61. CASE CLOSED

1.2K 163 16
                                    

Jujur Itu Sulit Tapi Harus Tetap Dilakukan.

SELAMAT MEMBACA💘

•••

61. CASE CLOSED

Pulang sekolah dimanfaatkan untuk membahas beberapa masalah yang belum terselesaikan oleh Perganta. Mereka berkumpul di kelas Gentar untuk melaporkan beberapa hal yang mereka temukan usai melalukan penyelidikan beberapa hari terakhir.

Satu per satu anggota Perganta memberikan laporan mereka beserta bukti seperti foto dan rekaman yang sudah dijadikan satu dalam flashdisk.

"Dua hari yang lalu gue nggak sengaja liat Reval ketemuan sama Alizka di rooftop," ujar Zio mengundang atensi mereka, terutama Ganang yang ketar-ketir nama pacarnya disebut.

"Mereka ngapain?" Gentar bertanya, ia melirik ke arah Ganang selama beberapa detik.

"Gue juga nggak tau, mereka telponan sama orang. Awalnya gue biasa aja tapi pas denger dia nyebut nama Ganang sama Jella gue jadi makin penasaran," kata Zio seraya memusatkan perhatiannya pada Ganang.

"Nyebut nama gue?" Ganang menunjuk wajahnya, memastikan dan Zio pun mengangguk.

"Sus banget," cetus Fiki dengan seringaian kecil.

"Lo mau nuduh gue yang enggak-enggak?" tuding Ganang pada Fiki.

"Kok lo ngerasa? Gue nggak nyenggol lo sama sekali." Fiki terkekeh dan mengangguk patuh saat Gentar menyuruhnya untuk diam.

"Terus gimana, Yo, lo denger apa lagi?" tanya Adi.

Zio menggeleng. "Nggak ada. Gue cuma denger sebentar doang. Gue ketahuan nguping."

Mereka berdecak pelan, kemudian meminta Gentar untuk berkomentar tentang cerita Zio. Namun Gentar hanya diam, pandangannya lurus ke depan. Pikirannya mulai dipenuhi oleh kalimat Reval yang mengatakan jika ada pengkhianat di sekitarnya. Ganang? Tidak mungkin 'kan? Atau Jella yang dimaksud oleh Reval?

"Gimana, Gen? Kita harus bergerak cari bukti lagi atau cukup sampe sini?" tanya Adi karena Gentar tidak kunjung memutuskan.

"Cukup sampe sini aja," putus Gentar. "Gue yang bakal urus sisanya. Thanks lo semua udah bantu gue buat selidiki masalah Azkira."

"Udah jadi tugas kami buat bantu lo. Kita kan keluarga. Azkira juga udah jadi bagian dari Ladiota itu artinya dia tanggung jawab Perganta," ucap salah satu anggota Perganta lalu disetujui oleh yang lainnya.

"Kalian boleh bubar," ujar Ganang.

Sekitar dua puluhan anggota Perganta keluar dari kelas itu, menyisakan inti Perganta. Gentar, Ganang, Fiki, dan Adi yang masih harus mengecek beberapa bukti yang terkumpul tadi.

"Yakin mau ngecek di sini?" tanya Fiki pada sahabat-sahabatnya.

"Gue sih enggak," jawab Adi. "Di rumah lo aja gimana, Gen?"

"Ya udah, ayo."

Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. Motor besar keempat orang itu melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Gentar. Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk sampai. Kedatangan mereka disambut hangat oleh Bunda Gentar.

"Bunda dari mana?" Gentar menghampiri bundanya yang baru saja turun dari mobil. Ia mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.

"Dari rumah sakit nemenin Azkira. Dia sendirian tadi mami papinya ada urusan mendadak," ucap Bunda.

"Azkira baik-baik aja kan, Bun?"

Bunda mengangguk dan mengusap lembut bahu Gentar. "She is okay," jawabnya.

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang