25. SISI BRUTAL GENTAR

4.4K 409 34
                                    

Jangan Bangga Karena Status Orangtua, Banggalah Jika Kamu Bisa Berdiri Di Atas Kaki Sendiri. Paham?

SELAMAT MEMBACA💘

•••

25. SISI BRUTAL GENTAR

Benar apa yang para guru katakan, di kelas dua belas itu waktunya tidak akan lama. Banyak waktu yang digunakan untuk mempersiapkan kelulusan dengan mengulang atau mengejar materi yang ketertinggalan.

Mungkin seluruh siswa kelas dua belas juga merasakan hal yang sama dengan Gentar. Selesai menghadapi Try Out pertama masih dilanjut Try Out lainnya. Belum ditambah les tambahan dari sekolah atau ikut bimbingan belajar di luar sekolah.

Untuk menghilangkan penat atau pusing, Gentar mengakalinya dengan bermain voli di ruang ekstrakurikuler atau pergi ke tempat bowling.

Sebenarnya Gentar enggak pinter-pinter banget dan enggak bodoh juga. Tapi kalau belajar terus Gentar enggak kuat. Emang kalian kuat setiap saat belajar?

"Visi pinter, misi dapet beasiswa, visi misi saking ngambisnya pengin dapet beasiswa malah jadi gila," ujar Adi meletakkan kasar gulungan kertas hasil ia merangkum soal-soal yang sering keluar di Try Out.

Fiki tertawa dan menepuk bahu Adi berulang kali. "Sabar, Di, semua itu butuh usaha. Niat dulu yang bener," katanya.

"Nawaitu bisa pinter dapet beasiswa nggak jadi beban orang tua bikin bangga nusa dan bangsa dapet istri yang sholeha, mari kita aamiin kan bersama-sama," ujar Adi.

"Yang bener doanya bego!" tegur Fiki menoyor kepala Adi. "Lo doa gue, Gentar, sama Ganang yang aamiin-in. Buruan!"

Adi mengangguk, kemudian menengadahkan kedua tangannya. Gentar dan Fiki pun melakukan hal yang sama, beda halnya dengan Ganang yang mulai menautkan kedua tangannya.

Usai memanjatkan doa ketiganya bersama-sama mengucapkan, "Aamiin."

"Rencana doa bersama murid Mahanta kapan buat ujian?" tanya Gentar.

"Belum ada info dari anak OSIS." Ganang menyahut kemudian bangkit dan mengambil bola voli dari keranjang yang ada di dekatnya.

"Cepet bener kita udah mau lulus. Perasaan baru kemarin masuk sekolah," ujar Adi sembari memperhatikan Ganang yang sibuk melakukan passing.

Fiki setuju. "Baru kemarin pusing cari sekolah. Saingan sama ratusan orang yang mau masuk SMA Mahanta lewat jalur zonasi. Eh sekarang udah mau lulus aja."

"Gue juga zonasi sama kaya lo, Ki," ujar Ganang tanpa mengalihkan fokus dari bola voli yang memantul ke atas setelah mengenai lengannya.

"Gue pake jalur perpindahan orang tua. Kalo ayah gue nggak ditugasin di sini gue nggak bakalan kenal sama lo pada," ujar Adi diakhiri dengan kekehan pelan.

"Lo dulu pake jalur prestasi ya, Gen?" Fiki menoleh ke arah Gentar dan dibalas dengan anggukkan.

"Oalah Gen Gen, kayaknya lo tuh juga nggak pinter-pinter banget," ujar Adi sembari menepuk bahu Gentar berulang kali.

"Gue punya beberapa piagam penghargaan ikut kejuaraan voli sama klub di SMP gue dulu, Di," jelas Gentar, "potensi gue di non-akademik."

"Nggak heran sih gue, lo jago banget kalo soal voli. Tekunin, Gen, siapa tau jadi pemain timnas ya nggak Brader?" Adi meminta pendapat pada Ganang dan Fiki. Keduanya pun mengangguk tanda setuju.

"Sayangnya cita-cita gue bukan di bidang itu," sahut Gentar dengan senyum penuh arti membuat ketiga sahabatnya melayangkan tatapan penuh tanda tanya.

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang