42. OVERTHINKING

3.1K 314 18
                                    

Menjaga Perempuan Sudah Menjadi Kodrat Laki-laki.

SELAMAT MEMBACA💘

•••

42. OVERTHINKING

Tongkrongan Perganta ramai seperti biasanya. Terlebih sekarang anggota Ladiota semakin banyak karena anggota Perganta mengajak gebetan mereka untuk gabung. Bahkan orang-orang yang sering nongkrong di Kopi Tujuh Belas—Warkop sebelah Tongkrongan Perganta—juga ikut bergabung meramaikan suasana.

Ada yang konser sambil main gitar, ada yang joget toktok, ada yang main ludo, main jenga, ada juga yang sibuk belajar. Jangan salah, cowok-cowok ganteng Mahanta yang gabung di Perganta juga tau mana yang harus diprioritaskan oleh seorang pelajar.

"Azkira gimana? Aman kan kakinya?" tanya Adi pada Gentar usai mendengar kabar pacar sahabatnya itu masuk rumah sakit tadi.

"Aman," jawab Gentar singkat. "Yo, udah dapet rekaman cctv-nya?" tanya Gentar pada Zio yang baru saja kembali dari Kopi Tujuh Belas.

"Boro-boro dapet, Gen, lihat aja belom. Cctv-nya udah wassalam."

Gentar berdecak kesal. Setiap ingin mencari bukti pasti cctv mati. Benar-benar mencurigakan.

"Jelek banget dah prasarana sekolah kita. Katanya mau diperbaiki yang rusak-rusak. Nyatanya apa? Mati kaga dibenerin," ujar Adi jengkel.

"Perasaan tiap Kira kena masalah cctv-nya mati terus. Gue mau nuduh orang takut salah sasaran," ucap Ganang seraya mengaduk es kopinya menggunakan sedotan.

"Cewek lo, Nang?" Fiki mendongak dan menoleh ke arah Ganang.

"Mulut lo Ki kalo ngomong suka bener," timpal Adi.

"Bukan cewek gue. Nggak mungkin cewek gue ngelakuin sesuatu sejauh itu," ujar Ganang. Sebagai pacar yang baik ia harus membela Alizka, karena cewek itu juga sudah berjanji tidak akan mengganggu Azkira lagi.

"Terus siapa nih yang lo maksud?" tanya Adi.

Ganang mengendikkkan bahu. Lalu menyibukkan diri dengan game di ponselnya.

"Capek ngomong sama Ganang," celetuk Adi tetapi dibiarkan oleh Ganang.

"Gue juga udah tanyain ke anak-anak ekskul Azkira tapi nggak ada yang tau siapa yang bikin Azkira kepeleset," kata Zio.

Kejadian di toilet masih Gentar maafkan tetapi ini sudah kedua kalinya Azkira dijahili orang. Sudah tidak ada ampun lagi. Gentar juga tidak mau Azkira kenapa-kenapa di kemudian hari. Gentar harus bertindak.

"Nelpon siapa tuh?" Adi berbisik pada Fiki.

"Azkira kali. Temen lo kan bucin parah."

"Lo juga, coming soon. Fiki si bucin akut."

"Bucinin siapa?"

"Siapa kek. Emak lo, sepupu lo, mantan gebetan lo, atau siapa terserah lo. Yang penting jangan bucinin gue. Alhamdulillah gue masih suka cewek," ujar Adi mendapat toyoran dari Fiki.

"Ayah masih di kantor?" Gentar menelpon ayahnya.

"Masih. Kenapa Bungsu kangen sama Ayah?"

"Enggak." Singkat, padat, dan jelas. Tetapi jawaban itu malah membuat Ayah Gentar tertawa puas.

"Kenapa Bungsu? Butuh apa? Ngomong sama Ayah."

"Besok Ayah ada waktu buat ke sekolah? Kalo boleh Gentar mau minta tolong ke Ayah. Ayah gabung jadi donatur SMA Mahanta. Biar kalo ada apa-apa sama Kira nggak ada alasan cctv mati lagi."

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang