73. KESEMPATAN TERAKHIR GENTAR

1.5K 180 15
                                    

Kata Maaf dan Penyesalan Belum Cukup Untuk Sekadar Menghapus Rasa Kecewa. Setuju?

SELAMAT MEMBACA💘

❗CW : Harsh Words❗

•••

73. KESEMPATAN TERAKHIR GENTAR

Selama satu minggu ini Azkira mengasingkan diri tidak mau bertemu siapa-siapa, kecuali keluarganya. Bahkan Arin yang notabene sahabatnya sendiri pun masih tidak diberi izin untuk bertemu.

Maklum kalau Azkira merasa kecewa, marah, dan sedih. Rasa percaya pada laki-laki yang ia sayangi dihancurkan begitu saja. Sampai detik ini pun setiap melamun sedikit Azkira langsung menangis, karena kepikiran masalahnya dengan Gentar.

"Kakak!" panggil Renal usai membuka pintu kamar Azkira. Anak itu lari, naik ke atas tempat tidur sang kakak.

Semenjak pulang ke rumah, Renal tidak pernah absen menemui kakaknya di kamar. Memastikan sang kakak baik-baik saja. Renal tidak mau kakaknya masuk rumah sakit untuk yang kesekian kali.

Azkira menyeka air matanya. "Apa, Ren?"

"Kakak kenapa nangis?"

"Enggak. Kakak enggak nangis kok."

"Kepala Kakak sakit lagi ya? Mau Renal panggilin mami?" cecar anak itu dengan raut wajah khawatirnya.

"Kakak kalo sakit bilang aja, nanti Renal minta tolong mami buat panggilin dokter. Yang penting Kakak jangan masuk rumah sakit, di sini aja. Renal nggak mau jauh-jauh dari Kakak lagi."

Kasih sayang yang tercurah dari sang adik membuat Azkira ingin menangis lagi. Cewek itu lantas menyuruh Renal untuk mendekat, lalu memeluknya dengan erat.

"Renal sayang Kakak. Kalo kepala Kakak sakit lagi bilang sama Renal ya. Janji ya, Kak?"

Azkira tidak membalas apa pun. Ia masih menangis di pelukan sang adik. Meskipun, masih berumur kurang lebih tujuh tahun tahun, adiknya ini benar-benar seperti orang dewasa pemikirannya. Terlebih selama ia sakit.

"Renal Mami cariin ke kamar loh tadi, ternyata di sini." Mami masuk ke dalam kamar putrinya.

"Renal mau tidur siang sama Kakak aja. Boleh ya, Mami?" Renal meminta izin, Mami pun menganggukkan kepalanya.

Renal membaringkan tubuhnya. Ia menarik lengan sang kakak agar ikut berbaring di sebelahnya. Renal tidur dengan memeluk lengan kakaknya, tidak mau jauh sedikit pun seakan-akan ini menjadi kali terakhir ia bersama sang kakak.

"Kira kenapa?" Mami duduk di dekat Azkira yang berbaring. Tangannya mengusap lembut puncak kepala putri sulungnya itu.

"Kenapa nangis, Nak?" tanya Mami lagi. Perih rasanya setiap melihat anaknya menangis terus-menerus sepanjang hari.

"Kepalanya sakit?" Azkira menggelengkan kepalanya.

"Gentar ya?" Mami tersenyum tipis dan menyeka air mata Azkira. Semingguan ini hanya Gentar yang menjadi alasan Azkira selalu menangis. Sebesar itu sakit hati Azkira pada Gentar. Mami pun sebenarnya sakit hati, tetapi Mami sadar anaknya jauh lebih sakit.

"Mau ketemu sama Gentar? Mami kasih izin kalo Kira mau ketemu sama dia. Kita sama-sama tau dia salah, dia juga udah minta maaf. Tapi secara personal Kira belum ketemu lagi kan sama dia? Belum ngobrol lagi kan?" pungkas Mami mendapat gelengan dari Azkira.

"Terus sekarang maunya gimana? Kira tiap hari nangis gara-gara Gentar loh. Makan juga jadi nggak napsu gitu. Mami nggak suka kalo Kira nyakitin diri Kira sendiri kaya gini," kata Mami dengan mengusap lembut tangan Azkira.

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang