64. AZKIRA & JELLA

1.2K 135 24
                                    

Salah Satu Hal Yang Sangat Menyesakkan Itu Yakni Cobaan Yang Datang Secara Bertubi-tubi.

SELAMAT MEMBACA💘

•••

64. AZKIRA & JELLA

Ruang rawat inap Azkira menjadi lebih sempit karena kehadiran Arin, Gentar, dan sahabat-sahabatnya. Mereka datang untuk belajar bersama sesuai rencana Mami dan Gentar kemarin.

Sejak tiga puluh menit yang lalu hanya terdengar suara lembaran buku yang dibalik dan sahut-sahutan tanya jawab materi. Sampai akhirnya Adi mendengus pelan, mengadu ingin istirahat lebih dulu.

"Ngeluh mulu heran, lo dari tadi lima menit review materi sepuluh menit scroll toktok anjir," gerutu Fiki sembari menggetok pelan punggung tangan Adi yang berada di atas meja menggunakan pulpennya.

"Gue tuh lagi cari hiburan biar semangat belajarnya," kelit Adi, padahal kenyataannya hari ini dia sangat malas untuk memandang rentetan tulisan di depannya.

"Istirahat dulu nggak pa-pa, Di," ucap Azkira yang belajar dari atas brankarnya.

Adi menoleh ke arah Azkira dan sedikit mendongak. "Lo doang emang yang bisa ngertiin gue, Ra," katanya dengan acungan jempol.

"Cewek gue," ujar Gentar sembari menyenggol bahu Adi yang duduk di sebelahnya.

Arin, Ganang, dan Fiki yang duduk di kanan kiri Gentar dan Adi pun memutar bola matanya malas usai mendengar ucapan Gentar. Bucin, kata mereka dalam hati.

"Gue izin ke kantin beli minum," ucap Adi sembari bangkit. "Nggak ada yang mau ikut?"

"Males." Fiki menimpalinya dengan singkat.

"Ikut nggak, Nang? Bibir lo kering tuh, butuh minum pasti."

Ganang menggeleng pelan. "Gue nitip aja, nanti uangnya gue ganti."

"Ya udah, gue sendiri," ucap Adi bersiap untuk pergi.

"Eh, gue ikut, Di, bentar ambil uang dulu," ucap Arin sembari membuka tasnya, mengambil dompet kecil yang selalu ia bawa. Cewek itu bangkit dan merapikan rok yang ia pakai.

"Lo mau ke mana?" Adi menunjuk Fiki yang tiba-tiba bangkit dari duduknya.

"Nganter lo berdua," jawab Fiki apa adanya kemudian merangkul Adi dan Arin untuk keluar dari ruang inap Azkira.

"Katanya tadi males," cibir Adi masih terdengar di telinga Gentar, Ganang, dan Azkira.

"Kayanya Fiki beneran suka deh sama Arin," celetuk Azkira diakhiri kekehan pelan.

"Kenapa emang? Lo nggak mau sahabat lo itu punya cowok?" tanya Ganang tanpa mengalihkan pandangannya dari buku sedikitpun.

"Sok tau lo, Nang," sahut Azkira.

"Emang apa yang gue nggak tau dari lo?"

Gentar menyunggingkan senyum miringnya. Kemudian berdecih pelan, "Si paling tau."

"Kenapa? Gue sahabatnya," kata Ganang dengan sedikit menyombongkan diri. Matanya juga menatap Gentar yang duduk tepat di depannya dengan sinis.

"Nggak usah lo perjelas gue udah tau," balas Gentar. "Santai aja tu mata lihatinnya. Sensi amat lo sama gue akhir-akhir ini."

"Iya, emang. Gue bawaannya emosi mulu tiap liat muka lo," sinis Ganang kemudian bangkit dan pindah duduk di atas sofa.

"Kalian berdua kenapa? Lagi ada masalah ya?" tanya Azkira menyadari ada yang aneh dari keduanya.

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang