57. PANIK

2.1K 287 15
                                    

Penyesalan Itu Datang Di Waktu-waktu Terakhir.

SELAMAT MEMBACA💘

•••

57. PANIK

Hari-hari berikutnya Gentar masih senantiasa bolak-balik ke rumah sakit. Setiap pulang sekolah ia pasti langsung ke rumah sakit untuk menemani Azkira meskipun hanya melalui kaca.

Kondisi Azkira sama sekali belum ada perubahan usai menjalani operasi beberapa hari yang lalu. Belum ada harapan Azkira untuk sadar juga. Dokter menyarankan agar lebih bersabar dan menguatkan doa-doa terbaik untuk Azkira.

Di hari terakhir di minggu ini, Gentar mampir sebentar ke Tongkrongan Perganta yang sudah lama tidak ia kunjungi setelah kecelakaan yang membuat Azkira koma.

Gentar ingin segera menyelesaikan masalahnya. Siapa yang sudah membuat hidup Azkira menjadi lebih berat semenjak bersamanya? Jika cctv tidak bisa menjawab semua rasa penasarannya siapa dalang yang main bersih itu, berarti ia harus berusaha lebih keras untuk mencari bukti.

"Sori lama tadi gue mampir dulu ke sekolah," ujar Reno yang baru saja datang lalu melakukan fist bump dengan Gentar.

"Santai gue juga baru sampe."

"Dapet info baru apa, Ren?" Gentar langsung bertanya tanpa mengulur waktu.

"Satpam yang waktu itu kita curigain jadi tangan kanan Reval ternyata udah resign. Gue udah cari tau info tentang satpam itu tapi nihil. Gue nggak dapetin apa-apa," ujar Reno. Helaan napasnya terdengar berat. Usahanya untuk membantu Gentar tidak membuahkan hasil yang maksimal.

"Kita cari bukti-bukti yang lain aja. Makasih udah mau bantuin gue."

Reno menganggukkan kepalanya. Ia membuka resleting tasnya. Mencari flashdisk berisi salinan rekaman cctv di sekitar ruang ekskul taekwondo SMA Mahanta.

"Kemarin Arin minta tolong ke gue buat cariin rekaman cctv di sekitar ruang ekskul Azkira. Gue nemu rekaman Alizka lagi telponan." Reno memberikan flashdisk-nya pada Gentar.

"Makasih sekali lagi, Ren."

"Sama-sama. Tapi lo cek lagi ya, Gen. Di rekaman itu cuma keliatan gerak-gerik Alizka yang mencurigakan. Tapi kan nggak kedengeran dia telponan sama siapa. Takutnya kita salah nuduh orang."

"Nanti gue cek lagi." Gentar menyimpan flashdisk itu dan mengecek ponselnya. Ganang memberikan lokasi terkini di mana Jella berada. Masalahnya dengan Jella harus segera selesai. Ia tidak mau mengecewakan Opa, Kakek, Azkira, dan keluarganya.

"Lo mau ke rumah sakit lagi habis ini?"

"Iya. Tapi gue ada urusan dulu bentar," jawab Gentar sembari memakai jaket jeans-nya. "Lo mau ke rumah sakit juga?"

"Gue nanti malem aja dah, Gen, nggak pa-pa kan? Biar bisa gantian juga sama yang lain."

"Iya, nggak pa-pa. Azkira sekarang banyak yang jagain di rumah sakit."

"Hati-hati, Gen."

Gentar mengacungkan jempolnya, kemudian berjalan keluar Tongkrongan Perganta. Mengulum senyum tipis ketika beberapa anggotanya menyapa.

"Mau ke rumah sakit, Gen?"

"Iya. Jagain tongkrongan ya, gue tinggal dulu. Kalo ada apa-apa langsung kabarin gue aja."

"Siap. Hati-hati lo."

"Yoi." Gentar menurunkan visor helm yang ia kenakan, kemudian memundurkan motornya. Gentar menekan klaksonnya sekali sebelum meninggalkan Tongkrongan Perganta.

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang