BAB LXVI: Something Happen 2

2K 264 11
                                    


Something Happen 


"Jika saat itu aku berburu lalu tenggelam, kenapa pelurunya masih utuh dan masih bisa digunakan?" banyak sekali pertanyaan dibenak Erza sekarang, dan dia harus menanyakan semua itu kepada Alex juga Amon saat dirinya pulang nanti. Erza tidak tau kenapa, tapi Amon sudah berbohong kepadanya.

Drrrtt drrttt

Menutup laci tersebut sambil memasukkan ponselnya disaku celana, Erza menyahut ponsel yang dia anggap milik Daniel lalu mengangkat panggilan masuk itu sedikit ragu.

"Maaf, Daniel sedang tidak berada ditempat dan ponselnya tergeletak begitu saja diatas meja. Ada yang bisa saya bantu sampaikan kepada Daniel?" sapa Erza terlebih dahulu dengan sopan.

"Ah, Luna. Bisa anda sampaikan kepada tuan Daniel agar cepat kembali?" jawab seseorang diseberang, terdengar panik dan kebingungan disaat yang bersamaan.

"Ada apa?" tanya Erza menjadi khawatir.

"Nyonya Madhia tiba tiba mengalami pendarahan, dan tidak ada seorangpun yang bisa saya hubungi sekarang Luna"

"Oke, terus coba hubungi dokter sekarang dan aku akan mencari Daniel" panik Erza setelah mendengar perkataan orang diseberang, gadis itu keluar dari ruangan Alex dan segera mencari Daniel yang entah berada dimana.

.

.

.

Disebuah tempat penuh orang yang duduk menyaksikan, terlihat Daniel sedang berdebat dengan Jaeger, masing masing dari mereka menampilkan wajah penuh emosi. Disisi lain terlihat Celin dan Celina yang ketakutan dengan tangan terikat, dan Selina yang duduk santai dipinggiran memperhatian 2 orang pria yang sedari tadi tidak lekas menyelesaikan perdebatan mereka.

"Peraturan adalah peraturan, aku bahkan sudah meringankan hukuman mereka" jawab Jaeger dengan nada marah.

"Kau tidak lihat mereka masih anak anak, dan mereka tidak mungkin mencuri" bela Daniel, dia tau Celin dan Celina selalu berada dibawah pengawasan Erza. Daniel bahkan tau bagaimana sifat Erza, jadi tidak mungkin 2 omega kecil itu berani mencuri.

"Pencuri tetaplah-"

Brak!

Seketika perkataan Jaeger terputus begitu saja, dan semua perhatian tertuju kepada Erza yang membungkuk memegangi pintu sambil terengah engah, gadis itu terlihat masih mengatur nafasnya saat Daniel datang menghampiri.

"Luna, biar saya jelaskan" ucap Daniel kebingungan harus mengatakan apa saat melihat Erza tiba tiba datang.

"Aku tau, pergilah. Istrimu lebih membutuhkanmu sekarang, terima kasih sudah membela mereka" ucap Erza sambil memberikan ponsel milik pria itu, menegakkan badannya gadis itu berjalan menghampiri Celin dan Celina.

Erza melepaskan tali ditangan mereka tanpa sedikitpun menoleh kearah Jaeger yang melontarkan amarah untunya. Setelah terlepas, Erza berbalik menghampiri pria tersebut sambil menyerahkan kedua tangannya.

"Aku mengambil hukuman mereka, cambuk tanganku 100 kali" ucap Erza tanpa setitik pun rasa ragu.

"Luna!" panggil Daniel berniat menghentikan hukuman itu, namun Erza menoleh dan tersenyum seolah hukuman itu bukanlah apa apa.

"Pergilah Daniel" usir Erza dengan nada lembut. Terlihat Daniel masih enggan meninggalkan tempat ini, namun mengingat istrinya itu mau tidak mau dia harus pergi sekarang juga.

Beberapa menit diabaikan, Jaeger terus menatapi Erza yang dianggapnya memiliki keberanian yang cukup gila. Dia pikir lagi memang benar, pantas saja Alex seketika membuang keponakannya hanya untuk mendapatkan gadis ini walaupun sudah direject.

"Lakukan hukumannya" ucap Erza menatap datar Jaeger yang menyeringai kearahnya.

Sedetik kemudian pria itu benar benar melayangkan cambuknya, mencambuk tangan gadis itu hingga seratus kali. Hening, selain suara cambukan itu tidak ada satupun suara lain yang menggema ditempat tersebut.

Mereka semua yang menyaksikan tampak meringis melihat kulit lengan Erza yang mulai terkelupas dan sebagian jatuh kelantai bersama dengan darah. Menelan ludah, mereka semua juga dibuat merinding dengan Erza yang terlihat biasa saja menerima setiap cambukan yang Jaeger layangkan. "Calon Luna kita seperti monster" komentar salah seorang yang tidak lagi berani menyaksikan.

Erza menatap datar tanganya yang terluka sangat parah dengan darahnya yang membanjiri lantai setelah hukuman itu selesai, menurunkan tangannya, tanpa mengatakan apapun gadis itu berbalik dan pergi begitu saja sambil menggandeng sikembar.

"Kau tidak bisa merasakan sakit?" tanya Jaeger saat Erza sudah hampir keluar dari tempat hukuman ini.

Berhenti, gadis itu menoleh lalu tersenyum. "Tentu saja bisa. Aku hanya tidak suka menunjukkannya kepada orang sepertimu" jawab gadis itu ketus dan kembali melanjutkan jalannya sambil menenangkan sikembar agar tidak kembali menangis sambil terus meminta maaf kepadanya.

Jaeger yang berdiri disana pun menggeram marah atas jawaban ketus yang gadis itu lontarkan kepadanya, dia hanya pernah ditumbangkan sekali oleh gadis itu karena tertipu dengan fisiknya. Tidak peduli dia calon Luna atau bukan, gadis itu sudah membuat masalah dengannya.

"Paman, sekarang apalagi rencanamu? Kau sudah lihat bukan, betapa kurang ajarnya gadis itu. Jika saja aku bisa, aku akan menenggelamkan gadis itu disuatu tempat" ucap Selina pelan, dengan wajah takut juga kesal. Namun pria itu hanya terdiam dan malah tersenyum menanggapinya.

.

.

.

"Nona, maafkan kami"

"Maafkan kami"

Bekedip beberapa kali, Erza sampai hampir kehabisan kata kata untuk menghibur dua anak itu. Disepanjang jalan, bahkan sampai satu setengah jam terlewat mereka masih menangis. "Aku memaafkan kalian, berhentilah menangis. Aku juga tidak marah kepada kalian" bujuk Erza sekali lagi, berharap jika dua anak kembar itu berhenti menangis sekarang juga.

"Anda terluka karena kami" sahut Celin sambil sesenggukan.

"Seharusnya kami tidak mengambil permata itu" lanjut Celina sambil menangis keras.

Mengarahkan tanganya yang kaku, dia mencoba untuk mengusap kepala sikembar pelan sambil tersenyum. "Nah, lain kali jika kalian menemukan sesuatu jangan diambil dan dibawa, oke. Lebih baik kalian membiarkannya atau bertanya kepada omega lain" ucap Erza lembut, menghentikan tangisnya mereka berdua mengangguk bersamaan.

Memejamkan mata sambil menyandarkan punggungnya pada sofa, Erza menghela nafas panjang, tidak menyangka jika Selina akan sejahat itu kepada sikembar. Menuduh Celin dan Celina telah mencuri permatanya yang mungkin saja terjatuh, bahkan sampai menjatuhi mereka hukuman yang tertulis diperaturan pack. Memotong tangan dan yang paling ringan adalah dicambuk 50 kali.

Lihat wajah polos dan hati mereka yang lembut, tidak mungkin Celin dan Celina berbohong atas ucapannya bahkan mencuri. Selina pasti sudah buta tidak dapat melihat betapa baiknya Celin dan Celina. Erza percaya dengan apa yang mereka katakan, dan dia juga kecewa sifat Selina yang baru dia ketahui sekarang.

Mendengar suara perutnya yang bergemuruh kembali, Erza tersenyum kikuk kearah sikembar yang melongo menatapnya. "Kalian, bisa ambilkan aku makan? Aku belum sarapan" ucap Erza masih dengan seutas senyum kikuknya.

Seketika mereka bangkit dari sofa dan lekas menjawab ucapannya. "Tentu nona, akan kami ambilkan" ucap mereka dengan wajah yang sedikit cerah.

"Terima kasih, aku menunggu kalian disini" ucap Erza melambaikan tangan kepada dua anak itu sebelum menghilang dari balik pintu ruangannya.

Merasakan perutnya semakin sakit, Erza mengatupkan giginya kesal sambil menahan ringisannya. Dia tidak bisa menahan lapar saat melewatkan jam makannya. "Laparku ini akan menghambat semuanya" gumannya. 

.

.

.

Tbc

Hem, bab Something Happen tinggal 1 lagi ini ternyata. 

Btw kalau kalian mau tanya lewat komentar, tolong jangan diroom komentar orang lain ya. Biar gampang aja carinya, karena ini mau aku jawab semua:)

Takutnya terlewatkan...

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now