

Tbc

:)wah wah, lewat 1 minggu kah ini. 

Sekali lagi, aku benar benar mau konsisten. Tapi kenapa tugasku selesai datang lagi. Kan jadi curhat disini:(

Aku spoiler sedikit karena banyak yang tanya. Matenya Erza (real mate) itu orang yang dicari sama Amon, yang tinggal di tempat Amon pingsan dibab berapa aku lupa. 

>.< thank you

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now