BAB XXI: Glenn

9.4K 767 13
                                    

GLENN

Melihat gadis itu menatapnya polos, Reon jadi kikuk sendiri. Benar benar ingin bertanya namun hanya tawa kecil yang keluar dari mulutnya, Reon menggaruk tenguknya yang tidak gatal sambil memasang wajah bodoh.

“Reon, kau kenapa?” Erza mengernyit kebingungan, sikap Reon sangat aneh.

‘Ada apa dengan makananku?’ pikirnya sambil ikut ikut membuka penutup kotak makannya sendiri. Tidak ada apapun didalam sana kecuali genangan saus yang tak dihabiskannya juga beberapa sayur.

Erza menggaruk kepalanya ikut kebingungan seperti Reon. Meskipun gadis itu tidak sadar kalau murid lain tampak menatap kearah mereka lalu menjaga jarak.

“Re-“

“Erza!” ucapan gadis itu seketika terpotong oleh panggilan Glenn yang keras dan menggema di penjuru cafetaria, tepat setelah pria itu membelah kerumunan disana.

“Papa, papa kemana saja?” tanya Erza, wajahnya sudah cemberut melihat kedatangan pria itu.

Glenn mengulurkan tangan lalu membelai lembut pucuk kepala Erza. “Sudah papa bilang, papa ada urusan” jawab Glenn sambil tersenyum simpul.

“Urusan apa sampai aku ditinggal 1 jam?” kesal Erza menepis tangan Glenn.

“Ah, itu..” tiba tiba dia menatap jam tangannya. “Papa rasa kau mengantuk, ayo tidur diruangan papa saja” bujuk Glenn sambil merangkul pundak Erza, mengabaikan Reon yang berdiri disamping mereka.

“Tuan Glenn, sepertinya Erza masih belum mengantuk. Saya masih ingin~” Glenn menoleh lalu melirik Reon tajam, sekilas mata yang semula berwarna electric blue itu menjadi emas. Reon menelan ludahnya kasar, tidak bisa melakukan apapun setelah ditatap seperti itu.

Rogue kecil dan muda sepertinya, memang tidak ada apa apanya jika dibandingkan oleh elf murni seperti Glenn. Karena pada dasarnya jika mereka bosan, mereka bisa memangsa kaum lain. Karena elf juga sama dengan iblis.

“Tapi papa, aku masih ingin berbicara dengan Reon!” sangkal Erza sambil memberontak.

Glenn membungkuk lalu menatap Erza sambil tersenyum. “Papa tau kau lelah, diruangan papa ada kamar jadi kau bisa tidur disana” ucap Glenn sambil menatap gadis itu dengan mata emasnya.

Erza berhenti memberontak, gadis itu mengangguk lalu menggandeng tangan Glenn. “Iya papa, aku mengantuk” ucap Erza lalu menguap.

‘Sialan! Dia melakukannya lagi!’ batin Reon sambil menautkan alisnya. Tubuhnya tidak bisa bergerak sedikitpun, bahkan hanya untuk mengatakan sesuatu.

“Benarkan, ayo tidur” Glenn langsung mengangkat tubuh Erza agar tidak mengulur waktu menunggu gadis itu berjalan sambil menahan kantuk.

Setelah Glenn dan Erza sudah menghilang dari pandangannya, barulah Reon dapat menggerakkan tubuhnya. Dia menggeram dan giginya bergemeletup menahan amarah, dia akui Glenn sangat licik.

Semua murid yang tadinya menjaga jarak mulai mendekati Reon. “Reon, kau tidak apa apa?” tanya mereka khawatir.

Jangan tanya kenapa mereka semua bisa akrab, karena sekolah ini tidak menjunjung status atau nama klan. Namun sekolah ini memang hanya di khususkan untuk makhluk lain seperti mereka, tidak ada satu pun manusia didalam sekolah ini. Tidak kecuali Erza, kedatangan gadis manusia itu di sekolah ini memang mengejutkan.

‘Jaga batasanmu rogue kecil!’ suara Glenn yang mengancam menggema dikepalanya.

Reon hanya membalasnya dengan geraman. “Uhk!” dan beberapa detik setelahnya, dia merasa seperti ada yang memukul ulu hatinya dengan keras.

Seketika Reon berlutut dilantai merasakan sensasi sakit yang luar biasa itu, dia memuntahkan darah kelantai.

‘Kau tidak sopan’ hanya ucapan dingin tanpa belas kasihan itu yang terakhir kali didengarnya, Reon tumbang setelahnya.

Glenn terlalu kuat untuk dilawannya, dia memang bukan lawan yang pas. Memang apa yang bisa dilakukan rogue lemah sepertinya.

.
.
.

Glenn membuka matanya setelah masuk kedalam pikiran Reon, memastika jika Reon tidak akan nekat mendatangi ruangannya.

Pria itu menoleh kebelakang, menatap Erza yang memajamkan matanya. Menghembuskan nafasnya kasar, merasa bersalah dengan apa yang baru saja dilakukannya.

Dia hanya tidak ingin melihat ada yang mendekati gadis itu, tidak ingin melihat tubuh rapuh itu terluka lagi. Sekeras apapun Erza mengatakan bahwa dirinya kuat dan baik baik saja.

Kenyataan tidak akan pernah berpihak kepadanya, tubuh penuh luka menganga itu terlihat menyedihkan. Meskipun beberapa sudah sembuh karena Lina ikut serta menjaga dan mengobatinya, tapi ada beberapa luka yang masih terbuka lebar.

Berjalan mendekati gadis itu, Glenn duduk dipinggiran kasur. Kembali mengusap surai lembut Erza penuh perhatian.

“Kalau saja dia masih ada, mungkin kalian akan terlihat seumuran” ucap Glenn dengan sorot sedih.

Menyudahi acara sedihnya, Glenn bangkit dan keluar dari ruangan itu. Ruangan yang penuh dengan foto juga lukisan dengan figora emas. Itu adalah foto kenangan istri juga keponakannya, Heronie.

.
.
.

Tbc...

Kok dikit ya😅
Perasaan udah 1k lebih

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now