39. WHO ARE YOU?

2.9K 299 6
                                    

Kesetaraan Gender Bukan Hal Aneh Lagi Di Era Ini.

SELAMAT MEMBACA💘

•••

39. WHO ARE YOU?

Rekaman cctv di sekitar area insiden Azkira terkunci tidak ada. Pihak keamanan sekolah mengatakan jika cctv di tempat itu rusak dan belum diperbaiki. Hal itu memicu keributan lagi. Arin kembali menuduh Alizka sudah lebih dulu merusak cctv-nya.

Karena itu Bu Hena memanggil mereka ke BK. Tidak hanya Arin dan Alizka yang menghadap Bu Hena, tetapi Azkira, Gentar, dan Zio juga. Karena mereka ada di tempat kejadian tadi. Sedangkan Ganang, Fiki, dan Adi menunggu di luar.

"Selain cctv yang rusak, beberapa pintu di toilet dekat aula memang rusak. Minggu depan baru mulai direnovasi. Ibu rasa tidak ada unsur kesengajaan pada insiden tadi," ucap Bu Hena menyimpulkan.

"Masa rusak bisa barengan gitu, Bu?" sahut Arin masih menyimpan rasa curiga pada Alizka. Memangnya siapa lagi yang sering mengganggu Azkira jika bukan Alizka?

"Ya, Ibu juga tidak tahu, Arin." Bu Hena menatap satu per satu anak didiknya itu. Beliau jarang sekali melihat mereka masuk ke BK, bahkan hampir tidak pernah. Tetapi hari ini kompak masuk BK semua.

"Masih janggal banget, nggak mungkin serba kebetulan kaya gitu kan?" Arin melirik sinis ke arah Alizka.

"Kok kesannya lo jadi mojokin gue terus sih?" Alizka membalas, tidak terima.

"Ya emang lo pelakunya. Lo pasti kerja sama kan sama Reval. Gue nggak bodoh ya, Al."

"Lo—" Alizka belum selesai membalas ucapan Arin, tetapi Bu Hena lebih dulu melerai.

"Ibu akan laporkan masalah ini ke wakil kepala sekolah bagian sarana prasarana agar semuanya cepat diperbaiki," ujar Bu Hena.

"Saya harap kejadian ini tidak terulang lagi. Kalau ada sesuatu langsung lapor ke Ibu jangan bikin keributan di depan banyak orang. Semua masalah bisa kita bicarakan dengan kepala dingin."

"Dengar Arin, Alizka? Ibu tidak mau ada kabar macam-macam tentang kalian." Keduanya mengangguk serentak.

"Azkira, kalo ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi seperti tadi langsung lapor ke Ibu," ujar Bu Hena diangguki oleh Azkira. Bu Hena menoleh ke arah Gentar.

"Kamu juga Gentar, jangan gegabah. Ibu dengar kamu ingin menemui Reval karena kamu yakin dia yang mengunci Azkira di toilet tadi. Benar itu?"

Alis Gentar terangkat satu. Dari mana Bu Hena tahu tentang itu? Padahal tadi saat ia mengatakan itu pada anak-anak Perganta dan Ladiota tidak ada Bu Hena sama sekali. Siapa yang cepu?

"Tidak penting Ibu tahu dari mana. Yang penting sekarang kamu jangan berulah. Reval itu anak yang punya Yayasan Mahanta. Dia bisa saja menggunakan kekuasaan orang tuanya untuk mengeluarkan kamu dari sekolah ini kalau sampai terjadi apa-apa dengan dia," ujar Bu Hena seolah-olah tahu isi kepala Gentar.

"Saya nggak takut, Bu. Mau dia anak Presiden sekalipun, kalo dia salah, dia harus bertanggungjawab atas kesalahan itu," sahut Gentar.

Zio yang duduk di samping Gentar hanya bisa menepuk bahu Gentar, berharap Gentar bisa mengendalikan emosinya.

"Ibu sudah memperingatimu berulang kali, Gentar. Jangan pernah berurusan dengan Reval."

Gentar tersenyum miring. "Saya nggak banyak tingkah kok, Bu, kalo nggak ada yang nyenggol," katanya.

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang