07. PERLAKUAN MANIS GENTAR

8.1K 643 32
                                    

Berdamai Dengan Masa Lalu Bukan Sebuah Kesalahan Kan?

SELAMAT MEMBACA💘

•••

07. PERLAKUAN MANIS GENTAR

Siapa yang belum pernah merasakan hukuman mencabut rumput di sekeliling lapangan sekolah yang cukup besar?

Jelas, Gentar dan ketiga sahabatnya belum pernah melakukan itu kemarin-kemarin. Tapi sekarang beda cerita, keempat cowok itu dihukum bareng karena kabur pada saat sidak ketertiban berlangsung.

Mereka bukan murid yang terkenal badung, tapi sesekali memang mereka suka kena hukuman. Salah satunya karena sidak ketertiban, mereka sering lupa memakai dasi dan kaos kaki berlogo SMA Mahanta.

"Ayo-ayo semuanya semangat kayak Gentar!" ujar Bu Hena menggugah semangat murid-muridnya yang sedang melaksanakan hukuman dengan tepuk tangan.

"Makasih, Bu Hena," ucap Gentar.

"Sama-sama murid kesayangan Ibu."

"Cabutin yang bener tuh rumputnya yang di sebelah sana tinggi-tinggi," ujar Adi menyuruh ketiga sahabatnya agar pindah tempat.

"Enak aja lo main suruh-suruh."

"Pencitraan di depan Bu Hena, Ki, biar gue juga dipuji. Pengang kuping gue Gentar mulu yang dipuji," bisik Adi pada Fiki namun masih bisa di dengar oleh Bu Hena, Guru BK.

"Ayo Adi tetap bekerja, jangan ngomongin saya!" tegur Bu Hena sembari menggerakkan kipas batiknya.

"Lah Ibu nggak lihat saya lagi ngapain?" Adi mengangkat tinggi-tinggi rumput yang baru saja ia cabut.

"Kamu pikir saya nggak punya mata?" tanya Bu Hena memelototkan matanya sembari berkacak pinggang.

"Lah, Ibu pikir saya nanya gitu sama Ibu?" balas Adi berdiri, ikut-ikut berkacak pinggang dan menggerakkan rahang bawahnya ke kanan dan ke kiri. Tau kan? Kalo anak TK mau cari masalah sama temennya suka gerakkin rahang bawah begitu?

"Radian Bagus!"

"Bu Hena!"

Napas Guru BK itu memburu mendengar suara Adi ikut meninggi. Bisa-bisa darah tingginya kumat karena berhadapan dengan murid kurang ajar seperti Adi.

"Keterlaluan lo, Di," ujar Ganang terkekeh sembari melihat Bu Hena pergi dengan penuh emosi.

Adi cengengesan. "Itu trik biar kita bisa kabur. Yuk kabur?"

"Ayo!"

•••

Seperti pasangan pada umumnya, Gentar menghampiri Azkira di kelasnya. Cowok itu membawa makanan dan minuman untuk calon tunangannya.

"Harusnya lo nggak usah repot-repot bawa beginian, Gen," ujar Azkira tak urung juga menerima pemberian Gentar.

"Nggak repot kok kalo buat lo mah."

"Bisa aja lo."

Arin berdehem. Mengganggu obrolan mereka yang tidak menghiraukan kehadirannya.

"Gue masih napas nih belum inalillahi. Nggak mau diajak ngomong?" sindir Arin pada keduanya.

"Lo mau juga gue bawain makanan?" tawar Gentar. Ya begitulah Gentar kalo sama cewek.

"Eh enggak, Gen, becanda elah serius amat," sahut Arin cepat lalu cengengesan. "Lanjutin deh ngobrolnya, gue nggak bakal ganggu kok tenang aja. Dua puluh tiga bujang lebih menarik perhatian daripada obrolan lo berdua."

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang