16. PERTEMUAN DUA KELUARGA

4.8K 496 23
                                    

Jodoh Bisa Datang Kapan Saja Dan Dengan Cara Apa Saja. Kita Tidak Pernah Tahu Dan Hanya Bisa Menunggu. Setuju?

SELAMAT MEMBACA💘

•••

16. PERTEMUAN DUA KELUARGA

Sejak dua puluh menit yang lalu, disaat para orang tua membahas lebih lanjut tentang rencana pertunangan putra-putrinya, dua orang yang duduk berhadapan hanya bisa saling melempar pandang dan senyuman terbaik mereka.

"Gimana kalian pilih diadain di rumah atau di gedung?" tanya Papi menoleh ke arah Gentar dan Azkira bergantian.

"Rumah kakek aja," jawab Gentar. "Itu permintaan kakek. Opa juga udah setuju acaranya digelar di rumah kakek."

"Tapi opa nggak ngomong apa-apa ke gue, Gen," sahut Azkira mengundang tolehan dari para orang tua.

"Pas Gentar dateng ke rumah kakek waktu itu juga ada opa. Jadi Gentar sekalian ngobrolin tentang itu," balas Gentar.

"Kalo itu keputusanmu, kami dukung," ucap Ayah menepuk bahu putra bungsunya dengan bangga.

"Gimana, Ra?" Gentar meminta persetujuan dari Azkira. Karena ini bukan hanya acaranya, tetapi acara Azkira juga.

"Gue setuju," ucap Azkira seraya menganggukkan kepalanya.

Mami mengusap puncak kepala Azkira. Waktu cepat sekali berputar, kini putrinya sudah tumbuh dewasa. Bahkan sudah memiliki calon pendamping di kemudian hari.

"Anak Mami udah gede ya," ucap Mami mengecup puncak kepala Azkira penuh rasa sayang. "Kamu bahagia kan, Sayang?"

Azkira mengangguk dan memeluk maminya. "Azkira bahagia, Mami. Apalagi calon tunangan Azkira itu Gentar," katanya sembari menoleh ke arah Gentar.

"Dia cowok terbaik yang pernah Azkira temui," sambung Azkira membuat senyum Gentar semakin merekah.

Tidak ada yang bisa menyembunyikan rasa bahagia di antara kedua keluarga itu. Bahkan Bunda sudah pindah duduk di sebelah Azkira dan memeluk calon menantunya.

"Bunda sayang banget sama Azkira," ucap Bunda mengecup puncak kepala Azkira berulang kali. Sudah menganggap Azkira seperti putrinya sendiri, seperti ia menganggap Tegar, Gentar, dan Tasqia.

"Kamu jaga baik-baik anak Papi ya, Gentar," pinta Papi pada Gentar.

"Pasti, Om," ucap Gentar mengangguk sanggup.

"Panggil Papi aja, biar sama seperti Azkira." Gentar mengangguk lagi.

"Mari Pak Ario, Bu Veni, diminum dulu," ucap Papi mempersilakan kedua orangtua Gentar.

Setelah itu mereka hanyut dengan berbagai pembahasan lain. Sudah seperti teman lama yang baru saja reuni. Papi dan Ayah yang sibuk berbicara tentang dunia sepak bola, Mami dan Bunda yang sibuk membahas tentang barang branded, sedangkan Gentar dan Azkira yang memilih menghampiri Renal di ruang bermainnya.

"Abang sama Kak Kira udah selesai ngobrol-ngobrolnya?" tanya Renal menghampiri Gentar dan memeluk kakinya.

"Udah, Renal," jawab Gentar berjongkok di depan Renal dan menyugar rambut anak kecil itu ke belakang. "Ganteng banget adiknya Abang," pujinya.

"Tapi kata Kak Kira, Renal kurang ganteng. Lebih ganteng Abang," adu Renal pada Gentar.

Azkira yang mendengar itu langsung melotot pada Renal. Bisa-bisanya mulut adiknya ini ember banget! Siapa yang ngajarin?

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang