28. MARAH

4.2K 374 29
                                    

Kalau Ada Yang Berbicara, Dengar Dulu Sampai Selesai Agar Kamu Tidak Salah Mengambil Kesimpulan.

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Play mulmed⬆⬆⬆

•••

28. MARAH

Banyak yang menginginkan berada di posisi Azkira sekarang. Selain menjadi Ratunya Perganta dan Ibu Negara Ladiota, Azkira juga menjadi Princess di hidup Gentar.

Cowok itu benar-benar memperlakukan Azkira layaknya princess dan hampir tidak pernah menyakiti Azkira.

Perlu diingat, Gentar belum pernah membuat Azkira menangis. Benar-benar cowok idaman.

"Semenjak deket sama lo, gue mulai kehilangan privasi," kata Azkira pada Gentar yang terus menggenggam tangannya sejak dari parkiran tadi.

"Lo nyesel nerima perjodohan Kakek dan Opa?" Gentar menoleh dan mendapat jawaban melalui gelengan kepala dari Azkira.

"Terus?"

"Gen, privasi itu penting. Kita hidup juga perlu privasi, karena semua hal yang kita alami atau kita ketahui nggak perlu diumbar. Semua orang nggak perlu tau."

Gentar mengangguk, membenarkan tentang hal itu. "Iya, lo bener. Terlepas dari itu, semua orang memang harus tau kalo Zelika Tirta Azkira itu cuma milik Gentario Dewanggara," katanya dengan lantang.

"Nggak sekalian jidat gue mau lo tempelin barcode? Biar semua orang bisa scan dan tau kalo gue cuma milik lo," ujar Azkira dengan nada ketus membuat Gentar tertawa renyah.

"Kalo itu mau lo, gue bakal tempelin barcode di jidat lo. Mau segede apa? Segini? Atau segini?" cecar Gentar seraya menggerakkan ibu jari dan jari telunjuknya.

Azkira lantas menabok pelan lengan Gentar karena candaan itu. "Nggak lucu!"

"Kalo gue lucu udah dari dulu gue ikut ajang pencarian bakat pelawak."

"Untungnya lo nggak lucu. Coba kalo lo lucu dan lo ikut ajang itu. Pasti sekarang kita nggak bakalan bisa deket kayak gini," ujar Azkira mengangkat tangannya yang masih digenggam oleh Gentar.

"Hm, gue nggak bakalan ketemu lo, dijodohin sama lo, atau ngadepin sifat moody-an lo," sahut Gentar disusul dengan kekehannya.

"Ya ya ya, gue nggak peduli."

Gentar mencubit gemas hidung mancung ke dalam milik Azkira. Hidung Azkira memang selalu menjadi target kegemasannya selain dimples di pipi kanan cewek itu.

"Belajar yang bener. Minggu depan PAS, kalo nilai lo bagus kita pergi ke tempat yang pengin lo datengin," ujar Gentar sengaja mengiming-imingi Azkira. Anggap saja itu motivasi untuk Azkira.

Kesungguhan yang terlihat dari sorot mata teduh Gentar belum cukup maka dari itu Azkira mengulurkan kelingkingnya, lalu mengode agar Gentar segera menautkan kelingkingnya.

"Kalo gue ingkar, cari gue kemanapun. Ke tempat yang mungkin bakal gue datengin. Oke?" ujar Gentar seraya menautkan kelingkingnya pada kelingking Azkira.

"Lo harus nepatin janji, karena cowok yang dipegang bukan janji yang keluar dari mulutnya tapi pembuktiannya. Paham?"

"Ya," jawab Gentar dengan anggukan. "Gue ke kelas ya, inget belajar yang bener!"

"Lo juga!" Azkira memastikan Gentar benar-benar pergi sebelum masuk ke dalam kelas dan menemukan Arin yang sedang mengobrol dengan Zio.

"Bisa akur juga kalian?" Pertanyaan itu mengundang atensi Zio dan Arin. Keduanya langsung saling menjauh, membuat Azkira menggeleng pelan dan duduk di bangkunya.

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang