56. AYO BANGUN, RA.

2.2K 318 15
                                    

Sekali Lagi, Manusia Tidak Ada Yang Sempurna.

SELAMAT MEMBACA

•••

56. AYO BANGUN, RA.

Sejak kemarin anggota Perganta dan Ladiota silih berganti menunggu Azkira sadar di depan ruang ICU. Hanya Gentar saja yang masih enggan meninggalkan cewek yang masih terbaring dengan berbagai alat yang melekat di tubuhnya itu.

Baru kemarin ia bercanda dan tertawa dengan Azkira, mengapa secepat itu keadaannya berubah? Kini Gentar hanya bisa berdoa dan berharap Azkira segera sadar.

"Bangun ya, Ra. Aku kangen," gumam Gentar menatap wajah Azkira dari balik kaca besar. "Ayo main bowling lagi."

Orang-orang di sekitar Gentar, terutama Mami Azkira hanya bisa diam mendengar samat-samar gumaman cowok itu. Mereka pun masih syok berat karena kejadian kemarin.

"Kamu betah banget tidurnya. Enggak kangen aku ya, Ra?" celoteh Gentar seraya mengulum senyum getirnya. "Kira ...."

Ganang bangkit dari tempat duduknya, lalu mendekati Gentar. Merangkul sahabatnya itu dan menepuk bahunya dua kali.

"Kita doain yang terbaik buat Kira," katanya pelan. Ia juga sangat sedih melihat kondisi Azkira sekarang ini.

"Lo nggak mau pulang dulu? Dari kemarin belum tidur kan lo? Kira banyak yang jagain di sini, mending lo pulang."

Gentar menggelengkan kepalanya. "Gue masih mau di sini."

"Jangan ngeyel Gen, emang lo mau kalo Azkira sadar tampilan lo jelek begini?" Ganang melihat Gentar dari atas sampai bawah.

"Ayo balik gue anter," ajak Fiki.

Mami bangkit dan berdiri di samping Gentar. Memandang cowok itu kemudian beralih ke arah putrinya yang masih terbaring tidak sadarkan diri di dalam ruang ICU.

"Nak, kamu pulang dulu ya? Nanti ke sini lagi. Kamu juga butuh istirahat," ujar Mami Azkira tidak mau Gentar juga jatuh sakit karena memaksakan diri tidak mau beranjak dari sini. Makan pun dia tidak mau.

"Gentar masih mau lihat Kira, Mam."

"Nanti kan ke sini lagi. Mami minta tolong kamu jangan kaya gini ya? Nanti Kira sedih kalo kamu sakit. Ya, Gentar?" Mami mengusap punggung Gentar dengan lembut. Senyum hangatnya terulum saat Gentar menoleh ke arahnya.

"Kamu bisa ke sini bareng Renal nanti. Renal ada di apartemen abang kamu. Opa sama Kakek kamu nanti juga ke sini. Jadi sekarang kamu pulang ya? Istirahat dulu," ucap Mami.

Pada akhirnya Gentar mengangguk. Ia kembali memandang wajah Azkira yang sebagian tertutup perban dan ventilator. Usai puas memandangi paras cantik itu, Gentar pergi bersama Fiki.

Sesampainya di parkiran rumah sakit, Gentar menghentikan langkahnya. Meraba celana dan jaketnya, mencari ponselnya ia simpan di mana.

"Kenapa, Gen?"

"Siapa yang ngurus kecelakaan kemarin? Gue mau tau kelanjutannya. Cewek gue sekarat gara-gara dia."

"Aman, udah diurus sama Zio. Sekarang yang jadi masalah itu Jella. Dia nggak tau ngumpet di mana. Anak-anak nggak bisa nemuin dia," ujar Fiki.

Gentar menahan amarahnya mengingat Jella menjadi salah satu orang yang membuat kondisi Azkira seperti ini. Ia tidak akan membiarkan Jella lepas tanggung jawab begitu saja. Kalau Jella tidak nekat, Azkira masih ada di sisinya sekarang.

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang