58. AZKIRA BANGUN?

2K 234 32
                                    

Cinta Boleh, Keterlaluan Jangan.

SELAMAT MEMBACA💘

❗Please be smart readers. Ambil yang baik, buang yang buruk. ❗

•••

58. AZKIRA BANGUN?

Hening. Usai dokter menjelaskan keadaan terkini Azkira tidak ada yang membuka suara. Hanya doa yang bisa mereka panjatkan. Semua yang terjadi sudah kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Gentar yang duduk menekuk kakinya di depan ruang ICU memejamkan mata. Harapan untuk melihat Azkira segera bangun hilang seketika. Ia tidak mau kehilangan untuk kali kedua. Sudah cukup ia kehilangan Jella, Azkira jangan ikut pergi juga.

"Bangun, Gen," suruh Ganang pelan sembari mengulurkan tangannya. "Ayo lo mau lihat Kira nggak?"

"Gue masih pantes buat masuk ke dalem? Gue masih pantes ketemu sama Kira?" Suara Gentar yang terdengar lirih membuat Ganang menghela napasnya berat.

Cowok berjaket jeans itu jongkok si samping Gentar dan menderkan tubuhnya ke dinding. Tidak hanya Gentar yang sedih, ia pun sedih mendengar kabar buruk tentang Azkira, sahabatnya.

"Lo calon tunangannya, lo pantes dampingin dia sampai kapan pun." Itu jawaban Ganang, karena Gentar memang pantas. Toh Azkira seperti ini bukan salah Gentar.

"Nggak mau lihat Azkira, Gen?" Arin yang baru saja keluar dari ruang ICU bersama Fiki langsung berdiri di depan Gentar.

"Semua yang di sini udah masuk loh, sisa lo sama Ganang yang belum."

Adi yang duduk di samping Bunda Gentar pun mendekat. Menarik pelan tangan Gentar agar cepat berdiri. Adi tidak mau Gentar menyesali kesempatan yang mungkin hanya datang sekali.

"Lo sayang kan sama Azkira?" tanya Adi pada Gentar. "Kalo iya, masuk sekarang. Temenin Azkira."

"Mumpung masih dibolehin buat ketemu Azkira, Gen," ucap Fiki.

Gentar berjalan lemas masuk ke dalam ruang ICU sendirian. Usai memakai baju khusus dan masker ia mendekati brankar yang Azkira tiduri. Tangannya bergerak ingin mengusap wajah Azkira.

"Cantiknya Gentar," panggil cowok itu yang terdengar sedikit bergetar.

Wajah Azkira masih sama seperti beberapa hari lalu. Cantik, putih, bersih. Matanya yang masih terpejam dan kepalanya yang sebagian terbalut perban tidak mengurangi kadar kecantikannya.

"Masih mau bertahan kan, Ra? Jangan drop lagi ya?"

"Jangan tinggalin aku ya, Ra. Aku nggak mau sendiri lagi. Aku nggak mau kamu pergi."

Pandangan Gentar beralih pada tangan Azkira yang bebas dari tusukan jarum dan selang. Ia meraihnya, mengusapnya pelan dan mencium punggung tangannya.

"Sekali lagi aku minta maaf. Aku gagal jagain kamu, Azkira. Aku telat dateng buat mastiin kamu baik-baik aja," ucap Gentar lirih.

"Ini terakhir kamu bikin kami khawatir ya, Ra? Jangan drop lagi aku mohon sama kamu."

Ekspetasi Gentar akan ada gerakan-gerakan singkat dari tangan atau mata Azkira sebagai respon dari ucapannya. Tetapi realitanya tidak seindah itu. Azkira belum ingin bangun. Hanya doa dan harapan yang bisa ia panjatkan.

"Boleh nggak Ra aku egois? Aku mau kamu bangun sekarang. Detik ini juga. Aku nggak tega lihat kamu dipasangin alat-alat medis sebanyak ini," ucap Gentar melihat satu per satu alat medis yang memenuhi tubuh Azkira.

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang