29. BAIKAN

3.8K 367 32
                                    

Laki-laki Harus Berani Mempertanggungjawabkan Kesalahannya.

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Play mulmed ya💘

•••

29. BAIKAN

Tongkrongan Perganta yang biasanya ramai hari ini sepi. Saat masuk pun Gentar hanya melihat tiga orang saja. Ketiga sahabatnya juga tidak ada. Apa mungkin mereka masih dalam perjalanan ke sini?

"Pada dimana?" tanya Gentar pada tiga orang yang duduk melingkar dan fokus pada ponsel masing-masing.

"Gue juga nggak tau kenapa sepi. Grup juga sepi nggak ada yang ngeramein."

Gentar mengangguk singkat kemudian duduk di tempat biasanya. Tubuhnya menyender ke dinding, lalu ia memejamkan mata. Pikirannya masih dipenuhi oleh kata-kata Zio dan Azkira.

Apa alasan Azkira menangis hingga marah dengannya? Apa yang Azkira maksud tentang cerita dan sesuatu?

Berbohong pada Azkira saja ia tidak berani, apalagi menyembunyikan sesuatu yang penting dari cewek itu.

"Argghhh!" Gentar menggebrak meja membuat tiga orang tadi terkejut tetapi tidak berani mendekat padanya.

"Lo bener-bener ikutin apa kata gue ya, Ra. Lo menjauh setelah gue bikin nangis," gumam Gentar menelungkupkan tubuhnya ke meja dan menjadikan tasnya sebagai bantal.

"Bangsat lo, Gen!" Ganang yang baru saja datang langsung menarik kerah seragam Gentar dan meninju keras rahang sahabatnya itu.

"Eh eh kenapa nih?" Salah satu dari tiga orang anggota Perganta tadi memberanikan diri untuk bertanya dan berniat untuk membantu Gentar bangkit tapi sudah dilarang Ganang lebih dulu.

"Baru tadi gue yakin lo nggak bakal bikin dia nangis, eh malah lo bikin nangis beneran!" ujar Ganang marah. Kakinya menendang bangku yang tadi Gentar duduki hingga tergelempang.

"Lo apain dia, Gen? Hah!"

Gentar bangkit dan merapikan kemeja seragamnya lalu menatap nyalang kedua mata Ganang. Persetan pertemanan!

"Dia nggak gampang nangis, kalo dia sampai nangis berarti ada yang nyakitin dia," ujar Ganang.

"Pukul gue lagi, Nang. Sampe lo puas. Gue bakal terima konsekuensi karena udah bikin dia sedih," suruh Gentar dengan lantang.

"Emang harusnya lo gue habisin!" Ganang menyerang Gentar tanpa ampun.

Gentar pun demikian, meskipun ia salah di sini ia tetap membalas setiap pukulan yang Ganang layangkan padanya.

Perang antar sahabat itu membuat keadaan di dalam Tongkrongan Perganta menjadi berantakan. Meja dan bangku yang tadinya tertata rapi menjadi bergeser kesana kemari.

"Woi woi woi!" Fiki dan Adi datang langsung berlari dan memisahkan keduanya. Dibantu anggota Perganta lainnya yang baru saja datang.

"WOI UDAH!" lerai Fiki berteriak dan menarik mundur tubuh Gentar.

"Gila lo berdua?" tanyanya menoleh ke arah Gentar dan Ganang bergantian.

"Temen lo tuh gila!" balas Ganang menunjuk Gentar.

Adi menepuk dada Ganang berulang kali seraya berkata, "Sabar-sabar. Jangan emosi nggak baik. Itu temen lo juga."

"Kalo dia nggak bikin ulah gue nggak akan emosi!"

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang